Pagi ini kelas Jennie dan Lisa dijadwalkan untuk pelajaran olahraga. Lisa terlihat sedang bermain basket dengan teman laki-lakinya sekelas, sedangkan Jennie juga bermain voli dengan teman perempuan sekelasnya.
Lisa sebenarnya ditawari untuk menjadi pemain inti tim basket putri sekolahnya, mengingat postur tubuhnya yang cocok sebagai pemain basket, tapi ia menolak. Ia hanya ingin fokus dengan klub martial art dan kegiatan bermusiknya.
Merasa capek, Lisa minta time out pada temannya dan mengambil botol mineral untuk minum. Ia memperhatikan sahabatnya yang sedang asyik bermain dari kejauhan.
Jennie bukanlah tipe gadis yang lembut dan pendiam. Jennie cukup aktif dalam segala kegiatan, termasuk olahraga.
Jennie mengikat rambutnya dengan kuncir kuda, membuat leher jenjangnya terekspos bebas.
Lisa terus memperhatikan Jennie, hingga sesuatu membuatnya memicingkan mata.
Ia mendekati Jennie yang hendak duduk untuk istirahat dan berlutut di hadapannya membuat Jennie bingung melihat tingkahnya.
"Lisa, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Jennie bingung.
"Melamarmu" jawab Lisa asal, membuat Jennie ingin memukulnya karena sudah membuat Jennie tersipu. Ia melihat Lisa mengikatkan tali sepatu olahraganya yang terlepas selama bermain tadi.
"Astaga Lisa, aku bisa melakukannya sendiri. Kita sedang dilihat banyak orang, Lisa-ya"
Lisa mendongakkan kepalanya menatap Jennie, kemudian kembali fokus mengikat tali sepatu Jennie yang sebelah.
"Setidaknya ini lebih baik daripada menggendongmu menuju ke UKS karena kau terjatuh. Aku tak ingin membuat punggungku sakit karenamu, Nini" Jennie seharusnya melayangkan protes pada sahabatnya, tapi kali ini tidak. Jennie malah tersipu melihat tingkah manis Lisa padanya.
Para gadis yang melihat pemandangan ini pun bersorak.
"Ah aku juga ingin punya sahabat seperti Lisa"
"Lisa, tolong ikatkan tali sepatuku juga!"
"Sudah kuduga mereka berdua itu berpacaran. Tingkah mereka terhadap satu sama lain sangat manis"
"Lisaa jadilah pacarku!"
"Ahh manisnya mereka berdua"
"Jenlisa is real!"
Lisa bangkit dan meletakkan telapak tangannya pada puncak kepala Jennie, membuat gerombolan para gadis semakin histeris.
"Lain kali ikat tali sepatumu dengan benar, arasseo?"
Lisa meninggalkan Jennie yang masih membeku karena perlakuan manisnya dan kembali menuju kawanannya.
Lisa melewati gerombolan teman perempuannya dengan melempar senyuman manis pada mereka semua, membuat kumpulan gadis itu meleleh karenanya.
"Hey Lisa, ikatkan tali sepatuku juga" celetuk Chanyeol ketika Lisa sudah berada di dekatnya. Tanpa aba-aba, Lisa menginjak kaki Chanyeol dengan keras dan berlari menjauh dari Chanyeol yang mengerang kesakitan.
"Kurang ajar! Kemari kau, Lalisa!" Chanyeol berusaha mengejar Lalisa dengan langkah terseok-seok karena kesakitan. Lisa tertawa sambil tetap berlari melihat temannya yang masih tersiksa oleh rasa sakit. Semua anak laki-laki yang ada di situ tertawa melihat tingkah mereka berdua.
Setelah jam olahraga berakhir, Jennie berjalan menuju loker tempat ia menyimpan seragam sekolahnya. Ia masih terbayang oleh sikap manis Lisa padanya yang membuat pipinya kini kembali merona.
Bagaimana kalau dia benar-benar menyukaimu?
Kata-kata Irene kembali mengusik pikirannya. Jennie tersenyum lemah, kemudian menghela napas panjang.
'I wish that it was true' ucap Jennie di dalam hatinya.
Ketika Jennie menutup lokernya, ia dikagetkan oleh Lisa yang bersandar di pintu loker sebelah.
"Kau mengagetkanku, Lisa-ya" ucap Jennie membuat Lisa terkekeh pelan.
"Jen, are you free this Saturday?" tanya Lisa pada Jennie.
"Yup, waeyo?"
"Aku ingin mengajakmu menonton film horor. Aku mendapatkan dua tiket nonton gratis dari Seungri Oppa. Sebenarnya dia memenangkan tiket tersebut dalam sebuah lotre, berhubung dia tidak menyukai film horor, jadi dia memberikannya padaku" Lisa menjelaskan padanya.
Mendengar kata film horor membuat Jennie antusias, karena ia dan Lisa sangat suka sekali menonton film horor.
"Jadi, bagaimana?" Lisa bertanya memastikan. Jennie tersenyum pada Lisa.
"Let's go!" ucap Jennie antusias. Kedua sahabat ini pun ber-high five ria.
"So prepare yourself on Saturday, Nini. I will pick up you at 5 pm, so wait for me okay" Jennie mengiyakan dengan anggukan kepala.
"Lalisa, bisakah kau bantu saya sebentar?" guru olahraga mereka tiba-tiba memanggil.
"Jennie, aku harus pergi dulu" Lisa segera pergi menghampiri guru olahraganya. Jennie yang ditinggal oleh Lisa hendak pergi menuju toilet untuk berganti pakaian.
Di perjalanan menuju toilet, Jennie bertemu dengan V yang kebetulan lewat.
"Hai Jen, akhirnya aku menemukanmu" ucap V pada Jennie.
"Oh hai juga Taetae, memang kenapa kau mencariku?" tanya Jennie yang penasaran sambil tersenyum pada V.
"Uhm, maukah kau menemaniku untuk menonton film horor di bioskop sabtu malam minggu ini? Aku rasa kau akan menyukai film tersebut" V menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil tersenyum.
Jennie cukup terkejut dengan ajakan V yang tiba-tiba. Ia ingin menerima tawaran tersebut, tetapi ia sudah memiliki janji dengan Lisa.
"Maafkan aku Taetae. Bukannya aku tidak mau menerima tawaranmu, tapi aku sudah memiliki janji dengan Lisa, jadi maafkan aku" ucap Jennie membuat V menghela napas pasrah.
V cukup kecewa dengan jawaban Jennie. Ia sudah berencana untuk mengajak Jennie untuk keluar berdua dengannya, tapi tampaknya kali ini ia belum berhasil.
"Baiklah, tak apa" ucap V sambil tersenyum menyembunyikan kekecewaannya.
"Hey Alien!" sapa Lisa dari arah belakang Jennie pada V.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Lisa bertanya kepada Jennie dan V, kemudian Jennie menjelaskannya pada Lisa.
"Kau bisa bergabung bersama kami" tawar Lisa pada V, tapi V menggeleng pelan.
"Tak apa, lain kali saja" V menolak tawaran Lisa dengan senyuman.
"Is it okay, Taetae?" tanya Jennie memastikan. Jennie merasa tidak enak telah menolak tawaran temannya.
"Hey, I'm totally okay" V menjawab dengan kekehan pelan.
'Lain kali aku akan mengajakmu kembali, Jennie Kim' ucap V dalam hati.
***
Ee-he! 🙉