"Oh Allah, hari ini satu lagi cahaya cinta-Mu yang engkau tunjukan padaku."
...
Hari itu, hari dimana aku ingin sekali menangis di pelukan Ummi, mencurahkan semua uneg-unegku pada Ummi. Setelah sampai di apartementku aku langsung merebahkan diriku dikasur. Rasanya hari ini sangat berantakan. Tak lama kemudian tangan seseorang mengelus-elus puncak kepalaku yang tertutupi jilbab. Ternyata itu Nafisya, aku tidak tau jika gadis itu sudah pulang. Akupun menyeka air mataku.
"Fa, kamu kenapa ?" tanyanya.
Akupun menggeleng, "Tidak apa-apa, Sya. Tadi hanya kelilipan." Dia hanya menatapku, tapi dari tatapannya bisa kubaca bahwa ada sesuatu dihatinya, sepertinya dia tidak percaya dengan alasanku. Memang aku berbohong, maafkan aku, Sya.
"Ya sudah cuci muka sana. Aku kira kamu kenapa." Titahnya sambil mengambil buku untuk dibacanya. Akupun bergegas ke kamar mandi, dan mencuci mukaku.
Kutatap bayangan diriku dicermin. Rasanya benar-benar kacau. Mengapa ada rasa bersalah setelah menolak Azzam, tapi lebih tepatnya mengabaikannya.
Ini keputusan terbaik, Fa. Kamu sudah benar, aku mengulang-ulangnya dalam pikiranku. Lalu menghampiri Nafisya dan duduk disampingnya, "Sya kayaknya besok aku mau pulang aja deh ke Indonesia. Soalnya semenjak lulus, aku udah hampir beberapa hari disini." Kataku pada sahabatku Nafisya.
"Kok buru-buru amat, kamu baru tiga hari disini setelah lulus. Katanya mau nikmatin satu minggu disini dulu sebelum pulang ke Indonesia ?" tanya Nafisya yang terus menatapku.
"Rasanya aku ingin mempercepat kepulanganku." Kataku sambil mengambil hp diatas nakasku untuk memesan tiket online.
"Kamu tidak lagi menghindari seseorang kan ? Dekoleptor atau semacamnya ?" Ya Allah sahabatku itu, benar-benar ada-ada saja. Tapi, kamu benar, Sya. Aku memang lagi menghindari seseorang, bukan dekoleptor atau semacamnya, tapi orang itu adalah adik sepupumu sendiri, Azzam.
"Kamu pikir aku punya utang, and can't pay to the debt ?" kataku menatap Nafisya tak percaya, bisa-bisanya gadis itu mempunyai pikiran seperti itu, "I'm just really miss my mom, Sya. " lanjutku.
Kulihat Nafisya hanya mengangguk paham dan kembali membaca bukunya, sementara aku memilih merebahkan tubuhku dikasur dan lanjut tidur. Tapi, tiba-tiba ada notifikasi tertera dilayar hpku. Ternyata telepon dari Azzam, akupun mengubah mode silent pada hpku. Aku tak mau Nafisya tertanggu, dan tau. Lalu, aku memilih memejamkan mata dan tertidur.
&&&
Jam diatas nakaskupun berbunyi, setelah shalat subuh aku sibuk sekali, masak makanan untuk Nafisya, tata-tata barang dan packing, lalu kemudian menyiapkan keperluanku untuk pulang ke Indonesia. Hari ini adalah hari dimana aku akan pulang menemui Ummi di Indonesia. Tak terasa jam sudah menujukan pukul 07.00, setelah mandi dan shalat dhuha, akupun menyiapkan koperku di ruang tamu, agar nanti gampang berangkatnya, karena bandara apartemenku memakan waktu 45 menit. Akupun mengambil hpku, tapi sengaja aku tidak mengabari Ummi karena aku ingin membuat kejutan padanya.
"Semangat banget nih yang mau pulang." Nafisya mengambil tempat duduknya disebelahku, dengan membawa majalah ditangannya.
Akupun tersenyum, "Iya dong, mau ketemu Ummi."
Nafisya mengerucutkan sedikit bibirnya, "Jadi udah ngak betah nih tinggal sama aku ?" Ia menjeda perkataannya, "Bakal sepi ngak ada kamu, Fa." Katanya sambil memelukku.
Ya Allah sahabatku ini, jaga dia untukku Ya Rabb. "Aku mengelus tangannya yang memeluk leherku erat, "Nanti kita bisa ketemu lagi di Indonesia, atau aku akan sering-sering ke sini deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
[DRS] Cinta Dalam Iman
Romance--Ammeera Adifa Shakira Husein-- "Iman yang membawa cintaku berlayar walaupun tanpa sebuah pelabuhan." Cinta, aku percaya itu Fitrah dan Anugrah dari Allah Swt. Rasa Cinta yang membuat manusia hidup damai menyayangi sesama. Tapi, iman dia...