بِسْــــــــمِاللَّــــــــهِالرَّحْمَــــــــنِالرَّحِيــــــــمِ
...
"Betapa mudah busuknya kulit yang ditinggalkan isinya. Lantas bagaimana hati bila Imannya pergi ?"
...
Bandara Internasional Soekarno Hatta, terminal 2.
Seorang perempuan berkerudung pasmina mengencangkan gendongan tasnya di kedua bahunya. Perempuan itu menarik kopernya dengan cepat. Suasana bandara pagi ini tak membuatnya terkecoh. Dengan langkah pasti, dia berjalan untuk menuju dan menaikki pesawatnya. Sementara, dibelakangnya seorang laki-laki dengan langkah terseok-seok berusaha mengejarnya. Berlari sekuat tenaga untuk menghentikan perempuan dengan tekad baja didepannya.
"Fa," akhirnya dengan susah payah, ia berhasil menghentikan perempuan itu, "Please jangan pergi."
Perempuan itu menepis tangan laki-laki yang mencengkram lengannya yang berlindung mantel coklat, "Aku mohon jangan halangi aku lagi, maaf aku harus pergi."
Laki-laki itu menarik nafasnya gusar, "Lantas bagaimana dengan pertunangan kita ?"
"Tidak ada lagi pertunangan mulai hari ini. Ummi sudah membatalkannya kemarin." Jawab perempuan itu sambil terus melangkah.
Pria itu menggusap wajahnya gusar, "Aku cinta sama kamu, Fa. Aku mau menikah sama kamu." Ucapnya,"Tolong jangan pergi."
"Beasiswaku sudah menantikku disana." Perempuan itu terus menatap kedepan, "Maaf, aku ngak bisa menikah sama kamu."
"Kenapa ?" pertanyaan laki-laki itu berhasil membuat perempuan disampingnya itu menghentikkan langkahnya.
Perempuan itu membalikan tubuhnya, menghadap pria disampingnya itu, "Cintaku dalam Imanku, Vid. Dan Iman kita beda." Perempuan itu menarik nafasnya dalam, "Cintaku hanya untuk pria yang seiman denganku, maaf."
Lelaki itu menatap perempuan dihadapannya, "Aku bersedia pindah agama, Fa. Tolong jangan pergi."
"Maaf, Vid." Kata perempuan itu sambil melangkahkan kakinya, tapi kemudian langkahnya terhenti di langkah kedua, "Jangan berpindah Iman dan Agama hanya karena seseorang, tapi pindahlah Iman dan Agama karena niatan tulus dari diri kita sendiri, Vid. Selamat tinggal, Vid. Aku pergi." Lanjut perempuan itu yang kemudian melangkah pergi. Meninggalkan lelaki bernama David, yang mematung tak berdaya di belakangnya.
~~~
Ramadhan hari ketiga di tahun keempat.
Itu kejadian empat tahun lalu sebelum aku pergi meninggalkan Indonesia untuk ke sini. Memang bagai mimpi di siang bolong, hanya karena itu aku mengambil beasiswaku untuk kuliah dan menetap disini. Hari ini adalah hari bahagia dengan pagi yang cerah dan matahari yang indah. Kebetulan setelah tahajjud dan sahur, aku tidak kembali tergoda oleh lambaian menggiurkan si pulau kapuk. Alhamdulillah, suasana pagi di kota ini bersahabat sekali. Sambil memandangi aktivitas orang yang lalu lalang dari atas balkon lantai apartemenku, akupun memulai aktivitas pagiku yaitu membaca informasi melalui benda pipih dengan layar kotak yang ada di genggamanku. Sembari berkabar dengan Ummi di Indonesia. Satu pesan muncul dalam notifikasi ponselku.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
[DRS] Cinta Dalam Iman
Storie d'amore--Ammeera Adifa Shakira Husein-- "Iman yang membawa cintaku berlayar walaupun tanpa sebuah pelabuhan." Cinta, aku percaya itu Fitrah dan Anugrah dari Allah Swt. Rasa Cinta yang membuat manusia hidup damai menyayangi sesama. Tapi, iman dia...