✠0⁴✠

1.5K 216 2
                                    

"kau jangan pernah masuk kamarku." sentak nara galak.

"sok mengatur sekali, sih" renjun berdecak kesal dan menatap nara sinis.

"ini rumahku, aku penguasanya." nara membukakan pintu kamar kakaknya

"sekali lagi kuingatkan, jangan pernah masuk kamarku." nara menatap renjun dengan tatapan tajam setajam pisau.

"kau tidak tanya ibumu alasan aku menginap di rumahmu?"

"sudah, katanya kau suka keluyuran, minum alkohol, merokok, bla bla bla."

"lalu? kau mau menjagaku begitu?"

"aku tidak sudi," kata nara singkat di balik pintu kemudian membanting pintu agak keras.

—lost—

"kau mau kemana?" tanya renjun yang kini duduk di hadapan nara.

nara tidak menjawab, dia lebih memilih menghabiskan sarapannya sambil memainkan ponsel.

"aku bertanya kepadamu nona jung!" teriak renjun agak nyaring karena tidak sabar.

"pergi kuliah, kenapa?" jawab gadis itu malas.

"ah, kebetulan aku ada jam kuliah juga. ayo berangkat bersama."

"nggak usah, aku mau berangkat sendiri." nara mencoba menolak baik-baik.

"harus, ini perintah. " renjun memaksa.

"siapa kau hingga berani memerintahku?" bentaknya kesal.

"penjagamu mungkin?" kata renjun santai sambil terkikik kecil.

nara berdecak kesal, "terserah kau."

"kita berangkat sekarang." ujar renjun kemudian beranjak dari duduknya.

nara hanya bergumam kecil tanpa melepaskan pandangannya dari ponselnya.

setelah kedua orang itu beranjak dan meletakkan piring kotor mereka di wastafel, mereka berjalan keluar dari apartemen nara.

tak butuh waktu lama untuk sampai di parking area, kini keduanya sudah bersiap untuk masuk ke mobil.

"masuk." renjun membukakan pintu mobil untuk nara.

gadis itu tak menjawab namun tetap masuk ke dalam mobil masih dengan pandangan yang fokus pada ponselnya.

"matikan ponselmu."

nara mendecak kasar sebelum akhirnya mematikan ponsel dan memasukan benda persegi panjang itu ke dalam tasnya.

kedua insan tadi diam, tak ada pembicaraan. renjun sibuk dengan kemudi dan gadis di sampingnya sibuk memandangi jalanan dari kaca jendela.

tiba-tiba saja renjun menyergah kasar, "menunduk sekarang! tutup matamu rapat-rapat, jangan membuka matamu sampai kusuruh!"

"ada a—"

terlambat Nara belum sempat menunduk dan menutup matanya. matanya menangkap sebuah mobil hitam mengejar mereka. penumpang di mobil tersebut semuanya membawa pistol.

gadis itu memutar bola matanya malas, baru pagi saja sudah dapat masalah.

nara meraih pistol di bawah jok belakang mobil. yah, nara memang jarang menggunakan pistol sih, tapi dia cukup mahir dalam hal menembak.

"kaca mobilmu anti peluru?" renjun mengangguk sebagai jawaban.

renjun membanting setir ke kanan. bersamaan dengan itu, nara membuka jendela dan menembakkan pistolnya ke arah kaca spion di kanan mobil untuk mengalihkan perhatian.

DOR

semua penumpang di mobil itu mengalihkan atensinya ke arah peluru yang ditembak nara. tanpa mereka sadari, renjun dan nara sudah berada jauh dari sana.

nara mengembalikan pistol itu di tempat tadi, bawah jok belakang.

"mereka terus mengikuti kita. siapa sih mereka?" protesnya.

renjun tak bergeming.

"jawab!" sergahnya kasar.

"kamu gak perlu tau." renjun menjawab singkat.

nara memutarkan bola matanya malas, kesal berhadapan dengan renjun yang keras kepala.

gadis itu menopangkan dagu pada bagian bawah jendela yang terbuka, menikmati angin pagi yang menyejukkan. bau bekas hujan kemarin menempel lekat-lekat di hidung nara. angin yang berhembus menerpa surai nara hingga berterbangan kecil.

yang renjun pikirkan saat ini, cantik. nara tak pernah berubah. cantik dan galak memang sudah menjadi ciri khas gadis itu.

tbc

lost | renjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang