17 - Biggest Boss

1.3K 153 91
                                    

Saran: Sebaiknya baca ulang, agar tidak bingung. Nama beberapa tempat disamarkan atau ganti untuk keperluan cerita.

All characters in this work are fictitious and bear no ressemblances with anyone.

❄️❄️❄️

         "Jim," suara dan kepala Jeka muncul di balik pintu, berbisik memangil namanya lalu menutup pintu kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

         "Jim," suara dan kepala Jeka muncul di balik pintu, berbisik memangil namanya lalu menutup pintu kembali.

Tidak diberikan waktu untuk bertanya secara langsung, Jimin yang sedang duduk di dekat tubuh Lisa, bingung, berdiri dari kursinya pergi ke luar untuk mencari tahu.

        "Lo temenin Rosa bentar. Gue mau ngobrol sama Lisa."

Langsung saja jurus tersenyum penuh makna muncul dari wajah Jimin, artinya sebuah sindiran untuk Jeka, sungguh sangat menyebalkan. Pria ini sudah bisa menebak akan mendapat respon demikian.

        "Jangan liatin gue pake muka sange."

        "Percuma lo ngajak dia ngobrol, sadar aja belom, yang ada setan yang dengerin lo ngomong. Makanya kalau pas sama-sama sadar jangan berantem mulu. Susah kan, mau komunikasi beda alam begini."

Jeka beringsut menjauh karena malas meladeni Jimin, "Gue minta tolong Rendra aja kalo gitu."

       "Wih, yakin nih, haha...inget ya, dia mantan calon bini lo, si Rosa. Ganteng, tinggi, cerdas beda tipis ama lo lah. Tapi kualifikasi memenuhi. Kalem, baik penyayang. Duh bisa-bisa balikan. Cewek jadi-jadian liat Rendra aja naksir." Jimin mengatakan dengan antusias hatinya senang mengerjai Jeka, kenapa demikian, bagi Jimin: Jeka itu plin-plan tidak konsisten untuk urusan hati. Seharusnya bisa tegas dengan dirinya sendiri. Kalimat itu dimasukkan ke dalam hati oleh Jeka, Jimin berdecak, sambil menepuk pundak pria itu. "Muka lo kayak ketek. Bercanda bos, udah masuk sana. Gue yang jagain Rosa." Katanya sambil tersenyum dan tertawa.

      Sekarang kedua pria ini bertukar tempat juga kamar rawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Sekarang kedua pria ini bertukar tempat juga kamar rawat. Jeka menarik nafasnya lebih panjang sebelum membuka pintu. Melihat tubuh Lisa terkulai lemah. Wanita itu tidak bergerak. Jika Jeka mengatakan hatinya tidak sedih, adalah sebuah kebohongan. Semakin mendekat saja, aura kesedihannya semakin bertambah. Menggantikan Jimin untuk menempati kursi, ragu-ragu melihat keadaan tangan Lisa yang pucat dengan selang infus. Kemudian memberanikan diri menggenggam. "Gue kangen berantem sama lo, cepet bangun Lili. Gue minta maaf atas nama nyokap yang pernah bilang kalau kita beda status sosial, keluarga lo gak sekaya keluarga gue. Maafin semuanya ya Li. Gue bener-bener minta maaf. Gue gak berbuat banyak hal saat itu untuk lo. Wajar kalau Lo marah sama gue, karena sikap pengecut gue. Sekarang Lo bebas, gue gak akan bertingkah semau gue, gak akan ganggu lo lagi."

Kill My Pain || Blackbangtan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang