RWTS | 04

6.9K 1.1K 49
                                    

Seoul, 2012

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seoul, 2012

Mata nya terpejam rapat, tetapi tangannya sibuk memetik nada yang terdengar asal dari gitar berwarna putih yang penuh dengan stiker. Bibirnya menggumamkan nada asing, sampai kemudian mata bulan sabitnya membuka. Mengambil pensil yang terselip di telinga nya kemudian mencoret-coret buku catatan kecil yang selalu dbawa nya. Buku catatan berisi lagu-lagu yang diciptakannya sendiri.

Baru saja Jimin kembali menutup mata guna mencari nada lainnya, ketika punggungnya dihujani dengan pukulan yang tidak bisa dibilang pelan.

"Ya! Ya!" Jimin mengelak ketika akan dipukuli lagi. "Kim Taehyung kau sudah gila?!" teriaknya pada pemuda yang tadi memukuli punggungnya dengan penuh semangat.

"Kau yang gila!" semprotnya, "Kenapa kau malah ada di sini bukannya masuk kelas?" Taehyung berkacak pinggang, pasalnya teman nya sedari kecil itu tidak memunculkan batang hidungnya di kelas selepas jam istirahat selesai hingga akhir pelajaran hari ini malah dia berada di atap sekolah dengan gitar nya. Taehyung tidak heran sih, ada saat di mana Jimin akan menghilang ketika inspirasi sedang menghinggapinya. Tapi lama-lama Taehyung jadi kesal juga.

"Sastra dan Park Jimin itu tidak cocok." Jimin nenjawab, "Dia lebih cocok dengan Kim Taehyung." Jimin tersenyum, membuat mata bulan sabitnya menyipit, Taehyung berdecak lalu ikut duduk bersila di sebelah Taehyung, dia melirik kertas yang penuh coretan lirik dan kunci nada itu. Tetapi Jimin buru-buru menyembunyikan nya, membuat Taehyung mengerutkan bibir.

"Aku mau lihat, lagu apa yang membuatmu sampai melewatkan kelas."

"Lagu yang sangat istimewa." Jimin menyimpanbuku catatannya di dalam tas gitarnya. "Kenapa?" Jimin mengerutkan kening ketika mendapati Taehyung yang menatapnya kelewat aneh dengan mata yang mengerling jail. Jimin memiliki perasaan tidak enak dengan tatapan Taehyung itu.

"Kau membuat lagu untuk seorang gadis, ya?" tebak Taehyung kemudian menarik Jimin mendekat. Menghadiahi jitakan pelan di kepala Jimin penuh kegemasan. "Astaga, sejak kapan temanku ini jadi sangat romantis, sih?"

Jimin berontak dengan susah payah, kali ini dia membalas pukulan Taehyung membuat temannya itu mengaduh sambil melindungi kepalanya kemudian. "Dasar sok tahu!" umpat Jimin sambil terus memukuli Taehyung yang sudah berteriak meminta ampun. Jimin menyentil kening Taehyung sekali lagi sebelum berkacak pinggang, "Itu lagu untuk hadiah ulang tahunmu, bodoh." kesalnya, "Ah, sekarang sudah tidak jadi kejutan lagi." Jimin bersidekap.

"Baiklah aku akan berpura-pura terkejut saat nanti kau menyanyikan lagu itu saat ulang tahun ku."

Jimin menatap Taehyung sengit, Taehyung dan segala ide bodoh nya. Tak menanggapi ocehan Taehyung, Jimin kemudian memasukan gitar ke dalam tas gitar hitam nya lalu menyandang tas sekolahnya yang sudah dibawa kan Taehyung barusan, dia terlihat bersiap pergi membuat Taehyung sigap berdiri menghalangi jalan nya.

"Mau kemana?" tanya nya.

"Pulang, ke rumah mu." jawab Jimin.

"Kau tidak ikut kelas malam?"

Jimin mendesah gusar, "Sudah aku bilang, pelajaran dan Park Jimin itu tidak cocok." kemudian dia melirik tas sekolah nya. "Lagi pula, kau sudah membawakan tas sekolah ku. Kau pasti sudah tahu aku tidak akan ikut kelas malam, kan?"

