✠1¹✠

1K 169 3
                                    

Dangerous boy and dangerous girl, aren't they perfect?

"Renjun." ucap Nara sambil menggoyangkan tubuh Renjun agar ia bangun.

Renjun yang merasa terganggu membuka sedikit kelopak matanya.

"Kau punya kakak?" tanya Nara.

Renjun terbelalak kaget. Ia segera beranjak dari tidurnya dan duduk di samping Nara. Ia mencengkeram bahu Nara kencang. Matanya menatap intens mata Nara.

"Siapa yang memberitahumu?" bentaknya agak keras

Nara yang masih memegang ponselnya nampak kaget dan ketakutan. Ia ingin beranjak dari kasur sekarang tetapi tak bisa. Jangankan beranjak, untuk berbicara saja lidah ya terasa kelu.

"Je-Jennifer." jawabnya lirih dan masih memasang air muka takut.

Demi apa, Renjun tampak seribu kali lebih menakutkan dari biasanya. Sikapnya saat ini berbanding 180° dengan sikapnya sehari-hari yang menyebalkan dan tetap ceria.

"Sialan." tanpa aba-aba Renjun beranjak dari kasur dan menyambar jaket ya cepat tanpa memedulikan ketakutan yang dihadapi Nara saat ini.

"Ren-Renjun." Nara mencoba memanggil Renjun lirih.

"Diam di situ! Kau cukup tunggu aku pulang, oke?"

Sungguh, jika Nara bisa Nara pasti sudah menangis kencang hari ini. Inilah yang paling ia tidak sukai, seseorang yang marah dan terbawa emosi.

Dalam hitungan detik, Renjun telah meraih kenop pintu dan keluar dari kamar Nara, meninggalkan Nara yang sedang dilanda ketakutan.

Nara mencoba mengetik beberapa nomor di layar ponselnya. Tangannya bergetar hebat, untuk mengetik beberapa angka saja ia butuh waktu bermenit-menit.

"Ada apa, Nara?"

"Paman, aku minta bantuanmu lagi ya. Tolong carikan informasi tentang keluarga Huang Renjun dan juga Jennifer Lee. Aku ingin informasi yang benar-benar lengkap kali ini."

"Tidak masalah, akan kucarikan. Secepatnya akan kuberikan kepadamu."

"Terima kasih paman. Kututup telponnya ya. Sampaikan salamku pada bibi."

Nara segera meraih laptop hijau tosca miliknya. Jika kalian tanya kenapa Nara suka hijau tosca, itu karena warna itu terlihat soft di mata Nara. Aliran lembut selalu bersarang di hatinya ketika ia melihat warna hijau tosca.

Ok, back to story.

Jemari lentik milik Nara mulai menari diatas keyboard. Hanya butuh beberapa menit untuk Nara agar bisa mencari apa yang ia cari.

Huang Huanran diangkat menjadi CEO Huang Corp.

Hanya itu berita terbaru yang keluar di website pencarian. Itu pun di upload 3 tahun lalu.

Apakah tidak ada berita lain?

Pikiran Nara mulai berkecamuk. Dia kan CEO bagaimana bisa tidak ada berita lagi tentangnya?

Nara yang nampak sedikit pusing segera menutup laptopnya dan meraih mantel coklat tua miliknya. Ia meraih kenop pintu dan keluar dari kamarnya.

-lost-

Ini sudah jam 8 malam, 3 jam Nara habiskan hanya untuk mendekam di kafe dan meneguk americano terus menerus.

Sekarang ini, ia sudah menempatkan dirinya di sofa tanpa melepas mantelnya sedikitpun. Ia langsung meraih remote TV nya dan menyalakan benda persegi yang dibilang TV itu.

Baru saja menghidupkan TVnya, bel pintu telah dipencet berkali-kali sehingga menghasilkan bunyi bising di telinga Nara. Nara mendengus kesal. Tapi ia tetap berjalan ke arah pintu dan membuka pintu apartemennya.

Oh god,

kalian pasti tidak akan percaya ini.

Di depannya ini, seorang Huang Renjun tengah berdiri dan merintih kesakitan. Nara dapat melihat bekas sayatan dan lebam yang dapat dihitung jumlahnya oleh Nara sendiri.



















TBC

Oke, firstly aku mau ngomong kalo misalnya cerita ini kemungkinan bakal tamat dengan chapter yang ga terlalu banyak, mungkin 20 atau 25. Itu di karenakan aku ga punya ide dan harus ngejar jadwal update biar bisa nyelesain sebelum Januari.

Udah itu aja.

I'll happy if you voment guys, moga" aja yang voment bakal dapet banyak rejeki dan diterima jadi pacarnya bias.

Thanks❤️

lost | renjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang