...
"Ku jaga cinta dengan merelakanmu., kukembalikan rasa cinta ini kepada-Nya. Biar Dia yang menjaganya untuk seseorang yang kelak menjadi jodohku."
...
Setelah berdiskusi dan meminta restu kepada Ummi, aku akhirnya terbang ke Istanbul setelah Ummi menyetujuiku untuk kemari. Rupanya Ummi mengerti keadaanku, beliau memintaku untuk menenangkan pikiranku di kota ini untuk beberapa hari kedepan. Ummi bilang masalah yang terjadi hari kemarin biarlah menjadi pelajaran, dan tetap khusnudzon serta berprasangka baik kepada Allah bahwa takdir-Nya akan selalu berakhir bahagia. Selain itu, tawaran Nafisya membawaku untuk datang lagi kemari. Undangan ikatan pelajar itu, akhirnya aku menyetujui untuk hadir. Bukan, tapi rasanya undangan itu aku jadikan pelarianku. Setelah masalah pengkhitbahan Azzam yang tak berujung kemarin, rasanya aku butuh pelarian. Dan disinilah aku. Kota dua benua.
Holla Istanbul!
Aku harap engaku bisa membantuku menenangkan pikiranku dengan damainya suasana kotamu. Bantu aku untuk menguburnya disini.
Pagi-pagi sekali Nafisya sudah menjemputku di bandara dan membawaku ke apartement tempat tinggalnya, yang dulu juga pernah menjadi tempat tinggalku. Ternyata dia masih setia menempati ruangan beberapa meter itu. Malam kemarin kuhabiskan untuk bertukar cerita dengan sahabatku itu. Hari ini dia mengajakku untuk menikmati musim gugur disini.
Alhamdulillahnya, sahabatku itu tidak menceritakan pasal adik sepupunya. Mungkin dia belum tahu tentang pengkhitbahan Azzam berserta Ummi Salmah kala itu. Memang setelah kejadian kabur-kaburan dari rumah Pakde Azzam, dua hari kemudian Nafisya menghubungiku bahwa dia sudah akan kembali ke Turki.
Setelah berjalan hampir setengah jam, kami akhirnya memutuskan untuk membeli kebab turki dan duduk di bangku taman. Sembari melihat batang yang perlahan menanggalkan daunnya. Serta daun yang berguguran jatuh diterpa angin.
Nafisya menghirup udara segar dalam-dalam, "MasyaAllah, aku ngak nyangka kamu udah balik lagi ke kota ini, Fa."
"Aku juga merindukan kota ini. Rindu sekali rasanya."
"Jadi cuman rindu sama kotanya, ngak rindu sama orang-orangnya ?" ledeknya.
Aku tersenyum,"Ya, rindulah. Masa sama kamu ngak rindu."
Kemudian Nafisya mengeluarkan ponselnya dan menunjukan pencariannya padaku, "Besok pertemuannya akan diadakan disini. Kayaknya bakal seru. Banyak sekali mahasiswa dan mantan mahasiswa yang hadir disitu." Aku memperhatikan gambar yang tertera pada ponsel Nafisya, "Kita jelajah aja sekalian yah. Bakal asik deh, Fa." Katanya girang.
"Jelajah sahara, makan kebab di oasis, naik unta disana." seperti yang kuduga, sahabatku itu sudah mulai membuat rencananya sendiri.
Aku tersenyum melihat tingkahnya,"Jangan lupa bawa tangki air yah." Kataku menanggapinya. Dia hanya mengerutkan dahi hingga alisnya hampir menyatu, berusaha mencerna arti dari perkataanku barusan.
Ternyata hari ini aku tidak berhasil memblokade pikiranku, tetap saja hari ini aku masih memikirkan seseorang yang paling ingin ku lupakan. Bukankah katanya dia sudah kembali kesini ? Tapi, kenapa aku tak bertemu dengannya. Dia juga tak berusaha untuk menghubungiku. Apakah dia sudah tak peduli akan jawaban pengkhitbahannya padaku ? Mungkin jawabanku sudah tak penting lagi baginya.
Aku tahu, sekeras-kerasnya tekad orang pasti akan ada capeknya juga menunggu sebuah jawaban. Mungkin dia sudah lelah menunggu kepastian dariku. Lagipula, aku tak ada apa-apanya jika dibanding muslimah disini. Aku kembalikan cinta ini kepada-Mu Ya Rabb. Agar kau jaga cinta ini hanya untuk jodohku saja kelak. Jika memang dia bukan yang Engkau takdirkan untukku, jaga hati ini untuk tak berpaling dari-Mu.
---
Jazakumullah khairan sudah membaca.
Jangan lupa vott dan comment:v
KAMU SEDANG MEMBACA
[DRS] Cinta Dalam Iman
Romance--Ammeera Adifa Shakira Husein-- "Iman yang membawa cintaku berlayar walaupun tanpa sebuah pelabuhan." Cinta, aku percaya itu Fitrah dan Anugrah dari Allah Swt. Rasa Cinta yang membuat manusia hidup damai menyayangi sesama. Tapi, iman dia...