"Paman, dimana Appa?" tanya Lisa pada Matthew, orang yang mengasuh Lisa sejak kecil.
"Beliau ada di ruang kerjanya, Agasshi" Lisa berjalan tergesa-gesa menuju ruang kerja ayahnya. Ia sangat merindukan ayahnya, sudah sebulan ini ia tidak dapat bertemu dengannya karena kesibukan ayahnya sebagai pemimpin perusahaan.
"Appa!" teriak Lisa setelah ia membuka pintu ruang kerja ayahnya, membuat ayahnya seketika terkejut dan membalikkan badannya.
"Pokpak anakku!" Lisa segera berlari menghampiri ayahnya dan memeluknya erat. Ayah Lisa menyambut pelukan Lisa sama eratnya, karena ia juga sangat merindukan anak semata wayangnya itu.
"Bagaimana kabarmu, Sayang?" tanya ayahnya setelah melepas pelukan mereka.
"Aku baik-baik saja, Appa. Bagaimana denganmu?"
"Tentu saja aku baik-baik saja, karena kini aku bertemu dengan putri kecil kesayanganku" mendengar hal itu dari ayahnya membuat Lisa tersenyum dan kembali memeluk ayahnya.
Kedua orang tua Lisa adalah orang asli Thailand. Saat itu, ayah Lisa merintis usaha di tanah kelahiran mereka, tapi krisis moneter yang terjadi cukup parah di Asia Tenggara membuat mereka harus berpindah ke Korea Selatan tepat setelah Lisa lahir. Semenjak itulah ayah Lisa kembali membangun sebuah usaha di Korea, hingga perusahaan miliknya berkembang pesat seperti sekarang.
Awalnya usaha milik ayah Lisa bergerak pada bidang meubel. Setelah meraup banyak keuntungan, beliau mengembangkan sayap perusahaannya di bidang industri makanan, pakaian, kosmetik, hingga perhotelan, menjadikan beliau sebagai salah satu orang paling berpengaruh di Korea Selatan. Namun menjadi salah satu orang terkaya dengan segudang prestasi tersebut tidak membuatnya menjadi orang yang sombong. Keluarga Manoban tetaplah sebuah keluarga kecil sederhana yang terkenal baik dan ramah pada siapapun.
"Appa, kenapa kau tidak mengabariku terlebih dahulu? Setidaknya aku bisa mempersiapkan diri untuk bertemu denganmu" ucap Lisa sambil memasang wajah cemberut.
"Maafkan Appa, Sayang. Sebenarnya setelah meeting di Osaka, Appa dijadwalkan untuk meninjau perusahaan di Thailand pada hari Senin minggu depan, tapi sebelum itu Appa ingin melihat jagoan Appa terlebih dahulu" Lisa terkekeh mendengar sebutan dari ayahnya. Appa-nya itu masih saja menganggapnya seperti anak kecil.
Lisa menganggukkan kepala mendengar pernyataan ayahnya. Ia mengerti betul kalau ayahnya itu sangat sibuk, tapi ia memahami, semua itu semata hanya demi kebahagiaan keluarga, terutama dirinya. Ia bersyukur, sesibuk apapun itu ayahnya tetap memperhatikan dan memantaunya, meskipun dari kejauhan.
"Jadi, apakah semuanya disini baik-baik saja?" pertanyaan ayahnya dijawab dengan senyuman lebar.
"Hey ada apa dengan senyumanmu itu? Kau tidak membuat paman Matthew dan bibi Ahn kewalahan, kan?" goda ayahnya membuat Lisa merajuk.
"Appa~" Lisa memanyunkan bibirnya, membuat ayahnya gemas dan mencubit kecil hidungnya.
Perbincangan antara anak dan ayah tersebut berlanjut hingga dini hari. Lisa juga menceritakan sebagian besar kesehariannya pada ayahnya, mulai dari sekolah, teman, klub, serta pertemuannya kembali dengan V, adik Seokjin. Membicarakan apapun dalam waktu semalam memang tidaklah cukup, tapi keduanya berusaha memanfaatkan waktu yang sangat singkat tersebut dengan berkomunikasi sebaik-baiknya.
"Appa, aku sangat merindukan Eomma" ucap Lisa tiba-tiba.
"Appa juga merindukan Eomma, nak. Bagaimana kalau besok kita menjenguknya" Lisa mengangguk antusias mendengar tawaran ayahnya.
"Appa, aku juga merindukan Seokjin Oppa" mendengar nama Seokjin membuat ayahnya menutup matanya sambil menghela napas panjang.
"Kalau ada waktu, Appa akan mengajakmu untuk menjenguknya, sayang. Appa berjanji padamu"