#17 Kawan Bang Biyan

120 11 0
                                    

...

"Allah mendatangkan seseorang di kehidupan kita, bukannya tanpa maksud."

...

Aku melangkahkan kakiku menuju meja makan. Tampat Ummi berdiri dengan sibuknya menata dan membawa hidangan untuk makan malam kami.

"Dek, kamu belum jadi cerita sama abang." Kata Bang Biyan yang keluar dari mushola kecil keluarga.

Akupun langsung melindungi tubuhku di balik tubuh Ummi. "Kalian ada apa sih ini sebenarnya ?" tanya Ummi yang bingung melihat kedua anaknya yang tak pernah akur.

"Adifa tuh Ummi, dikejar-kejar seseorang." Timpal Bang Biyan yang kemudian duduk di meja makan, mengambil kursi di sebelah istrinya.

Ummi terbelalak kaget,"Dikejar-kejar seseorang ? Dekoleptor maksud kamu ?" tanya Ummi yang membuatku menoleh dengan cepat kearahnya. Sementara Bang Biyan menahan tawanya sambil mengangguk samar.

"Adifa rasa, Adifa tidak pernah berhutang." Kataku yang pura-pura berfikir.

"Dikejar-kejar cowok Ummi. Cieee, Adifa jatuh cinta. Pake pura-pura menghindar ngak mau ngangkat telepon." Kata Bang Biyan yang menaik-naikan alisnya.

"Apaan sih Bang, bercandanya ngak lucu." Timpalku sebal kearahnya.

"Siapa emangnya yang nelpon putri Ummi. Mau mengkhitbah putri Ummi ya ?" tanya Ummi. Ummi lagi ini, apa-apaan sih. Mengkhitbah, kemaren aja baru Adifa tolak.

"Azzam Ummi, Azzam Firdausy." Jawab Bang Biyan yang mengetahui nama Azzam lewat telepon tadi.

Mengapa kini Ummi bersekongkol dengan Bang Biyan untuk menggodaku. "Dia bukan siapa-siapa Adifa, Ummi."

"Siapa-siapa juga ngak papa kok, Sayang. Kamu itu udah cukup umur untuk jatuh cinta dan menikah." Kata Ummi memberi wejangannya padaku.

"Bener tuh Ummi, jangan lupa diseriusin di tahajjud-nya sama baca Surat Yusuf ayat 4. Setelah itu berdo'a, sebut nama dia." Bang Biyan mengambil jeda, "Biar Allah menjodohkan kalian."

Aku hanya tersipu malu. Dan mengambil tempat duduk disamping Ummi. Jatuh cinta dan Menikah ? ahh, entahlah aku rasa aku hanya ingin fokus dahulu ke karirku di sini. Menyebut nama Azzam di akhir do'aku, rasanya aneh. Aku belum pernah menyebut nama seseorang selain nama keluargaku- Abi, Ummi, Bang Biyan dan Mbak Zahra.

Akhirnya, kamipun memulai ritual sarapan kami dengan didahului do'a dari Abi. Acara makan kali ini terasa lebih menyenangkan. Bang Biyan berceloteh banyak membahas ini dan itu. Rasanya lama sudah tak pernah mendengarnya bercerita dengan semangat seperti itu.

Tapi tak lama kemudian, bel rumahpun berbunyi beberapa kali. "Biar, Adifa saja Ummi yang membukakan." Kataku yang menawarkan diri dan menyuruh Bi Silla untuk tetap melanjutkan makannya.

Aku melangkahkan kakiku untuk membukakan pintu rumah. Dan saat terbuka menampakkan sosok laki-laki yang menggenggam jas putihnya. Aku rasa ia seorang dokter.

"Assalamu'alaikum. Bisa bertemu dengan Biyan ?" tanyanya padaku memulai percakapan. Aku hanya mengangguk dan memepersilahkannya masuk serta duduk.

Aku melangkah ke ruang makan untuk menemui Bang Biyan, "Bang ada yang nyariin tuh diluar." Kataku yang kemudian melanjutkan makanku.

"Oh dia temen abang dek, nama dia Fahrul Muhammad Alwi. Dia tadi emang udah bilang sih mau kesini." Kata Bang Biyan yang kemudain melangkah menuju ruang tamu untuk menemui temannya. Aku tetap saja melanjutkan makananku.

"Siapa Fa yang nyariin Bang Biyan ?" tanya Mbak Zahra yang baru saja turun dari tangga, menuju ke arahku, Ummi dan Abi.

"Temennya katanya Mbak." Mbak Zahra hanya mengangguk mengerti.

[DRS] Cinta Dalam ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang