hujan turun dengan deras saat bus berhenti di pemberhentian selanjutnya, chan tidak mempunyai pilihan lain selain menerobos hujan untuk mencapai tempat tinggalnya yang hanya tinggal beberapa blok dari sini.
“naiklah.”
lelaki berkaca mata itu kemudian berjongkok didepan seungmin yang hanya memandangnya dengan wajah sembab.
“a–apa?”
“ayo naik, kita akan menerobos hujan atau akan terjebak disini.” seungmin dengan wajah yang masih menyisakan bercak air mata itu mengedip, menatap chan dengan ragu.
“seungmin?”
“aku..aku bisa berjalan sendiri.”
“dengan kaki seperti itu?” seungmin lantas menunduk dan menatap kaki telanjangnya yang memiliki beberapa luka dan darah yang masih basah.
“tapi–”
“kau mau naik sendiri atau aku yang akan memaksamu naik?”
seungmin menggeleng dengan cepat, kemudian dengan ragu dan malu mulai naik ke punggung chan. yang lebih tinggi kemudian berdiri, menyimpan tangannya di kedua paha seungmin agar lelaki manis itu tidak terjatuh.
“siap?”
seungmin mengangguk dan chan mulai berlari meninggalkan halte yang mulai gelap dan sepi. tetesan hujan semakin banyak dan itu terasa menusuk di kulit, dalam sekejap keduanya sudah basah kuyup.
seungmin mengeratkan pelukannya di leher chan, menyimpan kepalanya di bahu lelaki itu, rasanya sangat nyaman sekali, seungmin suka.
tempat tinggal chan berada di area kompleks yang cukup sepi, sepanjang perjalanan seungmin melihat ada banyak pintu rumah yang tertutup rapat. lagipula siapa yang mau berada di luar rumah saat hujan sedang mengamuk? satu-satunya bangunan besar bertingkat disana adalah apartement dimana chan tinggal, mereka menaiki lift ke lantai lima dan berjalan kearah pintu kamar paling pojok.
klik!
pintu terbuka saat chan menekan beberapa digit angka, nafas lelaki itu sedikit naik turun karna berlari menerobos hujan dengan seungmin sebagai beban dipunggungnya.
“ini..tempat tinggalmu?” bisik seungmin pelan sembari menatap sekitar, tempat ini cukup luas hanya saja terasa sangat…kosong.
“aku tinggal sendiri disini.” ucap chan seolah bisa mendengar fikiran seungmin, dia masuk ke kamarnya dan menuju satu-satunya kamar mandi disana, lantas menurunkan si manis di depan pintu.
“mandilah dengan air hangat, aku akan mencarikan baju untukmu.” saat chan hendak berbalik seungmin menahannya.
“c–chan..”
chan membalikkan badan.
“ada hal lain yang kau butuhkan?”
seungmin menggeleng. “te..terimakasih banyak.”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
seungmin duduk disisi ranjang, dia sudah selesai mandi dan memakai baju hangat. celana hitam training dan hoodie biru yang kebesaran di badannya, padahal chan bilang hanya pakaian itu yang menurutnya paling kecil.
klek!
pintu kamar mandi terbuka dan sosok chan keluar dari kamar mandi dengan handuk dikepalanya, dia terlihat santai dengan celana selulut dan baju tanpa lengan. ada tetesan air yang menetes dari ujung rambutnya, seungmin tidak tahu kenapa dia menahan nafas, mungkinkah karna bisep sexy lelaki itu?
lelaki itu mendekat kearahnya dan seungmin terburu menunduk atau chan akan melihat wajahnya yang memerah.
“sudah merasa lebih baik?”
seungmin mengangguk kecil sebagai respon. chan kemudian melempar handuknya ke sisi ranjang dan membuka salah satu laci nakas sebelum duduk disebelah seungmin, hal mengejutkan selanjutnya adalah dia menarik kaki si manis diatas pangkuannya.
“CHAN! apa yang–”
“kakimu terluka karna kau berlari tanpa alas, ini harus diobati.”
“ta–tapi aku..aku bisa sendiri chan.”
seungmin mencoba menarik kakinya turun, namun chan menahannya kuat seolah memberi perintah padanya untuk diam, dan entah kenapa seungmin menurut.
“apa yang kau fikirkan sampai berlari tanpa menggunakan alas kaki hm?” chan menuang alkohol dikapas sebelum mengoleskannya di luka yang sedikit terbuka, seungmin refleks meringis. “beruntung kau masih menemukanku, bagaimana jika aku tadi sudah pergi?”
iya, seungmin beruntung chan belum pergi. jadi saat dia memohon dan menangis pada lelaki itu untuk membawanya pergi, chan tidak mengatakan apapun, namun sepanjang perjalanan dia memberikan pelukan serta usapan lembut dipunggungnya.
“terjadi sesuatu dirumahmu?” chan mendongak dan menatapnya lekat, ah dia tidak memakai kacamata sehingga seungmin dapat melihat sepasang obsidian coklat tersebut.
sepasang mata coklat yang teduh dan…mengintimidasi.
seungmin tidak tahu, tapi tatapan mata itu seolah menenggelamkannya.
“ibuku dan teman-temannya mengadakan pesta dirumah.” seungmin mulai bercerita sembari menunduk. “ada banyak minuman keras dan entah..aku tidak yakin, ada serbuk putih terbungkus.”
“narkoba,” batin chan dalam diam, dia mendengarkan namun tangannya masih bekerja mengobati kaki seungmin.
“aku ingin masuk ke dalam kamar saat salah satu teman pria ibu menarikku, dia mabuk.” seungmin mengepalkan tangannya. “lalu dia mengatakan pada ibu berapa yang harus dia bayar untuk tidur denganku, lalu..lalu..” dada seungmin sesak jika mengihat hal itu, sebisa mungkin dia menahan tangisnya.
“tidak apa, jangan diteruskan.”
tapi seungmin menggeleng. “ibu tertawa dan meminta lima puluh juta untuk satu malam. kemudian, pria itu menyetujuinya dan dia akan menarikku kedalam kamar. tapi aku..aku memberontak dan berlari…aku takut,” bahu seungmin bergetar naik turun dan lelaki itu sudah tidak bisa menahan tangisannya lebih jauh lagi.
chan belum berkomentar, namun dia menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dan menarik seungmin yang terisak itu keatas pangkuannya.
“tidak apa, kau sudah aman bersamaku.”
“hiks..chan..hiks..kenapa ibuku tega padaku hiks..” seungmin semakin terisak keras, dia memeluk chan erat-erat, seolah menyalurkan rasa sakitnya pada lelaki itu. chan sendiri mencoba menenangkan seungmin yang terus terisak hebat.
“tidak apa seungmin, tidak apa.”
tapi seungmin terus menangis keras. chan kemudian melepas pelukannya, menatap wajah seungmin yang berderai air mata, kemudian mendekatkan wajahnya dan,
chup~
bibirnya bertemu dengan bibir seungmin, dan ajaibnya tangisan si manis itu langsung terhenti.