Im Yoona POV
Sepanjang perjalanan, pikiranku kembali padanya. Aku mengingat apa yang terjadi antara kita, setidaknya aku pernah bahagia bersamanya.
Aku memutar cincin pernikahan yang masih melingkar di jari manisku. Aku tidak pernah bisa melepaskannya, bukan karena tidak mau. Tapi tidak bisa, semua cara sudah aku coba, tapi cincin itu tidak bisa keluar dari jariku.
"Aku akan menjadi satu-satunya orang yang tetap berdiri di sisimu mendukungmu walaupun semua orang mengkhianatimu" itu yang ia bisikkan padaku saat aku rapuh, tidak ada satu pun dari mereka yang menyukaiku, aku tidak peduli karena aku hanya butuh dia menyukaiku, mencintaiku dan melindungiku. Asalkan ada dia, aku sudah cukup bahagia.
Semua kenangan itu begitu indah dan membuatku begitu sedih setiap mengingatnya. Jika ada kata seandainya dalam hidup ini, aku memilih kata seandainya itu untuk kedua orang tuaku. Seandainya mereka tidak meninggalkanku maka aku tidak akan kehilangan status dan aku tidak akan dipandang sebelah mata oleh mereka.
Aku memilih memejamkan mata untuk tidur daripada terus berpikir untuk hal yang tidak mungkin.
Tiba di bandara internasional Incheon, Chanyeol bersama calon istrinya menjemput kami. Darren sangat senang saat melihat unclenya itu. Ia meminta Chanyeol mengendongnya, Chaeyoung pun membantuku membawa bagasiku.
Mataku tidak sengaja melihatnya, dia yang melihatnya. Dia menatapku sekilas dan kemudian melanjutkan jalannya bersama wanita itu di sampingnya.
"Noona, ada apa?" pertanyaan Chanyeol menyadarkanku dari lamunanku.
Aku hanya bisa memasang senyum palsu di wajahku. Tanpa menjawab pertanyaan Chanyeol, aku berjalan melewatinya.
"uncle ambil mobil dulu, darren bersama mommy dan aunty tunggu disini ya" ujar Chanyeol sambil menurunkan Darren.
Aku dan Chaeyoung berbicara, Darren yang berdiri di sampingku tidak sengaja menabrak seseorang yang lewat di belakangnya.
"Sorry,," ujar Darren karena tidak sengaja menginjak kaki seseorang di belakangnya.
Mendengar Darren mengatakan sorry, aku pun melihat ke arah Darren.
"Sayang, kenapa?" tanyaku, aku tidak memperhatikan seseorang yang berdiri di belakangnya Darren. "Oh mianhae tuan" ujarku saat sadar melihat Darren menginjak kakinya.
"Yoong," mendengar panggilan itu aku terkejut. Bukan karena panggilannya tapi suaranya. Suara yang ia rindukan selama ini.
"Oppa, ayo. Kyuhyun sudah menjemput kita" saat aku menatapnya, wanita disampingnya sudah menariknya.
Dia pria itu. Pria yang aku cintai setengah mati itu dan pria yang sudah melangkahkan kakinya meninggalkanku. Dan ia masih bersama wanita itu, alasan aku mengambil keputusan ini lima tahun yang lalu. Aku tidak pernah menyalahkannya, semua ini terjadi diluar kendalinya. Aku tahu dia pernah mencintaiku, walaupun aku tidak tahu itu tulus atau tidak tapi aku bahagiaa saat itu.
***
Author POV
Yoona memilih berdiam diri di rumah Chanyeol. Sedangkan Darren ikut uncle dan aunty nya berkencan.
Ponsel yoona berbunyi panggilan dari Nickhun bossnya.
"Ne big boss"
"Yoong, bolehkah aku memberimu sedikit tugas?"
"Ada apa oppa?"
"Aku memiliki satu client dari Seoul, ia ingin designer terbaikku yang mendesign gaun pengantin untuk menantunya. Aku tidak memberitahunya kalau kamu itu designer terbaikku, aku mengatakannya asistenku yang akan menemuinya"
"Baiklah"
"Gomawo,"
"Ini memang tugasku" ujar yoona dan setelah mengakhiri pembicaraan kita. Nickhun mengirimiku pesan alamat yang harus dia datangi.
***
Yoona tiba di sebuah restorant jepang, setelah mengatakan tempat yang sudah dibookingkan, pelayan mengantar Yoona ke tempatnya.
Badannya kaku saat melihat siapa orang itu. Lalu ia menghilangkan semua rasa gugup itu demi keprofesionalannya.
"Selamat siang tuan, nyonya" sapanya dan ia mengambil posisi duduk di samping nyonya Choi "Nickhun memintaku mengantarkan katalog ini, semua design terbaru kami yang belum pernah kita pamerkan ada di dalam sini"
"Aku meminta designer terbaiknya, itu artinya aku tidak menginginkan gaun yang sudah siap untuk menantuku. Aku menginginkan design khusus sesuai keinginannya" ujar Nyonya Choi dengan nada bicara yang tidak suka.
"Kami bisa melakukannya, aku akan meminta designer kami datang untuk berdiskusi dengan menantu nyonya" ujar Yoona, dan pria di ujung sana menatapnya dengan tajam sejak tadi. Ia berusaha mengabaikannya.
"Ya, minta mereka menemuiku, bukan kamu" ujarnya dan Yoona mengangguk. Ia lalu berjalan meninggalkan ruangan itu.
Yoona berjalan keluar dan saat akan menelepon nickhun, tangannya ditarik seseorang.
"Lepasin aku" ujar Yoona saat sadar siapa yang menariknya
"Diam" dia menarik yoona ke ujung yang tidak dilewati orang.
"Kenapa tuan menarikku?"
"Dia putraku?" pertanyaan itu membuat Yoona menatapnya tajam. Tapi dia berhasil menutupi keterkejutannya.
"Apa kamu mengenalku? Apa kita pernah begitu akrab? Apa kita saling mengenal?"
"Sialan, jawab pertanyaanku" ujarnya
"Aku tidak mengenalmu tuan. Apa jawaban ini bisa membuatmu melepaskanku?"
Siwon melepaskan cengkramannya di tangan Yoona,
"Berapa banyak uang yang sudah kamu terima dari orang tuaku? Berapa banyak sehingga kamu bisa seperti saat ini?" bentaknya "Jika kamu berpikir aku mengikutimu karena ingin kembali padamu, kamu salah. Aku hanya ingin tahu alasan kamu pergi, tapi sekarang hari ini semua itu tidak penting lagi, hatiku sudah mati untukmu"
Yoona berusaha tersenyum padanya,
"Apakah wanita itu sangat mirip denganku? Sehingga kamu salah mengenaliku? Tuan, sadarlah" ujar Yoona
"Teruslah berpura-pura, tenang saja jika melihatmu lagi, aku pastikan tidak akan pernah menyapamu" lalu ia melangkahkan kakinya meninggalkan Yoona.
Yoona menangis setelah Siwon pergi. Ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Nickhun,
"Aku tidak bisa menjadi designer untuk itu. Aku mohon carikan orang lain saja" ujar Yoona "Oppa, aku tidak bisa. Bagaimana aku bisa membuatkan gaun untuk pernikahan mantan suamiku" ia membuang ponselnya.
All the memories come back, but he never does
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FanfictionJika aku memiliki satu kesempatan untuk mengulangi kembali apa yang telah aku lakukan, aku akan tetap melakukan hal yang sama. Aku tetap akan meninggalkanmu, maafkan aku. Dia pernah ada di hidupku tapi itu masa laluku, dan kamu adalah wanita yang ak...