Chapter 38

6K 519 7
                                    

Warning! 🔞Eh kok ada warning nya? 😂✌️ 🙏
.
.
.
.
.

Satu bulan sudah berlalu, tanpa terasa, sudah satu bulan usia pernikahan mereka. Mereka berdua masih tahap pengenalan, proses pendekatan. Selama ini hubungan mereka aman-aman saja dan perlahan mulai membaik. Mereka sudah mulai akrab, sudah mulai terbuka meskipun kadang mereka merasa canggung, apalagi jika mereka berduaan.

Hari ini, hari pertama Fikri mengajak Kayla ke rumahnya, rumah yang akan mereka tempati dan memulai kehidupan mereka sebagai pasangan suami istri. Jarak rumah dari pesantren pun tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu setengah jam pasti akan sampai di rumah itu. Dan malam ini, untuk pertama kalinya Kayla tidur di rumah itu. Kayla sudah menyelesaikan tugasnya di pesantren, ia sudah lulus dan tidak mengajar di pesantren lagi. Kini ia ingin fokus menjadi seorang istri.

"Masuk, Kay." Fikri membuka pintu rumah itu dan kemudian masuk.

Kayla menatap isi rumah itu. Dia suka dengan selera Fikri yang memilih desain rumah minimalis namun, terlihat mewah. Selanjutnya, ia terpaku melihat kaligrafi ayat Al-Qur'an yang terlihat sangat besar dan indah.

"Itu bikinan siapa, Bang?" tanya Kayla.

"Saya, saya suka membuat kaligrafi."

"Maa syaa Allah, keren banget dan sangat indah."

"Suka?" tanya Fikri ikut menatap kaligrafi itu.

"Banget. Pernah ikut lomba?"

"Sering banget, mewakili pondok."

"Wah ... pasti menang terus kan?"

"Iya."

Kayla semakin kagum dengan pria yang ada di sampingnya. Pria itu banyak sekali mempunyai kelebihan, tidak hanya memiliki suara indah saat membaca Al-Qur'an, Fikri juga mempunyai bakat dalam seni kaligrafi.

"Mau ke kamar langsung?"

"Boleh, Bang. Sekalian mau nyusun pakaian ini."

"Sini, biar saya yang bawa." Fikri mengambil alih tas besar milik Kayla. "Ayo." Mereka berjalan menuju lantai atas.

Kayla kembali dibuat takjub dengan isi kamar yang banyak sekali terdapat kaligrafi yang tak kalah indah dari yang pertama tadi ia lihat. Ada berbagai tulisan Arab yang tertempel di dinding.

"Maa syaa Allah, Bang. Hiasan dinding yang sangat indah, nanti bikinkan aku ya, untuk di kamar."

"Kamar mana?"

"Rumah."

"Iya, nanti saya bikinkan. Kamu mau mandi dulu?"

"Em ... mau beres-beres dulu."

"Baiklah, saya mandi duluan."

"Iya."

Fikri mengambil handuk yang ada di lemari, setelah itu ia melangkah menuju kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Fikri keluar dari kamar mandi, dengan handuk kecil yang menutupi setengah badannya, dengan segera Kayla menutup matanya dengan kedua tangannya, sungguh pemandangan itu tak pernah ia lihat sebelumnya.

"Kamu kenapa?" tanya Fikri mengernyit.

"Itu loh, Abang cepetan pakai baju!" Fikri hanya tertawa kecil mendengar ucapan Kayla.

"Kenapa, hem?"

"Gak biasa."

"Makanya dibiasakan dari sekarang. Saya kek gini aja kamu sudah malu gimana kalau_"

Lelaki Untuk Kayla (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang