Setelah kondisi Kayla membaik, ia diperbolehkan untuk pulang ke rumah, syukurnya tidak ada cedera yang serius pada Kayla, sehingga ia diperbolehkan pulang setelah tiga hari di rumah sakit.
Selamat dari kecelakaan itu membuatnya sangat bersyukur. Allah memberikannya kesempatan untuk masih bisa bernafas dan hal yang paling ia syukuri ialah, Allah menjaga janin yang ada dalam perutnya.
"Ibu menginap di rumah kalian ya?" ucap Melly.
"Iya, Bu malah kami senang Ibu mau menginap."
"Gak ngerepotin Ibu? Ibu kan sudah lelah ngurus aku di rumah sakit kemarin," ucap Kayla.
"Enggak kok, Ibu senang aja kalau ada di sisi kamu, apalagi kondisi kamu masih kurang sehat, kamu butuh teman."
"Bu ... terima kasih ya atas segalanya. Maaf jika selama ini sifat ku pada Ibu membuat Ibu terluka, aku hanya butuh waktu untuk menerimanya, tapi sekarang aku rasa, aku sudah bisa menerima Ibu, Ibu benar-benar Ibu yang baik dan tulus." Kayla memegang tangan Melly. Sungguh ucapan Kayla membuatnya terharu, akhirnya Kayla sudah bisa menerimanya sebagai Ibu tirinya.
"Ibu sangat bahagia mendengarnya, Nak ... akhirnya kamu mau menerima Ibu. Sampai kapanpun bagi Ibu kamu tetap anak Ibu, begitu juga dengan Nayla. Dari kalian berdua Ibu mampu merasakan bagaimana rasanya jadi seorang Ibu, meskipun Ibu tidak pernah mengandung. Terima kasih sudah menerima Ibu."
"Dan dari Ibu membuatku bisa merasakan kembali kasih sayang dari seorang Ibu. Mau peluk." Melly langsung memeluk Kayla.
Fikri ikut bahagia melihat mereka berdua, setelah mengalami kecelakaan itu membuat hubungan Ibu dan anak lebih baik, keadaan sudah merubah mereka. Hanya satu yang belum bisa Kayla lakukan, ialah memaafkan Ibu kandungnya yang entah dimana sekarang.
"Sekarang Ibu istirahat ya. Ayo aku antar ke kamar Ibu," ucap Fikri.
"Iya, Nak. Ibu ke kamar dulu."
Kayla mengangguk kecil melepaskan genggaman tangannya.
"Kamu istirahat juga," pesan Melly sebelum meninggalkan kamar Kayla.
"Iya, Bu." Kayla membaringkan tubuhnya di atas kasur. Kandungannya lemah, ia harus banyak-banyak berisitirahat apalagi ia baru saja mengalami kecelakaan membuat badannya terasa sakit.
Kayla menatap langit-langit kamarnya. Pintu kamar terbuka membuat Kayla mengalihkan pandangannya, ternyata itu suaminya yang kembali ke kamar.
Kasur terasa bergerak, Fikri ikut merebahkan tubuhnya di samping Kayla.
"Kalau mau apa-apa bilang ya," ucap Fikri.
Kayla tersenyum menatap wajah suaminya. "Iya, Bang."
Fikri menyingkap sedikit baju Kayla, lalu mengusap lembut perut Kayla yang masih datar. "Abang masih tidak percaya, Ay ada anak kita di sini."
"Aku juga, Bang. Aku gak menyadari kehadirannya." Kayla ikut mengusap perutnya.
"Alhamdulillah ... semoga Allah ijinkan kita bertemu dia dan menjaga dia."
"Aamiin ... bisakah aku jadi Ibu yang baik untuk dia nanti?"
"Kita belajar sama-sama, Ay. Abang juga belum tentu bisa jadi Ayah yang baik, kita sama-sama belajar jadi orang tua yang baik untuk anak kita."
"Iya ya Bang, masih ada waktu untuk belajar dan mempersiapkan diri. Abang bahagia sama aku? Maaf, aku belum bisa jadi istri yang baik untuk Abang."
"Siapa bilang kamu bukan istri baik? Bagi Abang kamu istri yang sangat baik, Ay_"
"Abang gak nyesel kan nikah sama aku?" potong Kayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Untuk Kayla (Tamat)
General FictionKehidupan malam membuat Kayla kecanduan berada di sana, hampir setiap malam ia menghabiskan waktunya di club malam bersama teman-temannya. Namun, pada suatu malam, ia mengalami mabuk berat sehingga sang Ayah marah besar padanya, saat itu juga Ayahny...