Bonchap 1.2

1.8K 142 48
                                    

Maldives

      Hanya mereka pasangan kekasih yang berlibur kemari, kebanyakannya sudah menjadi pasangan suami-istri. Jeo terpaksa menahan galau melihat keuwuan pasangan-pasangan lain dengan romantisme yang menggebu-gebu.

     "Gue pengen posting foto-foto disini, kan bagus ya view-nya. Tapi belum nikah. Ntar dikira aneh-aneh dalam konteks negatif tiada tara. Hapal banget pola pikir mamah gimana. Mana banyak banget mata-mata dia. Pasti ada yang laporan. Kadang laporannya gak sesuai fakta. Manusia-manusia. Suka banget kasih micin. Udah gitu kalau marah lebih cepet dari Eminem kalau nge-rapp. Sedih juga, ditambah Jimin agak berubah satu tahun belakangan—sibuk-sibuk terus, kalau gak dipaksa. Gak bakal liburan berdua. Sikap dia juga udah gak serius jalanin hubungan. Gue gak bisa paksa, kalau dianya udah gak sayang. Berarti gak jodoh. Ya itu aja sih jawabannya."

      Malam hari disini indah, air laut tetap memancarkan pesonanya bersama lampu-lampu dari cahaya lilin menambah nuansa romantis dan menyenangkan.

      "Jimin kemana siiiihhhh—pergi gak balik-balik. Katanya ambil wine, tapi lama banget." Sudah lelah duduk seperti patung, juga meratapi nasibnya disini. Jeo memilih mencari keberadaan kekasihnya. Sebelum melangkah ia menghabiskan wine dalam gelasnya, tapi untungnya tidak gegabah meminum dalam satu teguk, melainkan sedikit demi sedikit. Ternyata ada sesuatu yang diletakkan di dasar gelas yaitu sebuah cincin cantik berkilau dengan permata yang besar.

     "Untung gak ketelen, astagaaaaa, pantesan gelasnya bunyi pas wine-nya aku goyang-goyang."

Dikeluarkanlah cincin itu dari dalam gelas, Jeo memutar seluruh bagian cincin. "Bentar."

Ia menemukan ukiran nama 'Jimin' di dalam nya.
"Hah."

      "Eheeeem..."kepala Jimin muncul dengan senyuman merekah disertai membawa satu buket bunga dan kotak cincin.

      "Aku denger semuanya tadi. Tapi nunggu kamu habiskan wine yang ada di gelas."

      "Ini cincin maksudnya gimana?"

       Sebenarnya Jimin diam di dalam kamar, berlatih pengucapan lamaran agar tidak mempermalukan diri sendiri. "Jadi sayang...Hari ini—di tempat ini. Aku lamar kamu untuk jadi istri aku. Empat tahun aku kenal kamu sejak masa kuliah berlanjut pas kita sudah sama-sama kerja. Sama-sama nunggu sampai ikatan dinas berakhir. Banyak suka duka yang kita alami. Sebenarnya, aku udah siapin dari lama. Aku nabung lebih banyak buat biaya pernikahan kita. Jadi aku gak perlu pake uang papah. Maaf kalau bikin kamu khawatir.

      "Jimin." Jeo menutupi bibirnya, tidak kuat menahan air mata dalam setiap kalimat yang Jimin ucapkan.

      "Kamu bisa kasih jawabannya sekarang." Pinta Jimin, bergaya seperti pangeran sekaligus menyerahkan buket bunga.

Sedetik itu juga Jeo mengangguk, "aku terima lamaran kamu."

      "Yess, akhirnya punya biniiiii." Jimin ber-euforia, bangkit dari posisinya dan memeluk erat kekasihnya.

       "Sepulang liburan, aku langsung ke rumah izin sama ayah kamu mau nikahin anaknya yang nyebelin ini."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kill My Pain || Blackbangtan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang