Kim Taehyung ingin sekali mengatakan pada dirinya sendiri bahwa apa yang baru saja dia dengar dari dokter Kang adalah bagian dari persiapan drama Jimin yang selanjutnya. Ingin sekali meyakinkan dirinya bahwa informasi yang didapatnya dari dokter itu hanya sebuah rekayasa.
Tapi melihat obat-obatan yang tergeletak di meja, pada pantulan tubuh Jimin yang berbaring tak berdaya di ranjangnya. Mengingat bagaimana Jimin terlihat sangat kesakitan dan menderita seperti tadi membuat Taehyung yakin bahwa ini semua nyata, bahwa Jimin benar-benar sekarat. Seperti apa yang dikatakan dokter Kang.
Jimin, sejak kapan kau pandai bersandiwara seperti ini?
"Taehyung-ah..."
Suara lirih itu mengalihkan pandangan Taehyung dari jendela pada sosok Jimin yang sudah sepenuhnya tersadar. Taehyung baru menyadari bahwa tubuh Jimin jauh lebih kurus dari saat mereka bertemu. Warna kulit Jimin yang semula sudah berwarna pucat semakin terlihat pucat.
"Kenapa? Kau sedang meyakinkan dirimu bahwa kau masih hidup?"
Pertanyaan sarkas itu membuat tubuh Jimin menegang, dia sebenarnya sudah menyiapkan diri untuk hari ini. Hari dimana rahasianya akan terbongkar di hadapan Taehyung, hari dimana dia harus melihat Taehyung menatapnya tajam menuntut penjelasan. Bahkan Jimin sudah menyiapkan jawaban atas pertanyaan yang akan Taehyung ajukan setelah ini.
"Mau menjelaskan sesuatu padaku?" Taehyung bertanya, berjalan mendekat ke sisi ranjang Jimin pandangannya lekat menatap pemuda yang terbaring lemah di ranjangnya itu.
"Aku sudah pernah bilang padamu bahwa aku sekarat, Taehyung-ah."
Sejenak Taehyung diam, pandangannya kosong seolah rohnya tercabut kembali ke masa yang sudah lalu. Saat dimana dia pertama bertemu kembali dengan Jimin.
Aku sekarat... Taehyung
Aku... akan segera mati
Kata-kata Jimin saat itu kembali terngiang kembali, dan emosi yang coba dia tahan sedari tadi seketika meluap. Membawanya lebih mendekat pada Jimin, kedua tangannya menarik kerah kaos pemuda itu yang tentu saja terkejut dengan pergerakan Taehyung yang terlalu tiba-tiba. Kedua mata mereka bertemu, Jimin bisa melihat kemarahan, kekecewaan, serta kesedihan bercampur menjadi satu di dalam mata bulat milik Taehyung. Mata bulat yang ketika dulu mereka masih remaja selalu penuh binar ketika berbincang tentang impian mereka.
"Setidaknya kau harus memberitahu seseorang tentang kondisimu," Taehyung mencengkram kerah baju Jimin kuat. "Setidaknya, kau harus melakukan operasi itu agar kau tidak mati, Park Jimin!" Taehyung berteriak tepat di hadapan wajah Jimin. Kata-kata dokter Kang padanya setelah memeriksa keadaan Jimin tadi benar-benar melekat di pikirannya. Dokter itu mengatakan kalau Jimin menolak untuk dirawat, menolak kemoterapi, juga menolak untuk melakukan operasi. Padahal, jika terus seperti ini kemungkinan Jimin untuk bisa bertahan semakin sedikit mengingat sel kankernya semakin menyebar cepat dari hari ke hari.
Saat Taehyung mengetahui Jimin menolak segala bentuk perawatan, Taehyung tahu bahwa Jimin tidak akan dengan mudah merubah pikirannya. Masalahnya adalah, kenapa pemuda itu tidak mau melakukannya? Kenapa ini semua seperti Jimin sengaja untuk mempersingkat hidupnya sendiri? "Apa kau memikirkan karirmu? Karena itu kau tidak mau melakukan operasi?" Pikiran itu, adalah yang pertama kali terlintas dalam benak Taehyung mengenai alasan kenapa Jimin tak melakukan pengobatan. "Kau takut penggemarmu meninggalkanmu karena tahu kau sekarat?" Taehyung tahu, Jimin bisa seegois itu. Mengingat bagaimana Jimin sangat mencintai mimpinya yang sekarang menjadi kenyataan ini.
"Aku tidak mau kehilangan ingatanku, Taehyung." akhirnya Jimin menjawab, "ada ingatan yang harus aku jaga sampai pada waktunya nanti."
