6 - Tony Andreas

1.5K 140 9
                                    

          Lisa menaruh kembali ponsel di samping komputernya yang menyala dari lima jam lalu, menyeruput coklat panas sedikit demi sedikit sambil bermain jari jemari tangan diatas meja, lama sekali menunggu pesan balasan dari Tony

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          Lisa menaruh kembali ponsel di samping komputernya yang menyala dari lima jam lalu, menyeruput coklat panas sedikit demi sedikit sambil bermain jari jemari tangan diatas meja, lama sekali menunggu pesan balasan dari Tony. Pria itu tiga bulan belakangan sedang sibuk mengerjakan persiapan proyek bangunan yang baru. Lisa tersenyum samar, jika mengingat tingkah kekasihnya, memang tidak ada yang aneh, tetapi ada arti tersendiri untuknya.

          Beberapa kali meminta pendapatnya tentang bagaimana rancangan kerangka bangunan, warna, bentuk dari desainnya. Atau sekedar menunjukkan hasil karyanya pada Lisa sehingga dirinya menjadi orang pertama yang mengetahui. Sekalipun Lisa tidak mengerti apa-apa terkait pekerjaan Tony, biasanya ia tetap akan memilih atau memberikan pendapat. Anehnya begitu menghargai Lisa, diluar dugaan, Tony bersikap sangat manis 'Baiklah, okay, Thanks babe.' Tandanya pria itu menyetujui pilihan yang Lisa berikan.

           "Pekerjaan gue kenapa gak kelar-kelar ya Tuhaaaan." Lisa mengeluh mengangkat kedua tangannya ke udara , sampai merasakan terganggu oleh suara bising di luar rumahnya. Seseorang mengetuk besi pagar rumah menggunakan gembok pagar. Sekarang sudah pukul 10.15 malam. Siapa orang gila yang datang bertamu dikala semua orang bersiap untuk tidur.

           'Masa itu ayah...ASTAGA, gue gak ada telepon ayah semenjak Jeka misscall nomer ayah. Sekarang gara-gara itu suka parno sendiri. gara-gara si gila.'

           Tabiat ayah Lisa sangat disiplin dan tegas, itu sebabnya ia meyakini jika seseorang yang bertamu ke rumahnya sekarang kemungkinan dari perkiraan sekitar tujuh puluh persen adalah ayahnya.

            Rasa panik, khawatir, takut bukan main melanda Lisa, mengingat ucapan Jeka padanya tempo hari membawa-bawa nama ayahnya. Bukan tanpa alasan, bagaimana ia sangat mengenal seorang Jeka seperti apa. Akhirnya, karena hal itulah ia memblokir seluruh akses komunikasi yang berkaitan dengan pria itu dari ponselnya. Ia juga membatasi diri untuk bertemu dengan Jimin. Agar tidak bertemu dengan Jeka. Lisa memegangi kepalanya, berjalan mondar-mandir. Kondinya yang sudah lelah, tidak bisa berfikir atau menelaah lebih lanjut, tanpa berfikir untuk memeriksa cctv di depan pagar siapa tamunya.

          "Hai." Jeka melambaikan tangannya di depan wajah Lisa senyuman ia berikan pada seseorang yang terngaga di depannya. Menerobos masuk melewati tubuh Lisa. Beranggapan ini seperti rumahnya sendiri.

            Lisa memastikan tidak ada tetangga yang melintas, setelah menutup pintu, menyusul kemudian berusaha menghentikan langkah Jeka. Tetapi pria itu bertubuh lebih besar darinya tentu saja selalu bisa menghindar.

            "Jeka, pulang sana."

            "Gak sopan ngusir tamu Li."

            "Heh...kalau lo waras, gak akan main nyelonong masuk ke rumah orang jam segini." Lisa ingin berteriak dan memberikan sumpah serapah, tapi sekarang sudah larut malam. Nanti akan mengganggu tetangga di sekitar kediamannya. Ia menghentikan langkah menatap punggung pria itu dari balik pintu rumahnya.

Kill My Pain || Blackbangtan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang