Dia masih mengingat dengan jelas bangunan restoran yang berdiri di hadapannya sekarang, masih terlihat sama hanya saja cat nya terlihat baru di timpa kembali tetapi bagi Jimin, kenangan yang berada di dalam restoran itu masih sama saja. Buruk.
Kenangan buruknya lima tahun yang lalu...
Jimin berlari sepanjang trotoar, tak peduli dia menabrak pejalan kaki yang bersumpah serapah padanya, tidak peduli kaki nya terseok karena tersandung beberapa kali.
Dia harus bergegas, dia harus menyelamatkan seseorang hari itu. Dia harus menyelamatkan Taehyung.
"Tunggu!!" Jimin berusaha mengejar bus yang mulai melaju ketika dia hampir sampai di halte, "tunggu aku!!" namun, sekuat apapun Jimin berlari dia tidak bisa mencapai bus yang mulai menjauh.
"Sial! Sial! Sial!" Jimin terus mengumpat, menyugar rambutnya ke belakang dengan kasar, panik, dia berusaha memberhentikan taksi. Tidak peduli jika dia harus merelakan seluruh uang yang dia bawa hanya untuk membayar ongkos taksi sampai ke pengadilan.
"Taksi!" Jimin berteriak, melambaikan tangan berusaha memanggil salah satu taksi yang melintas.
Namun, bukan taksi yang berhenti di hadapannya. Melainkan sebuah mobil hitam bmw yang terlihat mewah disusul seorang lelaki tegap berpakaian serba hitam dengan kacamata hitam yang membuat Jimin sejenak mundur dengan sikap waspada.
"Park Jimin?" lelaki itu bertanya.
"Y-ya." Jimin menjawab dengan terbata.
"Silakan masuk ke dalam mobil." lelaki itu membuka pintu belakang agar Jimin bisa masuk, di dalam situ Jimin melihat seorang lelaki lainnya yang berpakaian sama.
"Maaf , aku tidak mengenal kalian." Jimin berusaha melarikan diri dari situasi yang aneh ini, namun lelaki tadi sigap mengambil tangan Jimin menariknya kemudian menyeretnya untuk masuk ke dalam mobil. "Lepaskan aku! Aku tidak ada urusan dengan kalian!" Jimin berusaha memberontak, namun dia tahu itu semua sia-sia karena jelas tenaga lelaki itu lebih besar dari pada badan Jimin yang kurus.
Tubuhnya terlempar ke jok belakang, tangannya di tahan oleh seorang lelaki lain yang berwajah lebih menyeramkan. Ketika mobil mulai melaju pergi, Jimin hanya berharap dia dapat segera menemui Taehyung di pengadilan untuk membantu temannya.
Jimin itu tidak pernah masuk ke restoran mahal, jadi ketika kakinya menginjak lantai marmer restoran bergaya mewah itu Jimin hampir saja menjatuhkan rahangnya. Hampir lupa bahwa dia dibawa secara paksa ke sana untuk bertemu entah siapa. Jimin diantar ke sebuah ruangan lain dengan dua orang pelayan perempuan berdiri di depan pintunya, membungkuk memberi salam kemudian membuka pintu agar Jimin bisa masuk.
"Ah, kau sudah datang?"
Jimin mengerjap, melihat seorang wanita tengah duduk di sofa merah maroon sembari menyesap teh yang masih mengepul.
"M-maaf, Nyonya." Jimin menjilat bibirnya yang kering, "sepertinya anda salah orang, saya sama sekali tidak mengenal nyonya." seratus persen, Park Jimin tidak mengenal wanita yang sedari tadi menyinggung kan senyum padanya itu. "Saya permisi, saya sedang terburu-buru untuk..."
"Untuk pergi ke pengadilan. Iya, kan?"
Pertanyaan wanita itu sontak membuat Jimin mengangkat kepala dengan wajah terkejut, "B-bagaimana anda bisa tahu?"
Wanita itu meletakan cangkir teh nya dengan anggun ke meja, melipat tangan ke dada menatap Jimin dengan wajah angkuh. "Karena temanmu itu, Kim Taehyung sudah menggantikan anak ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Stars ✔
FanficKesalahan yang dilakukannya di masa lalu pada Kim Taehyung membuat Park Jimin selalu dikejar rasa bersalah karena sikapnya yang terlalu pengecut. Ketika mereka berdua bertemu lagi, ketika Jimin berusaha untuk memperbaiki ikatan persahabatan mereka...