Taehyung membeku, berusaha mencerna jawaban Jimin namun dia jelas tak mengerti apa maksudnya. Menjaga ingatan apa? Apa ada ingatan yang sangat penting yang harus Jimin jaga sedemikian rupa? Kalau memang Jimin kehilangan ingatannya, Taehyung akan ada di sana untuk membantu memulihkan ingatan pemuda itu. Taehyung sedikit tersentak ketika tangan Jimin yang terasa dingin memegangi pergelangan tangan Taehyung, menurunkan tangan itu dari kerah kaos Jimin.
"aku akan operasi, Taehyung." seulas senyum tipis tersungging di wajah pucat Jimin. "Tapi tidak sekarang."
"Kapan?"
"Setelah drama ini berakhir, setelah semua ini berakhir. Aku akan melakukan pengobatan."
Jimin tahu, dari sorot mata Taehyung padanya dia bisa melihat adanya tatapan tidak percaya di sepasang manik bulat itu. Jimin pada akhirnya mengambil tangan Taehyung, menggenggamnya dengan begitu erat.
"Aku janji, Taehyung."
***
"Ini informasi yang anda inginkan, Tuan."
Lelaki berpostur tubuh jangkung dengan jake kulit hitam serta topi berwarna senada yang menutupi sebagian wajahnya itu menyerahkan amplop cokelat pada seorang pemuda berhoodie dongker yang mengambil amplop tersebut dengan tergesa seolah tak ingin ada yang memergoki mereka tengah melakukan suatu transaksi di bawah sebuah jembatan tua saat waktu hampir tengah malam itu.
"Semua sudah ada di sini?" tanyanya pada lelaki tersebut.
"Semua informasi yang berhasil saya dapatkan mengenai Park Jimin sudah ada di dalam situ, Tuan Jungkook."
Jungkook menyunggingkan senyum kecil, mengeluarkan ponselnya jemarinya menari lincah di atas layar ponsel. Tak lama, dia mengantongi kembali ponsel itu ke saku celananya. "setengah bayaranmu sudah aku transfer, kau bisa mengecek rekeningmu." Jungkook memberitahu.
Lelaki di hadapan Jungkook itu memeriksa ponselnya, kemudian menyunggingkan senyum ketika melihat angka di rekeningnya sudah berubah. Sementara itu Jungkook sudah jengah memandangi orang yang dibayarnya itu. Di dunia ini terlalu banyak orang yang rela melakukan apapun jika diiming-imingi dengan sejumlah uang yang banyak.
Segera, setelah lelaki itu pamit pergi, Jungkook langsung masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di bawah jembatan. Jungkook menurunkan tudung hoodienya, menatap amplop cokelat di tangannya yang berisi segala informasi tentang Park Jimin. Kenapa Jungkook melakukan ini semua? Seperti seorang penguntit yang mengintai buruannya. Jungkook hanya merasa ada yang aneh dari pemuda itu.
Ada keraguan saat Jungkook membuka amplop cokelatnya, mengeluarkan beberapa lembar kertas, Jungkook langsung membacanya dengan seksama. Yang dia temukan hanyalah beberapa informasi yang sudah dia ketahui sebelumnya. Perihal Park Jimin yang berasal dari Panti asuhan dan asal usulnya yang tak jelas, namun yang menarik fokus Jungkook adalah fakta bahwa Park Jimin bersekolah di sekolah yang sama dengan Kim Taehyung juga Yoo Jung. Sesuatu yang sepertinya luput dari perhatian Jungkook selama ini. Tangannya membuka lembaran-lembaran lain dan menemukan sebuah foto dari buku tahunan SMA Jimin, ada foto Jimin di sana, juga Kim Taehyung, dan Yoo Jung.
Kemudian tangannya gemetar ketika menemukan sebuah foto lama yang buram, sepertinya lelaki itu mengambil foto itu entah darimana. Namun terlihat jelas bahwa yang berada di foto itu jelas adalah Park Jimin yang sedang berangkulan dengan Kim Taehyung dalam balutan seragam yang sama, saling tersenyum dengan lebar dan akrab.
"Jadi...mereka sudah saling mengenal? Mereka...bersahabat?"
Ini memperjelas semuanya bagi Jungkook, kenapa keduanya terlihat sangat dekat. Kenapa Jimin seakan sudah mengenal Taehyung sangat baik. Semuanya terasa jelas bagi Jungkook sekarang.
Tapi, apa Jimin mengetahui rahasiaku juga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Stars ✔
FanficKesalahan yang dilakukannya di masa lalu pada Kim Taehyung membuat Park Jimin selalu dikejar rasa bersalah karena sikapnya yang terlalu pengecut. Ketika mereka berdua bertemu lagi, ketika Jimin berusaha untuk memperbaiki ikatan persahabatan mereka...