Pemerintah lagi-lagi berulah,
sedangkan aku hanya mampu menelan ludah.Palu terakhir telah diketuk,
aku hanya bisa mengutuk.Pejabat telah siap dengan berlembar-lembar narasi,
rakyat masih saja mencari-cari sesuap nasi.Ingin kuteriakkan "Dasar asu!!!"
Tapi, asu adalah makhluk yang setia—
tak pernah berkhianat.Sungguh, aku tak mengerti.
Apakah harta dan tahta begitu berarti?
Sekalipun harus mengorbankan hati nurani?Lalu, nanti apa yang akan kau katakan pada Ilahi?
lisanmu terkunci.
jiwamu mati.
dan tak ada siapa pun di sisi kanan maupun kiri.Setan?
ia yang paling awal melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsana Wéra
Poesia"Berbahasa dengan rasa." \\ Pada teori-teori yang belum terbukti. Pada jiwa-jiwa yang menanti pasti. Kubiarkan ia membela diri dari takdir yang terus membuntuti. 🌱 Harsana: hendak, ingin, mau Wéra: lapang, lega Antologi rasa dan karsa, pada barisan...