#3 Winter in Istanbul

220 16 0
                                    

"Allah menciptakan kita dari laki-laki dan perempuan, kemudian Dia jadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Dan tepat hari ini aku diizinkan bertemu denganmu atas izin-Nya."

...

Hari ini adalah hari pertama musim dingin disini, kebetulan aku sedang tidak ada jadwal kuliah hari ini. Karena memang ini hari pertama liburku di musim dingin. Sebenarnya, niat awalku memang berada di rumah saja, berhubung suhu naik beberapa derajat dan hawa disini sangat dingin, jadi aku memutuskan untuk tidak pergi kemanapun. Tapi, niat awalku tak sesuai harapan ketika sayur dan bahan makanan di kulkas habis. Apa boleh buat ?

Daripada mati kelaparan, mending kedinginan cari makan. Toh, cacing di perut juga mahluk Tuhan yang perlu dikasih makan.

Akhirnya, mau tak mau aku pergi ke supermarket terdekat untuk membeli makanan. 15 menit adalah waktu yang tidak terlalu lama untuk berjalan dan merasakan kedinginan di derasnya salju. Tapi, begitu kecewanya saat melihat tulisan 'Close' menangkring dengan cantiknya di paku pintu. Mau tak mau aku harus melangkah mencari supermarket yang lain yang dekat dari apartemenku. Tapi, semua pencarianku berakhir dengan kata 'Close'. Mungkin karena ini hari libur awal musim dingin. Mau tak mau aku harus ke supermarket utama di kota. Mungkin naik Subway adalah pilihan yang tepat untuk hari ini.

Akhirnya, pencarian terakhirku tidak berakhir dengan kata menyebalkan tadi, walapun disini juga banyak diskon bertebaran kesana-kemari. Toh, apa salahnya dengan discon ? Tidak ada yang salah memang. Masalahnya aku hanya membawa uang cukup untuk berbelanja kebutuhan sayur dan bahan makanan. Bagaimana nasib mata yang melihat baju dan kerudung serta muka cantik, apalagi aku berencana mengirimkannya untuk Ummi di Indonesia. Sudahlah, apa boleh buat.

Setelah troli belanjaan hampir terisi setengah bahan makanan, aku pun mendorongnya menuju meja kasir. Dan berakhirlah aku disini, menunggu taksi lewat dengan menenteng tas belanjaan di tengah guyuran salju. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 13.25, akupun segera mencari masjid terdekat. Kulangkahkan kakiku mencari masjid disekitar sini, alhamdulillah aku menemukannya. Setelah menyimpan belanjaan aku langusng menunaikan shalat dzuhur.

"Assalamu'alaikum warahmatullah..."

"Arrahman.."

"'Alamal qur'an..."

"Kholaqol insan..."

Subhanallah, lantunan ayat suci siapa itu ? aku kira masjid ini sepi, ternyata ada seseorang selain aku. Sepertinya aku pernah mendengar suara ini. Tapi dimana ? Mungkin hanya perasaan saja. Lebih dari 5 menit aku mendengarnya. Jika boleh berharap, berikan hamba seorang imam yang bisa menyejukkan hati dengan lantunan ayat suci dari-Mu, Ya Allah. Akupun cepat-cepat memasukan mukena dalam tas. Dan mengembil sepatu, serta memakainya. Belum sempat aku memakainya, kudengar seseorang melangkah keluar.

"Adifa,," Kudengar seseorang menyebut namaku dengan sangat lirih, bahkan lebih pelan dari suara angin yang berhembus disini, "Adifa." Lagi-lagi aku merasa seseorang memanggil namaku tapi kali ini suaranya lebih keras dari sebelumnya, tapi tak ada siapa-siapa disini.

"Maaf , kamu Adifa ?" sekarang seseorang dengan suara bariton menyentuh pundakku, sontak akupun menengokan kepalaku. Tapi, kenapa dia berbahasa Indonesia ? Apa mungkin turguide, tapi kenapa membawa stetoskop.

Astagfirullah, ternyata seorang pria. Seseorang yang membawa tas serta jas putih, tanpa memandangku, dan dengan stetoskopnya yang menempel pada bahuku. Ya Allah, kejadian memalukan apalagi hari ini.

"Ini kartu mahasiswamu jatuh disini." Katanya menggunakan logat turki menyerahkan sebuah kartu padaku. Ternyata benar, itu kartuku, sepertinya dia membaca namaku tadi.

[DRS] Cinta Dalam ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang