Fikri tengah menunggu kedatangan Kayla. Ia tahu, tadi Kayla sempat mengejarnya namun, sampai sekarang Kayla tidak pulang-pulang. Pikirannya mulai berkecamuk, ia masih teringat apa yang ia lihat di taman tadi, sungguh hal itu membuat perasaannya sakit.
Fikri mengusap kasar wajahnya, matanya terus tertuju pada jendela, berharap orang yang ditunggu datang.
Suara deru mesin mobil membuat Fikri beranjak dari sofa.
"Ibu? Kak Nay?" Bukan wanita yang ia tunggu, melainkan Ibu mertuanya dan Kakak iparnya yang datang.
"Fik, ini Ibu bawa oleh-oleh dari Kalimantan."
"Masuk, Bu, Kak."
"Kayla mana, Fik?" tanya Nayla.
"Tadi dia izin keluar, Kak. Tapi sampai sekarang belum pulang."
"Sudah lama?"
"Dua jam lebih sudah dia pergi. Aku telpon gak aktif."
"Astaghfirullah ... izinnya mau kemana?"
"Beli es."
"Telpon dia, Nay," ucap Melly.
Nayla langsung menghubungi nomor Kayla, berharap sang adik mengangkatnya.
"Tidak aktif, Bu."
"Aku cari dia dulu, Bu."
"Cari dimana?"
"Di taman. Ibu sama Kak Nay duduk aja." Fikri meraih kunci mobilnya. Perasaan cemas mulai menghampiri, seharusnya Kayla sudah pulang dan jikapun ia takut pulang pasti ia memilih pulang ke rumahnya, itulah yang saat ini Fikri pikirkan.
Di sisi lain, Kayla terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Setelah mendapatkan penanganan serius dari Dokter, Kayla langsung dipindahkan ke ruang inap. Untuk sementara ia harus menjalani perawatan di rumah sakit, karena Kayla mengalami benturan keras di bagian kepalanya. Tidak ada yang tahu kondisinya saat ini, tidak ada informasi tentang siapa Kayla, karena sampai sekarang tidak ada orang yang memberikan dompet serta handphone yang ada di mobil Kayla. Dan sampai saat ini, Kayla masih tidak sadarkan diri. Sudah hampir dua jam ia terbaring lemah tanpa seorang pun yang menjaganya.
Ceklek
Dokter dan perawat masuk ke dalam kamar itu, memeriksa kondisi Kayla yang tidak ada perubahan.
"Cek infusnya, Sus."
"Iya, Dok."
Wanita itu menatap sayu. Kepala Kayla yang terbalut perban dan beberapa luka lainnya di tangan dan kaki membuatnya perihatin dengan kondisi Kayla.
"Dokter Airin?"
"Eh, Dokter Fathan?"
Pria yang bernama Fathan itu masuk menghampiri Dokter yang bernama Airin.
"Dia kenapa, Dok?"
"Korban kecelakaan, Dok. Sampai sekarang kami belum tau siapa dia."
Fathan terus menatap wajah Kayla, luka di pipinya membuatnya susah mengenali Kayla.
"Saya sepertinya kenal dia."
Airin menoleh. "Beneran, Dok?"
"Ya, saya kenal. Astaghfirullah ya Allah." Fathan langsung mengeluarkan handphone di saku jasnya dan menghubungi seseorang.
"Sebentar, Dok." Fathan melangkah pergi keluar ruangan agar tidak menggangu.
Airin mendekati Kayla, memeriksa denyut jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Untuk Kayla (Tamat)
General FictionKehidupan malam membuat Kayla kecanduan berada di sana, hampir setiap malam ia menghabiskan waktunya di club malam bersama teman-temannya. Namun, pada suatu malam, ia mengalami mabuk berat sehingga sang Ayah marah besar padanya, saat itu juga Ayahny...