"Tatkala seseorang berulang tahun, sebenarnya ada dua hal. Yaitu bersyukur dan bersedih dalam syukur. Bersyukur karena Allah memberikan umur yang panjang baginya. Dan bersedih bahwa masa kontrak didunia ini tak terasa telah berkurang, tetapi itu harus disyukuri."
...
Seorang laki-laki tengah menyiapkan kue ulang tahun blackforrest tanpa lilin dan menyiapkan piring serta beberapa gelas. Yah, lelaki itu Azzam, ia sengaja menyiapkan ini untuk hari spesial Umminya. Lalu, ia bergegas menganti piyama tidurnya dengan baju dan mantel coklat yang senada dengan bajunga. Kemudian ia menyemprotkan beberapa semprot pewangi ruangan disetiap sudut ruangan. Dan tak lama setelah itu, suara pintu yang terbukapun terdengar. Menapakkan wanita paruh baya dengan lelaki yang sepertinya berumur sama dengannya.
"Ummi, selamat ulang tahun ya." Kata Azzam sambil menghampiri umminya, mencium tangan bidadari dihidupnya dan kemudian merangkul pinggangnya serta membawa umminya kemeja yang sudah Azzam siapkan tadi.
"Terima kasih ya, Zam. Ummi sudah jarang banget diginiin sama kamu semenjak kamu kerja dan sibuk bisnis." Kata Ummi Azzam, sepertinya sebentar lagi air terjun akan tiba-tiba tercipta dipelupuk mata Umminya Azzam.
"Ya, Zam. Benar kata Ummi kamu, kamu akhir-akhir ini sibuk, sampai-sampai kau lupa menemani Abi merawat kebun." kata pria yang duduk disamping Umminya Azzam sambil terkekeh. Abi Ahdeem, Abinya Azzam. Pria kebangsaan Turki yang memang senang merawat kebunnya itu akhirnya mulai angkat bicara.
"Iya, maafkan Azzam ya, Bi, Mi. Gara-gara Azzam sibuk, Azzam sering lupa meluangkan waktu untuk kalian." Kata Azzam sambil mencium kembali wanita yang kini tengah berulang tahun itu. Pria itu memang sering tinggal di rumahnya yang berada di restourannya.
"Iya, sempat-sempatkan dan sering-sering datang kesini, sebelum kamu menikah dan memiliki anak." Kata Ayah, sementara Ummi kini sibuk memotong kue untuk dihidangkan kepada dua lelakinya itu.
"Memangnya kenapa kalau Azzam sudah menikah ? Tidak boleh datang kemari ?" Tanya Azzam
"Ya, tentu boleh, kalau kamu tidak kesini nanti kasian cucu Ummi rindu sama neneknya." Akhirnya suara Ummi mencairkan suasana.
"Haha Ummi bisa saja. Nikah saja belum."
"Makanya cepat cari jodoh, ingat yang penting seagama dan sholehah." Skakmat dari Abipun membuat bungkam mulut Azzam. Mereka bertigapun akhirnya menyuap potongan kue yang dihidangkan oleh Ummi Azzam. Azzam hanya diam, sibuk dengan pikirannya. Hingga ia teringat kado untuk Umminya.
"Oh iya Mi, Azzam hampir saja lupa. Ini ada hadiah dari Azzam buat Ummi." Kata Azzam sambil memeberikan bingkisan yang dibelinya dengan Adifa itu, tepatnya kado yang dibayarkan Adifa.
"Loh, apa ini, Zam. Ummi buka yahh. Pasti gamis lagi ya" Kata Ummi bersemangat sambil membuka bingkisan dan menerka-nerka isinya "Wahh, benarkan tebakan Ummi pasti gamis. Tapi ngak apalah, yang ini bagus Ummi suka. Tumben kamu tau selera Ummi biasanya kamu selalu membelikan Ummi gamis warna merah."
"Tapi, sama Ummi juga tetap dipakaikan." Kata Azzam menyanggah, walaupun dalam hatinya ia bersyukur bahwa ibunya menyukai pilihan gamis dari Adifa, setidaknya selera mereka sama dan tidak berbeda jauh.
"Loh ada syal juga, Zam. Kamu ngak biasanya loh beliin Ummi syal." Kata Ummi yang penasaran. Walaupun dua tahun terakhir ini Azzam tidak merayakan ultah Umminya seperti ini, tetapi Azzam selalu mengirim kado, dan itu membuat Ummi Azzam hafal.
"Oh, itu... Itu dari Adifa, Mi. Temen Azzam, sebenernya bukan temen Azzam sih dia sahabatnya Nafisya yang kebetulan Azzam kenal, jadi Azzam minta dia buat milihin kado untuk Ummi, dan Alhamdulillah Ummi menyukainya." Azzam mengambil jeda "Dia juga bilang selamat ulang tahun untuk Ummi, dan katanya maaf tidak dapat menemui Ummi secara langsung." Lanjut Azzam menyelesaikan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DRS] Cinta Dalam Iman
Romance--Ammeera Adifa Shakira Husein-- "Iman yang membawa cintaku berlayar walaupun tanpa sebuah pelabuhan." Cinta, aku percaya itu Fitrah dan Anugrah dari Allah Swt. Rasa Cinta yang membuat manusia hidup damai menyayangi sesama. Tapi, iman dia...