Bonchap 1.1

1.3K 121 28
                                    

Terima kasih karena sudah menghantuiku dengan permintaan Bonchap KMP.

❄️❄️❄️

      Pembentukan tim resmi dibubarkan setelah kasus selesai diurus dan ditangani. Masing-masing dari mereka kembali ke kota atau wilayah tempat dimana bertugas. Lalu...berhadapan dengan realita kehidupan lagi.

      Akhir minggu. Tepatnya hari ini. Jimin, Jeo, Jeka, Rosa, Lisa dan Tony menjadi bagian dari pihak keluarga mempelai wanita dan pria, kolega, dan tamu penting lainnya.

Happy Wedding
Jisoo & Rendra

Selamat
Menempuh Hidup Baru
Jisoo dan Rendra

Selamat Berbahagia
Jisoo & Rendra

      Puluhan karangan bunga dari pengirim tunggal sampai nama instansi yang mengenal pasangan ini berjejer memenuhi di halaman gedung dengan bentuk dan hiasan yang berbeda-beda.

      Jeka menyunggingkan senyuman di keramaian, sekilas menatap sinis pada seseorang.

      "Kamu diliatin bapak-bapak itu yang kumisnya tebel."

      "Manaaaa....ngaco ah. Dosa ngatain orang."

       "Iya emang dia dari tadi liatin kesini. Makanya sebelum pergi aku bilang jangan pake dress yang ini."

       "Yakan, ini paling sederhana...yang lainnya heboh kayak aku yang mau nikahan."

      "Iya tapi lekuk badan kamu jadi ke-ekspose."

Rosa mengedarkan pandangan pada  orang-orang yang berlalu lalang disekitarnya. Tidak ada ciri-ciri yang seperti Jeka ucapkan. Melainkan menemukan hal lain yang lebih menyebalkan.

       "Itu tadi siapa? Cewek barusan yang lipstiknya merah, pipinya merah negur kamu, pegang-pegang tangan kamu."

       "Oh...temen. Aku baru tau dia juga temenan sama Rendra, Jisoo... sekarang tinggal disini ya dia."

       "Hmm, kamu jalan sendiri sana! Jangan deket-deket aku." Rosa menyingsingkan rok gaunnya agar bisa melangkah lebar-lebar. Lalu diambilnya langkah-langkah panjang meninggalkan Jeka yang tertawa di belakang tubuhnya. Tidak perduli lagi dengan pria itu.

       "Sayang...hei tukang ngambek. Haha."

Jimin dan Jeo baru selesai mendapatkan tempat di area parkir yang sesak.

       "Kan bener Jim, aku bilang jangan siang perginya...penuh banget. Kamu dandan lebih lama dari aku. Di dalam gedung pasti lebih penuh."

      "Wow, iya ya. Hehe...maaf baby. Berapa ribu yang di undang sama Jisoo nih."

       "Sebanyak ini ya lebih dari 5000."

       "Kita gak usah makan, kasih kado, salaman langsung pulang." Sungut Jeo tanpa basa-basi.

Jimin menoleh dengan mulut menganga sambil menurunkan kacamata hitamnya sedikit untuk melihat wajah Jeo yang terlanjur kesal.

      "Astaga Yang...gak sopan kayak begitu. Jeka sama Mano juga kesini, masa gak ngobrol. Nah kamu katanya mau kenalan sama Mano."

Jeo diam, wajahnya menjadi tidak setegang tadi. "Ya udah deh. Tapi aku masih sebel."

      "Apalagi sih. Kita kalau nikah juga bakal rame kayak begini. Tau kan emak-emak gimana. Orang tua kita punya relasi, ditambah kenalan kita, temen-temen. Kecuali kamu mau nikah diam-diam. Udah ah, luntur make up kamu marah-marah, cemberut. Saingan ama ikan koi bibirnya."

Jeo tiba-tiba tersenyum sumringah. "Kamu mau nikahin aku ya berartiiiii."

      "Ya iya lah. Dipacarin lama-lama gak aku ajak nikah. Memangnya kredit rumah."