Taehyung menggerutu, benar, salah nya kenapa membawa tas Jimin ke sana. Tapi dia tahu, Jimin memang tidak terlalu tertarik dengan pelajaran. Yang ada di pikiran Park Jimin hanya musik. "Lalu kenapa kau malah ingin pulang ke rumah ku, bukan ke.. panti." Taehyung menggigit lidahnya, mengumpati diri nya sendiri karena harus mengeluarkan kata-kata itu.

Tetapi Jimin tak ambil pusing, dia malah melewati Taehyung begitu saja. "Rumahmu itu rumahku juga, kan?" Jimin memiringkan kepala nya menatap Taehyung yang masih berdiri di posisi yang sama. Gusar karena Taehyung tidak juga merepon. Jimin kembali berjalan menuju Taehyung lalu menarik tangan teman kecilnya itu.

"Cepat ambil tas mu di kelas, aku sudah lapar!"

***

"Taehyung-ah, bukan nya itu Yoo Jung?" Jimin menunjuk seorang gadis berkuncir kuda yang tengah berdiri di pinggir trotoar tak jauh dari gerbang sekolah.

"Hm.." Taehyung melirik sekilas, "lalu kenapa?"

Jimin merotasikan mata nya gusar lalu menarik Taehyung dalam rangkulannya. "Kau kan suka pada nya." goda Jimin, kemudian mengaduh karena Taehyung menarik rambutnya. "Ya! kenapa sih kau suka sekali memukul ku?" gerutu nya sambil membetulkan letak tas gitarnya yang sedikit merosot.

"Karena kau selalu bicara omong kosong."Taehyung menahan diri untuk tidak menarik rambut Jimin lagi.

"Ey! satu kelas juga tahu kau menyukai Yoo Jung." Jimin seakan tidak menghiraukan wajah gusar Taehyung mungkin sebentar lagi dia akan mendapat pukulan kembali dari temannya itu.

Tapi ternyata tidak, Taehyung hanya menatap punggung Yoo Jung dari kejauhan. Memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana seragam nya kemudian menarik napas panjang. "Dia sudah punya kekasih, bodoh." Taehyung menggerakan dagunya menunjuk pada sebuah motor yang berhenti tepat di depab Yoo Jung. Mereka berdua tak bisa melihat wajah nya, tetapi ekspresi Yoo Jung terlihat senang, senyum gadis itu mengembang bahkan sampai dia naik ke atas motor kemudian menyelipkan kedua tangannya pada pinggang si pengemudi memeluknya erat.

Taehyung menyukai Yoo Jung, mungkin perasaan nya itu memang jelas terlihat. Tapi Taehyung tahu gadis itu tak pernah ambil pusing ketika teman-teman sekelasnya meledek mereka berdua. Yoo Jung hanya akan tersenyum atau tertawa menimpali candaan mereka, tapi Taehyung tahu Yoo Jung hanya gadis baik yang tak mau menyakiti hati Taehyung meski Taehyung tahu gadis yang tinggal di belakang apartement Taehyung itu sudah memiliki kekasih. Cinta pertama yang tragis.

"Saingan mu sepertinya orang kaya, Taehyung-ah. Berat." Jimin menepuk-nepuk dada Taehyung sebelum berjalan mendahulu Taehyung keluar gerbang.

Taehyung berlari menyamakan langkahnya dengan Jimin, kemudian mengalungkan tangannya pada lengan Jimin. "Apa aku harus menjadi orang kaya lalu merebut Yoo Jung?" tanya Taehyung dengan cengiran kotaknya, "Ya! kenapa kau memukul ku?!" Taehyung melepaskan rangkulannya pada lengan Jimin lalu mengusap kepala nya kesakitan.

Jimin malah terkekeh, mengalungkan tangannya pada leher Taehyung, "Ayo, kita harus jadi orang kaya." Jimin kemudian menarik Taehyung ketika bus yang mereka tunggu berhenti di halte, mendorong Taehyung untuk naik.

Bus bergerak maju, membawa Taehyung dan Jimin serta di dalamnya.

Rewrite The Stars ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang