Kayla terbangun dari tidurnya saat mendengar suara adzan berkumandang, itu artinya sholat subuh sudah tiba. Dengan rasa masih ngantuk ia memaksakan dirinya untuk bangun menuju kamar mandi untuk melaksanakan sholat subuh. Padahal saat ini ia sedang berada di rumahnya sendiri karena sudah mulai terbiasa bangun pagi membuat kebiasaan itu terbawa sampai pulang. Ia berusaha untuk menjaga sholat agar tidak terlewatkan karena ia mulai sadar, bahwa selama ini banyak sekali sholat yang sudah ia lewatkan dan betapa ruginya ia melewati itu semua.
"Betapa banyak orang-orang yang hari ini sudah berpulang kepada Allah, mereka sudah tidak bisa lagi menikmati udara segar di pagi hari, mereka tidak lagi bisa bercanda tertawa dengan keluarga dan teman-temannya, mereka tidak lagi bisa menikmati ketenangan dalam sholat, mereka tidak lagi mendengar merdunya lantunan ayat-ayat Allah, mereka tidak lagi melihat indahnya ciptaan-ciptaan Allah. Masa hidup mereka sudah habis di dunia ini lalu tibalah saatnya mereka bertanggung jawab atas usia yang mereka habiskan untuk dunia ini.
Lalu untuk kita yang masih diberi nafas sampai hari ini sudahkah kita bersyukur atas nikmat yang Allah berikan? Sudahkah kita berhenti mengeluh atas ujian yang kita hadapi? dan sudahkah kita menjadikan ridho Allah satu-satunya yang ingin kita raih dalam hidup ini? Jika bukan karena Allah tentu kita tidak akan bisa bertahan hidup sampai hari ini. Mengapa Allah masih menghidupkan kita hari ini? Karena masih banyak dosa yang belum kita taubat, masih ada orang -orang yang tersakiti karena lisan dan perbuatan kita dan Allah ingin kita bertaubat atas semua kelalaian itu."Tiba-tiba Kayla tersenyum saat mendengar kata-kata yang pernah Fikri ucapkan saat ceramah.
"Kok jadi ingat Ustadz Fikri sih?"
Kayla langsung menguyur tubuhnya dengan air. Mandi pagi salah satu ritual yang kini menjadi kebiasaannya, siapa sangka Kayla yang dahulu jarang mandi dan tidak suka mandi pagi sekarang selalu mandi sangat pagi. Dengan cara itu membuat tubuhnya lebih segar dan nyaman saat beraktivitas.
Selesai mandi dan berwudhu, Kayla langsung berdiri melaksanakan shalat subuh sendiri. Subuh pertama kalinya ia lakukan di kamarnya dan subuh yang berbeda dari hari-hari yang lalu.
Setelah selesai shalat, Kayla kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur. Memainkan hp salah satu hal yang sering ia lakukan setelah bangun tidur. Ada banyak sekali chat yang masuk, apalagi teman-teman clubnya selalu menanyakan keberadaannya karena hanya Tiara, Adnan dan guru-guru lah yang tahu kemana ia melanjutkan sekolah.
"Neng, sarapan," ucap Bibi di luar kamarnya.
"Iya, Bi." Kayla langsung beranjak dari kasur melangkah menuju lantai bawah.
"Bibi masak apa?"
"Nasi lemak, Neng. Neng mau minum apa?"
"Teh aja deh, Bi."
"Baik, Neng."
Sesampainya di dapur Kayla duduk di kursi meja makan sambil memainkan handphonenya. Hari ia ingin bertemu Adnan dan Tiara sahabatnya. Ia gunakan waktu diluar dengan memuaskan dirinya jalan-jalan.
"Kay?"
"Hem," respon Kayla tanpa menatap sang Kakak.
"Em ... dah wangi, mau ke mana? Rapi banget."
"Mau ke rumah Tiara, mumpung ada di rumah."
"Ini Neng tehnya."
"Oke, Bi." Kayla langsung meminum teh hangat itu.
"Pakai celana? Tapi pakai jilbab kan?"
"Gak."
"Loh kenapa?"
"Gerah, cukup di pesantren aja." Memang saat ini Kayla menggunakan baju kaos berwarna biru dan celana panjang.
"Astaghfirullah, Dek! Gak boleh gitu. Masa anak pesantren keluar gak pakai hijab?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Untuk Kayla (Tamat)
General FictionKehidupan malam membuat Kayla kecanduan berada di sana, hampir setiap malam ia menghabiskan waktunya di club malam bersama teman-temannya. Namun, pada suatu malam, ia mengalami mabuk berat sehingga sang Ayah marah besar padanya, saat itu juga Ayahny...