Jeo tertawa, mereka pun segera keluar dari mobil. Suasana hati Jeo sudah membaik. Jimin seperti obat untuknya dapat meredakan rasa sakit, dapat memberikan vitamin untuk semua keluh kesahnya. Pria ini sangat pengertian. Di area parkir ini juga Lisa tersenyum setelah melihat sahabatnya Jimin dan menyenggol pundak Tony untuk memberitahukan. "Mas, kita bareng sama Chris sama ceweknya masuk ke dalam gedung. Itu tuh, mereka ada di arah jam dua."

Tony mencari sesuai petunjuk dari Lisa, lalu menemukan sepasang kekasih yang seperti sedang mengikuti kontes peragaan busana. Penampilannya luar biasa wow. "Itu Jimin pake sepatu yang ada hak-nya ya."

       Lisa melihat dengan seksama, "oh iya. Mau konser disini kayaknya." Pasangan ini menahan tawa. Mengipasi wajah mereka dengan tangan agar berhenti tertawa.

      "Jeo mau ngobrol katanya sama lo." Jimin memainkan alisnya kepada sang kekasih setelah mengatakan pada Lisa. Jeo menanggapi dengan mencubit pinggang pria itu, tetapi bersikap sopan tersenyum kikuk pada Lisa.

      "Oh, ya udah yuk." Ajak Lisa menyentuh pergelangan tangan Jeo. Mereka sambil menyusuri dalam langkah menuju ballroom. Mereka pun akhirnya bertukar pasangan. Jimin berbincang-bincang dengan Tony—Lisa bersama Jeo.

      "Kita belum kenalan secara langsung. Gue Jeo."

      "Gue Lisa. Chris doang yang biasanya panggil Mano. Haha."

Setelahnya, Jeo bergelanyut manja di lengan Lisa sambil merebahkan kepalanya di pundak wanita itu. "Hehe, maaf dulu sering cemburu dan bilang Jimin selingkuh sama lo. Tapi Jimin sabar kasih pengertian setiap gue bikin masalah cemburu-cemburu gak jelas."

Dengan tawa renyah Lisa memainkan pergelangan tangan Jeo. "Haha, ya ampun kirain apa. Iyaa dimaafkan. Santai aja. Jadi gue, Chris sama Jeka tuh temenan dari SD, kita bertiga juga saingan peringkat di kelas. Makanya kita deket banget bertiga. Ntar gue ceritain deh aib dia jaman sekolah."

       "Wah...serius. Boleh-boleh."

Sampailah mereka di dalam aula besar, lalu bertemu dengan Jeka dan Rosa. Tony menyapa hangat pasangan itu, terlebih Jeka. Sedangkan untuk Rosa...ini kali kedua dirinya bertemu dengan Lisa mantan kekasih Jeka. Mereka saling memberikan senyuman. "Pernikahan kita beda minggu, hehe." Kata Lisa pada Rosa, ia mengingat tanggal undangan yang Jeka berikan padanya yang diangguki oleh Rosa.

Jeo menganga. "Oh iya....acara kalian  tiga bulan lagi kan. Wah selamaaat."

       "Iya, semoga lancar sampe hari H. Doain ya Jeo."

       "Amin, semoga gak ada kendala dan dimudahkan segala urusan. Gue masih nunggu sampe akhir tahun, karena ikatan dinas. Huhu."

       "Semangat Jeooo. Kalau memang berjodoh sama Jimin. Gimanapun tetap sama dia." Lisa dan Rosa seperti gadis remaja yang mengucapkannya secara bersamaan, Membuat para pria di samping mereka bingung lalu menoleh bersamaan karena suara gelak tawa yang nyaring.

       Itulah wanita. Dimana pun cetar membahana

Dan selanjutnya secara bersama-sama mereka menemui nyonya dan tuan Rendra di atas panggung. Memberikan ucapan selamat atas pernikahan dan semoga menjadi keluarga yang berbahagia sampai maut memisahkan.

Kill My Pain || Blackbangtan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang