Pagi ini, Nara dan Renjun sedang sarapan. Tidak bisa dibilang pagi sih sebenarnya, ini kan sudah jam 9.
Salahkan mereka berdua yang terlalu lama berkutat dengan pikiran hingga tak bisa tidur.
Tidak ada perbincangan dari keduanya. Nara yang malas berbicara dan Renjun yang tampak bingung dengan situasi mereka saat ini.
Nara meletakkan sendok dan garpunya bersamaan di piringnya hingga menimbulkan dentingan keras. Ia beranjak dari duduknya dan menaruh piring kotor miliknya di tempat cucian. Hal itu juga diikuti oleh Renjun.
Nara yang selesai lebih dulu menghempaskan tubuhnya di sofa. Ia lelah, sangat lelah dengan kenyataan yang ada.
Kenyataan bahwa Renjun adalah kekasihnya.
Kenyataan bahwa ia pernah bunuh diri.
Kenyataan bahwa memorinya pernah dihapus.
Sibuk berkutat dengan pikirannya, gadis bersurai hitam legam itu tidak menyadari kehadiran Renjun yang ikut duduk di sampingnya. Detik berikutnya gadis yang menyandang marga Jung itu tersadar dari lamunannya.
Nara memilih untuk tetap diam. Daripada bertanya ke Renjun, dia lebih ingin bertanya dengan kakaknya yang lebih tau dengan masalahnya. Sayang kakaknya masih bekerja di jam-jam segini. Dan sialnya ia tertinggal sendirian bersama seorang pria penyandang marga Huang ini.
Resah dengan kecanggungan ini sang pria bersurai pirang memulai percakapan mereka.
"Sepertinya kau punya 1000 lebih pertanyaan di benakmu." Renjun memberanikan dirinya untuk menatap Nara.
Bukan jawaban yang Renjun dapat tapi malah sunyi tanda tak ada jawaban dari gadis yang ia tanyai.
Renjun yang mulai kesal mencengkeram bahu Nara erat hingga Nara tersentak. Keduanya beradu tatap. Mata hitam legam milik mereka berdua terus bergelut.
Nara menghela nafasnya berat. Kalau sudah seperti ini ia ikut kesal.
Dengan sekuat tenaga ia melepaskan cengkraman Renjun di bahunya. Ia menatap jengkel Renjun.
"Kau pergi waktu itu Renjun! Apa yang kau tau? Saat itu kita sudah tidak berkontak! Memang kau tau apa, hah?" benak Nara yang emosi ya sudah mencapai ubun-ubun.
Renjun tersentak, Nara mungkin tidak tau tapi ia sangat tau keadaan Nara saat itu. Renjunlah oknum yang selalu mengintai Nara dari kejauhan.
Hanya saja Nara tidak sadar. Ia tidak sadar bahwa telah dijaga, ia tidak sadar bahwa kekasihnya masih tetap setia menjaganya.
Renjun mencoba untuk tetap tenang, ia menormalkan deru nafasnya. Sesekali ia memejamkan matanya untuk mengontrol emosi yang sudah di ubun-ubun itu.
Jangan salah, Renjun juga bisa emosi. Hanya saja jarang.
"Apakah kau mengingat bahwa dulu kau sering merasa diikuti?" Renjun mencoba tenang dan tersenyum.
Nara menaikkan sebelah alisnya, bagaimana Renjun bisa tahu? Bukankah dia tidak ada di Korea saat itu?
"Iya, aku selalu merasa diikuti. Kenapa memangnya?" Nara yang tadinya membentak sekarang berubah menjadi cukup halus karena rasa penasarannya.
"Itu temanku, aku menyuruhnya untuk mengikutimu. Aku tidak meninggalkanmu. Aku menjagamu saat itu dari kejauhan."
Dan untuk kesekian kalinya Nara dikejutkan oleh oknum bernama Huang Renjun.
TBC
Hi, gimana ni cerita? Btw ini mau tamat, kurang 4 kalo ga 5 chapter lagi. Huhu sedih T_T
Makasih buat yang udah ngikutin sampe chapter ini.
A little words from me,
Thanks💕
KAMU SEDANG MEMBACA
lost | renjun
Fanfiction❝yang dihapus lalu dibuang jauh dari bumi❞ ft. renjun nct second book.