Epilog

1.9K 171 19
                                    

jaehyun menggerakkan kakinya mendekati batu nisan dengan ukiran nama sang adik perempuan. ia mendudukkan dirinya di sebelah makam perempuan yang lahir serahim dengannya.

pria itu mulai menitikkan air matanya. lelah dengan keadaannya, seharusnya ia menghentikan mark. seharusnya ia membiarkan mark bersama dengan huanran.

"why do you leave me so fast? i'm alone in this wicked world, sis."

jaehyun menyadari kebodohannya, ia melibatkan sang adik tercinta yang tidak tau apa-apa ke dalam masalahnya. hari itu, ketika jaehyun memberitahukan rahasia terbesarnya, ia tidak memikirkan resiko. seharusnya ia berhenti, seharusnya ucapan itu tetap terpendam sampai akhirat.

namun kini yang tersisa hanya kata seharusnya. seperti kata orang-orang, penyesalan selalu datang terlambat.

jaehyun tak henti-hentinya menangis. isakannya terus mengeras seiring memburuknya suasana hatinya.

seorang wanita memasuki area pemakaman, ia mendekati jaehyun. ah bukan, dia mendekati makam renjun yang berada tepat di sebelah nara.

ia menaruh sebuket bunga lily di depan batu nisan yang mengukir indah nama seseorang yang berharga bagi wanita itu.

wanita itu beranjak mendekati jaehyun, ia meletakkan sebuket bunga lily di makam nara. Membuat jaehyun seketika menghentikan tangisannya dan menatap wanita yang wajahnya tertutup topi hitam itu.

wanita itu pergi tanpa mengucapkan apa-apa. ia mendekati makam lain yang berada tidak jauh dari tempat jaehyun berada.

jaehyun mengejarnya, terlanjur penasaran dengan wanita bertopi itu. dan ketika wanita itu berhenti berjalan, jaehyun mencekal tangannya tapi wanita itu tidak berbalik.

"bukankah kau mengenalnya?" tanya wanita itu sambil menunjuk makam seseorang dengan dagunya, membuat jaehyun menengok ke arah yang ditunjuk wanita itu.

Mark Lee

dia mengenal mark? siapa wanita ini?

"tentu saja, dia temanku." jawab jaehyun.

"ah, begitu." wanita itu melepaskan cekalan jaehyun lembut dan meletakkan sebuket bunga edelweiss di dekat batu nisan mark.

"dia menyukai arti keabadian, jadi aku membawakannya edelweiss." wanita itu tersenyum samar yang masih dapat dilihat jaehyun.

"maaf, anda mengenalku?"

wanita itu mengukir senyumnya dan mendongak.

"tentu saja," kata wanita itu, huang huanran.

jaehyun tak berkutik seketika. menyadari apa yang ia lihat, jaehyun segera menarik huanran ke dalam pelukannya, memeluknya erat dan semakin erat. yang didekap terkekeh kecil dan membalas dekapan jaehyun.

"aku merindukanmu, sangat." jaehyun kembali menitikkan air matanya bahagia.

harapannya terkabul, wanita yang ia cintai belum meninggal. ia masih ada di dunia, bahkan kini ada di pelukannya.

—lost—

Nara menginjakkan kakinya di jalanan keramik yang berwarna putih susu. Ia tengah menggandeng seseorang pria yang sedang mengulas senyuman manisnya.

Hari-hari yang mereka habiskan disini cukup menyenangkan. Menghabiskan waktu berdua tanpa ada rasa duka sedikitpun.

Renjun meminta Nara untuk berhenti di altar sehingga Nara menghentikan langkahnya. Ia mengecup dahi Nara penuh kasih sayang. Menyalurkan rasa bahagia yang ia rasakan setiap hari bersamanya.

"I love you, Huang Nara."

Benar, sudah bukan Jung Nara lagi sekarang. Sudah berganti menjadi Huang Nara.

"Love you too, mine."

Nara menggandeng tangan Renjun dan menariknya pelan. Mengajaknya untuk berdiri di sela-sela pilar agar dapat melihat indahnya dunia dari surga.

~Sometimes sad is the only way to get happines~

Tuhan itu adil, kita tidak selamanya sedih, tidak juga selamanya senang.







End

Huft, akhirnya official end. Thanks yang udah ngikutin sampe epilog.

Bye, see you in my next work!

Thanks❤️

lost | renjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang