✠1⁰✠

1.1K 176 8
                                    

Dan disinilah Nara yang kemarin hujan-hujanan, terbaring lemas di kasur dengan luka dan lebam yang masih setia menempel di dirinya.

"Makan dulu, Nona Jung."

Renjun menyendokkan bubur hangat yang baru ia buat ke mulut Nara. Nara mengatupkan mulutnya rapat-rapat dan menggeleng pelan.

"Tidak mau." ucap Nara pelan.

"Kau harus makan agar bisa minum obat."

Nara berdecak kesal, ia membuka mulutnya. Renjun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia mulai menyuapi Nara pelan. Perlahan makanan mulai habis. Renjun menyerahkan 2 buah pil kepada Nara.

"Minum obat, oke?"

Nara mengerucutkan bibirnya dan menggeleng kasar.

Renjun berdecak kesal. Ia segera memasukkan 2 pil tadi ke mulutnya. Dalam sekejap bibir manisnya telah menempel di bibir cherry milik Nara. Nara terbelalak kaget.

Renjun menggigit bibir Nara sehingga ia mau tidak mau harus membuka mulutnya. Renjun segera memindahkan 2 pil tadi ke lidah pucat Nara.

Setelah itu Renjun melepas pagutan bibirnya dan memberikan segelas air untuk Nara. Nara dengan cepat menyahut gelas kaca berisi air yang dipegang Renjun dan meneguknya.

"Hei, kau gila ya?" Nara meletakkan gelas yang ia pegang di dekat tempat Renjun menaruh gelas itu tadi.

Sang adam hanya terkekeh ketika sang hawa kesal. Salah satu kaum adam itu beranjak dari duduknya dan duduk di balkon kamar Nara.

"Beritahu ibumu bahwa aku hanya merokok dan keluyuran, tidak ada yang kulakukan selain itu." Renjun mengambil sebatang rokok dan pemantik api.

Ia segera membakar ujung rokok dengan pemantik apinya.

"Jangan merokok disini, bodoh! Aku tidak mau kena akibatnya! Kau saja, kan kau yang merokok!" Nara segera berbaring dan menarik selimutnya.

Renjun tertawa kecil, ia segera membuang puntung rokoknya. Renjun kembali ke kamar dan mengambil buku bersampul hijau tosca milik Nara.

"Ini." Ia melemparkan buku tadi ke kasur Nara.

Nara segera menyingkap selimutnya dan duduk di tengah kasur. Sekarang gantian Renjun yang berbaring. Ia meletakkan kepalanya di bantal empuk milik Nara.

"HR adalah Huang Renjun dan JN adalah Jung Nara. Tato bunga carnation artinya abadi."

Nara terbelalak kaget. Teori yang diberikan Renjun sangat masuk akal.

Nara membuka bukunya, halaman per halaman ia tatap lekat-lekat. Hingga akhirnya ia akhirnya sampai di halaman terakhir. Terselip kertas berwarna putih pucat yang terisi goresan tinta pucat.

Nara tampak bingung, ia baru pertama kali ini menemukan kertas putih pucat di buku teorinya. Nara membuka kertas tadi dan membacanya perlahan.

Goresan tintanya nampak rapi walaupun luntur karena terkena air. Cukup banyak tulisan yang luntur, kira-kira hampir semuanya. Hanya paragraf terakhir yang masih kelihatan jelas.

Selamat tinggal ayah, ibu, kakak, dan kekasihku yang ada di surga,



Huang Renjun

Maafkan anakmu ini ya ayah, ibu. Maaf jika sudah durhaka. Dan untuk kakakku, tetaplah sehat! Aku akan mengawasimu di surga. Untuk kekasihku, aku akan menyusulmu! Tunggulah!

Tertanda,
gadis biasa yang memiliki depresi dan akan segera menghilang dari dunia ini,
Jung Nara.

Aku mengernyit tak mengerti, aku pernah depresi? Ada sedikit bercak darah di ujung kertas ini yang berarti aku pernah hampir bunuh diri sesuai yang surat tadi katakan.

Hell! This is crazy.

Renjun adalah kekasihku? Really? Dan dia ada di surga?

Ketika sibuk berkutat dengan pikirannya, ponsel Nara berdenting, tanda pesan masuk. Nara segera meraih ponselnya. Ia mengecek pesan yang masuk.

From: Jennifer
Beritahu kekasihmu itu! Kakaknya masih hidup dan ada di tanganku saat ini.



















TBC

Hi, jadi gimana ini ff? Bagus gak? Btw sorry aku lama update, besok aku ada retret gereja jadi harus packing. Selanjutnya diusahakan cepet update.

I'll happy if you voment.

Thanks❤️

lost | renjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang