Ditatap dengan intens wajah pria yang sedang sibuk dengan cetak biru di atas meja kerjanya, Benar-benar sibuk atau sekedar menyibukkan diri agar tidak mengingat seseorang. Harry sedikit lebih peka dengan suasana hati Tony. "Cerita aja, gue tau lo lagi gak fokus."Sedetik kemudian raut wajah Tony menahan tawa, bisa dilihat dari kedua tulang pipinya yang mengembang. Satu jam yang lalu, Harry sudah disini menemaninya. Sekarang suasananya naik level menjadi serius.
"Lisa masih nyaman sama kerjaannya. Kalau mutasi kesini, gak bisa. Satu-satunya jalan ya...dia berhenti kerja. Tapi gue gak paksa dia buat ambil keputusan itu. Banyak perjuangan yang cewek gue lakuin pembentukan karir dia. Disisi lain. Tekanan internal dari nyokap juga makin berat." Tony melepas lembaran kertas, lalu melepaskan kacamata anti radiasi, menekan tulang hidung sambil menutup kedua kelopak mata, siapa tahu ini berhasil untuk menenangkan diri. Isi kepalanya seperti sedang kecelakaan, tabrak sana sini.
Kedua pria ini melirik layar ponsel yang menyala-nyala dengan nama tertera disana.
Rayna is calling....
Harry memilih duduk di sofa meninggalkan Tony yang menjawab sambungan telepon.
"Kak Lisa kasih ucapan ulang tahun ke aku lho kak. Seneng deh. Hahaha." Dari nada bicaranya, adiknya antusias dan bahagia.
Tony tersenyum, ngilu setelah mendengar nama Lisa disebut, "Kamu serius gak mau hadiah apa-apa ?."
"Gak usah kak, eh mamaaahhh–––." Ponsel Rayna tiba-tiba direbut oleh sang mamah.
"Kakak, ini mamah. Jangan ditutup teleponnya, udah dari awal bulan kan mamah bilang mau nyamperin Lisa. Tapi gak kamu kasih ijin. Sebenarnya ada apa...Cari calon istri yang gak mikirin diri sendiri ya nak. Mamah gak pernah liat dia secara langsung. Cuman dari foto. Jangan-jangan itu akal-akalan kamu. Foto artis yang kamu pake. Biar kamu aman dari pertanyaan mamah. Rayna sekarang makin sibuk sama kegiatan sekolah belum nanti kalau dia kuliah jadi makin sering gak di rumah. Kapan kamu nikah, nunggu mamah nyusul papahmu, atau mau mamah carikan calon istri."
"Mamah yang sabar ya, nanti tensi darahnya naik lagi. Katanya gak mau dirawat di rumah sakit. jadi jangan marah-marah."
Harry menahan tawanya, melihat raut wajah dan gerakan tangan Tony yang menjauhkan ponsel dari telinga. Kemungkinan bukan adiknya yang berbicara, tapi ibunya. Rayna adalah saudari angkat Tony, sebelum ayahnya wafat. Rayna diadopsi oleh keluarga Andreas karena mereka menginginkan anak perempuan dalam keluarga.
Lisa selalu menyepelekan hal-hal kecil yang berkaitan dengan Tony, tahun ini juga sama, selalu Tony yang memintanya mengirimkan pesan ulang tahun untuk Rayna. Setelah mematikan sambungan telepon ibunya, Tony menghubungi nomor ponsel seseorang.
❄️❄️❄️
Keadaan di tempat berbeda, tidak jauh lebih baik. Wanita ini mengatur setiap langkah kakinya anggun sekali, bertubuh semampai, tidak berubah termakan usia, tetap cantik, berusia sekitar lima dua tahun. Tiba dengan dandanan mencolok ala ibu-ibu sosialita keluar dari taksi yang ia tumpangi seorang diri. Asisten rumah Tangga Jeka yang masih sempat bersenda gurau sebelumnya, sekarang mendadak menjadi pendiam. Wajahnya kaku setelah menunggu-nunggu kedatangan si wanita.
"Jeka lagi ngapain bi,"
"Tadi sehabis sarapan, mas Jeka masuk ke kamarnya."
"Gerbang jangan ditutup, bapak masih ada rapat di Pemko, biar nanti bapak yang tutup."
Yulce menelan salivanya pelan-pelan, mengangguk saja biar cepat selesai. Walaupun sudah bekerja lumayan lama. Tetap jujur dirinya masih ketakutan jika melihat ibunda Jeka. Sebaiknya pergi mencari korban, ia mengetuk-ngetuk pintu kamar Jeka, "Mas, ibu datang...mas Jeka dicariin ibu." Tidak lama terdengar suara klik dari pintu. Tanpa merapikan rambut, mengenakan kaus oblong putih dan celana pendek. Jeka terkejut mendapati tamunya duduk dengan tenang dan anggun.
"Mamah dari Kalimantan apa dari Jakarta. Kok gak minta jemput tadi. Siapa yang anter?"
"Papah kamu ada urusan di kotamadya sini, gak tau dadakan juga. Besok balik. Ukuran lingkar jari manis Rosalie berapa...om kamu nanya buat ukuran cincin. Itu mamah bawa 5 cincinnya, minta Rosalie pilih yang dia suka. Kalau gak ada yang dia suka. Bikin baru nanti."
Menahan dan menghembuskan nafasnya. "Aku gak tau. Kenapa gak tanya ke Rosalie langsung. Kan mamah punya nomernya."
"Kok jadi mamah, kan Rosalie nikahnya sama kamu. Masa mamah yang disuruh tanya. Ini nih...mamah paling gak suka dari sikap kamu yang apatis begini."
Tertohok dengan perubahan raut wajah Jeka setelah namanya disebut, Rosalie terlanjur mendengar pembicaraan anak dan ibu itu sejak di batas pintu. Tidak ia pungkiri ini berpengaruh padanya, sebisa mungkin mencoba melangkah dengan ringan walaupun sebenarnya langkahnya berat. Tidak mudah memang mencintai seseorang yang tidak memiliki perasaan apa-apa kepadanya. Mengambil resiko besar, lelah jika berjuang sendiri. "Mah," katanya tiba-tiba membuat kaget ibunda Jeka yang sejurus kemudian menoleh lalu tersenyum menyambut hangat Rosalie. "Maaf kalau aku bicara gak sopan, aku gak akan paksa Jeka nikah kalau Jeka gak mau. Mamah bisa liat, badan Jeka sekarang kurusan, mungkin karena merasa tertekan sama permintaan keluarga tentang pernikahan. Oh iya cuman mau anter barangnya Joji yang ada di klinik. Aku pamit mah, masih banyak pasien di klinik." Rosa pergi, hatinya terluka. Tapi sekarang rasanya jauh lebih baik. Bahkan ia tersenyum. Ikhlas. Semua wanita ingin dicintai. Bukan hanya mencintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill My Pain || Blackbangtan [END]
Fanfiction[ C O M P L E T E D] "Pain is real. But so is Hope." Hubungan Lisa dan Tony harus terganggu karena mantan kekasihnya di masa lalu (Jeka), yang sudah memiliki calon pendamping hidup: Rosalie (kriteria wanita yang disetujui oleh kedua orang tuanya)...