Pagi itu, kulihat mentari bersembunyi di balik bukit— malu-malu menampakkan semburat merahnya.
Sorenya, hujan turun terlampau deras diiringi angin yang menumbangkan beberapa pohon tua di pinggir jalan. Menjadi musabab klakson-klakson menyaring keras karena ditunggangi ego yang meninggi.
Malamnya, bulan mencerah putih di tutupi sekat-sekat kabut hitam.
Hari itu pula, sang insan tak paham apa makna pesan dari semesta.
Memberi harapan?
Kemudian dihancurkan?
Berakhir dengan digantungkan?Entahlah.
Rumit sekali si Semesta.
//Okt 26, 2018
-tertanda dari sang pencari makna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsana Wéra
Poesia"Berbahasa dengan rasa." \\ Pada teori-teori yang belum terbukti. Pada jiwa-jiwa yang menanti pasti. Kubiarkan ia membela diri dari takdir yang terus membuntuti. 🌱 Harsana: hendak, ingin, mau Wéra: lapang, lega Antologi rasa dan karsa, pada barisan...