"Hei, orang yang kau suka itu benar sudah meninggal?"
Seorang wanita dan seorang pria sedang berjalan berdampingan menuju kamar mereka saat ini.
"Tentu saja, kenapa memangnya?"
Jika kalian menebak Jennifer dan kakaknya, Mark maka kalian benar. Mereka sedang di hotel saat ini.
"Aku ragu saja."
Dan jika kalian menebak mereka pergi ke Korea, kalian sangat hebat. Kalian benar.
"Eih, tidak mungkin dia masih hidup. Aku sendiri yang membunuhnya."
Mark membuka pintu kamar hotel dengan kartu kamarnya.
"Iya, iya."
Jennifer memutar kenop pintu hingga pintu terbuka dan berjalan lebih dulu.
"Apa yang akan kau lakukan jika dia masih hidup?" tanya Jennifer tanpa menengok ke arah kakaknya sedikitpun.
-lost-
"Kau tau?" tanya Nara yang sedang membaringkan dirinya di kasur saat ini.
"Tidak tau, kan kau belum memberitahu." Renjun menyengir lebar.
"Aku serius!" Nara terduduk.
"Haha, iya-iya."
"Semalam aku bermimpi melihatmu, aku tidak melihatmu langsung sih. Tapi aku yakin itu kamu dari tampak belakangmu."
"Lalu?" Renjun yang sedang duduk di kursinya tampak menyimak dengan baik.
"Kau berjalan pergi lalu menghilang. Lalu ada layar TV, di layar itu terdapat tulisan tidak jelas. Aku hanya dapat membaca dua kata. Huang Renjun dan kematian."
Renjun sontak kaget, ia meraih wajah mulus milik Nara dan menangkupnya.
"Hei, hei--"
Renjun mencium Nara lembut. Nara bisa merasakan benda kenyal nan manis milik Renjun menempel di bibirnya.
Manis, satu kata yang bisa Renjun deskripsikan untuk kegiatan ini.
Sudah sekitar 5 menit mereka berciuman, 5 menit itupun Nara tidak menolak. Renjun melepas pagutan mereka. Ia kembali melayangkan ciuman bertubi-tubi pada dahi Nara.
Rasanya seperti darah Nara membeku semua saat ini.
"Agar kau tidak bermimpi buruk lagi, nona." ucap Renjun sambil menyengir ketika telah menyelesaikan 'kegiatannya'.
Nara menepis tangan Renjun yang masih menangkup pipinya.
Jangan lihat muka Nara, mukanya sudah mirip kepiting rebus saat ini. Tanpa disuruh Nara terus menundukkan kepalanya. Ia berjalan keluar dari kamar Renjun dan membanting pintunya keras-keras.
Renjun? Jangan tanya, ia hanya tertawa senang dari tadi.
Nara berlari menurun tangga dengan cepat. Ia memelankan tempo larinya ketika ia sampai di dapur.
Nara membuka pintu kulkas bagian tengah miliknya, ia mengambil sebotol wine dan meneguknya cepat.
Sejenak kepalanya mulai pusing. Tidak, bukan karena pengaruh alkohol dari wine. Ia merasa kepalanya berdenyut nyeri, seolah-olah memaksanya untuk mengingat sesuatu.
Tubuh Nara mulai melemas hingga tangannya tak kuasa menggenggam botol wine yang ia ambil tadi. Botol wine itu jatuh begitu saja hingga menggores beberapa bagian di tubuh Nara.
Kepalanya terus memaksa memorinya untuk mengingat sesuatu. Dengingan yang bising terdengar sangat keras di telinganya hingga membuatnya berteriak.
"Arghhhhhhh."
Jaehyun dan Nara yang mendengar teriakan itu sontak kaget dan berlari keluar dari kamar mereka untuk menghampiri Nara.
Nara tak dapat mengontrol dirinya, ia berjongkok dan terus menangkup kepalanya. Jantungnya berdetak sangat kencang.
Tepat saat Jaehyun dan Renjun datang, kepala Nara berhenti berdenyut, suara dengingan yang ia dengar hilang seketika, jantungnya mulai berdetak normal.
"Hei, ada apa?" tanya Jaehyun dan Renjun hampir bersamaan.
Jaehyun dan Renjun mengernyitkan dahinya ketika jawaban yang mereka dapat adalah sebuah tangisan dari Nara. Dengan tersedu-sedu Nara berucap,
"A-aku mengingatnya. Semuanya."
TBC
Hi, i'll happy if you voment. Aku doain yang voment bakal diberkatin seumur hidupnya.
Thanks❤️
Btw doain aku ya gaesss mau uas, berdegup kencang hatiku niiiiiii.
Mereka bilang:
"Semangat uasnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
lost | renjun
Fanfiction❝yang dihapus lalu dibuang jauh dari bumi❞ ft. renjun nct second book.