Keesokan harinya, pada suatu hari minggu yang tenang..."Jen...,"
Jennie yang tengah terlelap perlahan mulai terusik oleh sayup-sayup suara seseorang yang memanggil namanya.
"Jennie...,"
'Ah siapa juga yang mengganggu tidur cantikku, huh?' rutuknya dalam hati.
Ia hendak menggerakkan tubuhnya, tapi nyatanya ia tak bisa. Dadanya terasa sesak dan sekujur tubuhnya serasa mati rasa membuat Jennie berujung dalam kepanikan.
'Apa aku mengalami sleep paralysis? Oh tidak!'
"Nini, ireona jebal...,"
'Nini?'
Ia benar-benar tidak asing dengan panggilan tersebut. Ataukah ia sedang berhalusinasi?
Jennie membuka matanya pelan, takut-takut ia mendapati sesuatu yang ternyata tak ingin ia lihat. Namun, pemandangan yang ia lihat sukses membuat pupil matanya melebar. Ada seseorang yang sedang berbaring di atas tubuhnya dan memeluknya!
"AAHHH!"
Jennie segera mendorong orang tersebut membuat orang tersebut jatuh dari ranjang dan meringis kesakitan. Tak berhenti sampai disitu, Jennie memukul-memukul orang tersebut dengan bantal miliknya.
"Siapa kau?! Pergi!!" Teriak Jennie sambil tetap memukulkan bantalnya pada orang tersebut.
"Ah aduh! Nini, ini aku Lisa!" jawab Lisa sambil mengaduh.
Mendengar nama Lisa membuat Jennie tersadar. Namun sedetik kemudian, Jennie melemparkan senjata yang sedari tadi ia gunakan untuk memukul pada Lisa membuat Lisa kembali mengaduh.
"Apa yang kau lakukan disini sepagi ini, Lalisa? Kau mengagetkanku, pabo!"
"Tentu saja untuk membangunkanmu, Nini. Aku sudah berusaha membangunkanmu dari tadi, tapi kau tak kunjung bangun, jadi aku ikut berbaring dan memelukmu. Tak kusangka, cara itu berhasil." jelas Lisa panjang lebar sambil terkekeh. Sedangkan Jennie merasakan pipinya memanas ketika memikirkan Lisa memeluk dirinya yang sedang tidur sedari tadi.
'Duh Jennie, kau tak seharusnya terkejut seperti ini. Siapa lagi yang akan menyusup kamar dan memelukmu kalau bukan Lisa huh? Dan ugh, berhentilah tersipu, kau benar-benar memalukan!' seru Jennie dalam hati.
"Siapa yang tidak terbangun jika ada seseorang yang tiba-tiba memeluknya ketika tidur, pabo!" ujar Jennie sambil pura-pura kesal membuat Lisa kembali terkekeh pelan.
"Apa kau tak ingat? Kemarin kau sudah berjanji akan menemaniku seharian ini, bukan?"
Jennie mengernyitkan dahinya. "Janji yang mana? Aku sama sekali tidak mengingatnya." Lisa tertawa kecil melihat Jennie yang berusaha untuk mengingat-ingat. Sekeras apapun Jennie mencoba, Jennie tak akan mengingatnya sama sekali karena itu hanyalah ide usil Lisa untuk mengganggu akhir pekan sahabatnya tersebut.
Lisa pun berdecak, "Ah, kau ini sungguh pelupa." ucapannya sukses membuat Jennie menatapnya galak.
"Lagipula ini masih terlalu pagi Lisa-ya. Aku masih mengantuk," Jennie mengucek-ucek matanya dan menguap, serta meregangkan tubuhnya malas.
"Aish, justru pagi-pagi seperti ini harusnya digunakan untuk olahraga, dasar kucing pemalas," ucap Lisa sambil setengah berbisik. Sayangnya, Jennie sudah terlanjut mendengar kalimat terakhir yang diucapkan olehnya.
"Apa kau bilang?!"
"Kau kucing pemalas."
"Kau yang pemalas!"