paris, dikenal dengan nama kota fashion, city of lights, dan kota romantis. memang cukup benar sih, kalau dijuluki kota fashion. tapi kota romantis?
this city are the gate of hell!
mereka hanya tau sisi elegan paris, mereka belum pernah merasakan kehidupan asli paris. penuh darah, kriminal, koruptor, bahkan pembunuh.
they should now that!
paris itu seperti kotak kaca yang isinya pisau berlumurkan darah, indah luarnya saja. dan itu sangat mendeskripsikan renjun juga. renjun dan paris adalah satu kesatuan, tampan namun berbahaya.
aku membaca setiap lembar halaman informasi tentang renjun dari paman dengan cermat. aku tidak ingin melewatkan sedikitpun informasi tentang seorang huang renjun.
dari banyaknya informasi yang kubaca hanya 3 yang menarik perhatianku.
pertama, dia merupakan anak kedua keluarga huang. keluarga huang sendiri adalah milyuner pemilik perusahaan terbesar di tiongkok.
kedua, kakaknya dan dia memiliki suatu hubungan yang tidak bisa dilacak pamanku. yang pamanku tahu kakaknya sudah meninggal.
ketiga, yang satu ini paling menarik perhatianku. tertulis bahwa dia mengenalku. tapi sungguh, aku benar-benar tidak mengingat dia.
aku hanya berasumsi bahwa dia adalah seseorang yang hadir di mimpiku, hanya itu.
aku mengusap wajahku kasar, bingung dengan fakta yang seolah hilang ditelan bumi.
aku sedang tiduran di ranjang ketika renjun masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu. ia berjalan santai kemduian berbaring di kasurku.
"dasar tidak sopan!" desisku sinis dan ia hanya mengendikkan bahu tak acuh.
"sepertinya pamanmu tidak akan menemukan data asli diriku." renjun mulai berbaring terlentang.
"terserah, aku tidak peduli," ujarku asal saja.
"aku tidur disini, oke? kamar kakakmu tidak ada penghangatnya, aku kedinginan." renjun bahkan sudah menarik selimutnya sedada.
nara mengernyit bingung, memang sih di kamar kakaknya tak ada penghangat ruangan tapi di kamarnya kan juga tidak ada.
"di kamarku kan juga tidak ada penghangatnya, bodoh."
"tentu ada." renjun tersenyum jahil
"dimana?" gadis itu menaikkan salah satu alisnya.
"di depanku, sedang duduk bersila mengenakan piyama berwarna hijau tosca dengan rambut diikat."
nara melongo tak percaya. sebal, dia malah menyeret kaki renjun sehingga tubuh pria itu ikut terseret-seret.
"pergi! jangan pernah ke kamarku lagi!" renjun memeletkan lidahnya tak peduli.
renjun yang kesal akhirnya menarik tangan nara dan sehingga ia terjatuh berbaring di sampingnya.
"ssstt, tidurlah." renjun sudah lebih dahulu memejamkan matanya.
"terserah lah, aku capek." nara ikut memejamkan matanya.
belasan menit berlalu renjun belum tidur, dia hanya sekedar memejamkan matanya. setelah dirasa nara sudah tidur, renjun membuka matanya dan mengecup dahi nara agak lama.
"i miss you, dear. long time no see."
renjun menghela nafasnya berat sebelum akhirnya melanjutkan perkataannya. "i think it will be better if i go right? you were in safe zone when you were not with me."
"no, don't go." balas nara lirih namun tetap bisa didengar oleh renjun.
renjun tercekat, matanya membulat.
"don't go, please. somehow i just need you by my side." ujar nara yang masih memejamkan matanya.
"it's ok, i'll stay, darl."
malam kembali hening namun renjun belum mau tidur, netra pria itu masih mengawang langit-langit kosong.
aku tidak bisa berjanji, lebih tepatnya tidak mau.
tbc
hi, gimana ni story? huhuhu, maafkan aku yang lama update ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
lost | renjun
Fanfiction❝yang dihapus lalu dibuang jauh dari bumi❞ ft. renjun nct second book.