Jeka POV.
Tersenyum tanpa sebab bisa terjadi karena dua kemungkinan. Sedang berbahagia. Atau sedang merutuki kebohongan yang tidak sengaja dilakukan.
Aku baru saja tiba di tempat ini. Jimin menghubungiku untuk bertemu disini. Sebenarnya waktu libur sepertinya lebih maksimal jika digunakan untuk tidur saja. Malas sekali jika menunggu Jimin di dalam sana seorang diri. Aku putuskan untuk tetap di dalam mobil, sampai pria itu datang. Oke, sekarang yang ku lakukan menyibukkan diri berselancar dengan dunia maya mencari sesuatu yang menarik mungkin. Banyak yang bisa ditemukan disana.
Aku tanpa sengaja melihat ke seberang, setelah ada suara mesin mobil yang masuk ke area parkir. Memperhatikan dengan serius mobil yang sudah terparkir rapi dibantu oleh petugas parkir. Mungkin itu dia. Aku meletakkan ponsel di samping kursi kemudi. Menunggu si pemilik mobil keluar.
Bingo. Benar. Itu Jimin. Begini kan tidak perlu menunggu lebih lama. Aku beranjak keluar dari mobil menghampirinya dengan gaya cool.
Sebentar––Jimin turun di samping kursi kemudi. Berarti ada seseorang yang menyetir untuknya. Siapa?
Aku melambaikan tangan begitu pula dengan Jimin. Kami ber-high five. Salam sesama pria pada umumnya.
"Bro, lo duluan aja. Gue nunggu yang punya mobil." Kata Jimin tiba-tiba. Aneh...
Aku menatap Jimin ragu. Kalimatnya terdengar janggal. Entahlah. Aku mengangguk saja menyetujui.Tidak, tidak. Aku penasaran siapa teman Jimin. Mungkin kekasihnya. Jimin tidak pernah terbuka tentang kehidupan pribadi. Ini seru jika dugaanku benar, aku memutar tubuh menjadi seratus delapan puluh derajat mencari sosok yang Jimin katakan.
Seorang wanita, berjalan dengan kepala menunduk. Satu telapak tangannya berada di udara mencegah sinar matahari mengganggu penglihatan. Ia tersenyum lebar tanpa beban mengajak Jimin berbicara dalam sela langkah kaki mereka. Barulah aku sadar siapa wanita itu. Aku mengenalnya dengan sangat baik.
Semburat senyum muncul sendirinya. "Seneng liat dia sehat dan baik-baik aja. Kayaknya sih juga makin tinggi." Kataku lirih.
Langkah kakiku bergerak tanpa aba-aba untuk memperpendek jarak antara kami berdua. Berhenti tepat di depannya. Dia terkejut ketika mendongak melihat wajahku.
"Lama gak ketemu, my Lili." Nama panggilan yang ku berikan padanya. Hanya aku yang memanggilnya dengan nama ini sebelum dan setelah menjadi kekasihku.
Sayangnya, ekspresi wajahnya tidak lagi sama. Kesimpulannya adalah Jimin tidak mengatakan jika aku juga ada disini. Terbukti, senyumnya menghilang dalam hitungan detik.
__________________
MAIN CAST
_________________
DIREKTORAT JENDERAL PAJAKSEKRETARIAT DIREKTORAT
KEBERATAN DAN BANDING
Lalisa Manoban
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill My Pain || Blackbangtan [END]
Fanfiction[ C O M P L E T E D] "Pain is real. But so is Hope." Hubungan Lisa dan Tony harus terganggu karena mantan kekasihnya di masa lalu (Jeka), yang sudah memiliki calon pendamping hidup: Rosalie (kriteria wanita yang disetujui oleh kedua orang tuanya)...