Jimin POV.
Awal hari sedikit bisa memberikan ruang gerak padaku. Untung saja kegiatan dimulai siang hari. Keberadaanku disini bukan tanpa alasan. Masih pagi cuaca juga belum meningkat suhunya. Aku pergi ke dermaga. Mencegah penambahan tingkat stress dalam pekerjaan. Sebelum pergi ke dermaga. Ada seseorang yang ku hubungi. Dia menjawab dengan nada ragu ketika aku mengatakan jika sedang ada di kota ini. Sepertinya anak itu tidak sibuk. Sudah sejak dua puluh menit dia mengatakan akan menyusulku kemari. Bagaimana kabarnya ya...
"CHRISTIAAAN yow man."
Aku menoleh cepat mencari sumber suara. Tidak ada orang lain yang memanggilku selain dia. Mungkin baru saja tiba.
Benar, dia berlari kecil, tersenyum kegirangan seorang diri, aku mengangkat tangan melambai padanya.
Masih sama. Masih tetap cantik."Dari kapan lo disini ?"
"Harusnya tuh kasih kabar kalau lagi liburan."
Aku melipat kedua tangan, hanya memperhatikan semua pertanyaan-pertanyaannya. Dia meringis setelah menyadari banyak bicara lalu berhenti.
"Sori. He,he."
"Ini masih jam kantor kan, ngapain keluyuran." Selidikku, setelah melirik jarum jam yang ku gunakan.
Lisa menggeleng cepat sambil tertawa, lagi-lagi seperti sebelumnya."Btw sekarang hari sabtu pak."
Astaga, maaf sehebat -hebatnya memori manusia mengingat semua hal, ada masa dimana aku bisa lupa...
"Eh jalan yuk, kita brunch. Tadi belum sempet sarapan." Pintanya, tetapi kali ini tidak ada ekspresi dominan.
Aku mengangkat kedua tangan di udara. Berjalan mendahuluinya.
"Yuk, tapi sori gak bisa lama-lama, karena ada urusan yang mesti gue kerjain siang ini." Kataku padanya.
Lisa berjalan cepat menyamakan langkahnya denganku. Melihat wajahnya seperti mata rantai akan terhubung dengan seseorang. "Liat grup alumni gak. Jeka balik tuh katanya."
Aku menunggu reaksinya. Disini tenang dan sunyi, pertanyaan tadi benar sampai ke indera dengarnya tanpa kehilangan satu pun kata penting. "Nah...kurang tau, gue sibuk." Ia mengangkat kedua bahunya cuek.
"Gue ada ketemu Jeka, pas lagi sama-sama di Jakarta." Jelasku lagi.
"Oh." katanya dengan raut wajah biasa saja. Anehnya sekarang dia juga ikut menghentikan langkah.
"Oh iya, ada acara apa Chris disini, tumben."
Skakmat, ku pikir Mano tidak akan membahas lebih detail urusanku. Aku kenal Mano sejak sekolah dasar, mengerti bagaimana cara berfikirnya. Tidak seperti wanita kebanyakan. Dia cerdas, kritis sejak dulu. Semua tidak berubah. Semoga aku bisa mengelabuinya kali ini.
"Ada urusan sama media cetak disini."
Aku mengikat tangan di belakang tubuhku, mengalihkan pembahasan. "Katanya lo laper. Ayo."
Aku coba melirik sebentar, Mano mengangguk singkat tetapi air mukanya tak memandang padaku, melainkan pada objek lain. Sangat, sangat intens. Pertanda buruk. Begitu pula selama di mobil ia juga tidak bicara lagi. Atau membahas yang sudah ku katakan.
"Percuma emang gue ngibul. Pasti gak berhasil ke lo. Haha. Oke, gue kasih tau, tapi jangan ngomong ke yang lainnya. Siapa aja gak boleh tau. Gimana ya...gak jadi deh. Susah Mano." Kataku.
"Gaje bener. Sejak kapan gue jadi ember bocor. Tapi kenapa kyaknya serem sih. Perasaan gue gak enak nih."
Mano tiba-tiba mendekat, memegang salah satu lenganku. Menatap sekitar kami. Wajahnya seketika berubah menjadi panik.
"Lo bukan pelaku sindikat gelap kan ? Pelaku black market! Jangan aneh-aneh Chris. Duh..."
Aku menahan tawa dengan kelakuannya. Kemudian mengatakan dan menjelaskan yang sebenarnya. Serta menyampaikan pesan khusus untuknya.
Mano mengerjap masih mencerna penjelasan dariku.
___________________
MAIN CAST
___________________
BADAN INTELEJEN NEGARA
DEPUTI BIDANG INTELEJEN SIBER
Jimin Christian Lando
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill My Pain || Blackbangtan [END]
Fanfiction[ C O M P L E T E D] "Pain is real. But so is Hope." Hubungan Lisa dan Tony harus terganggu karena mantan kekasihnya di masa lalu (Jeka), yang sudah memiliki calon pendamping hidup: Rosalie (kriteria wanita yang disetujui oleh kedua orang tuanya)...