Aku menyerah

236 0 0
                                    

Aku menyerah hari ini.
Mataku benar-benar tidak mau diajak bernostalgia dan bertemu malam.
Aku menyerah.

Aku membuka kembali ruang obrolan kita yang sudah jauh tertimbun di bawah sana.
Aku buka.
Dan aku masih melihat, bahwa kamu masih terjaga.
"Tidur mas, sudah dini hari, istirahatlah, jagalah diri dan kesehatanmu, jangan terus-terusan tidur lebih malam dan bangung lebih bagi, kamu harus jauh lebih sehat, mas".

Batinku koyak.
Aku kembali membuka ruang obrolan kita.
Mataku semakin sembab.
Basah sudah.
Bahkan diksi, kalimat, yang kau tata rapih di ruang obrolan itu, masih begitu menyakitiku.
Bahkan membuatku ingin berlari dan menemuimu.

Aku ingin merasakan kembali bagaimana pertemuan.
Bagaimana peluk yang dulu menghangatkan tubuh kecilku.

Aku ingin, kamu melihat kembali mata sayu ku.
Ingin menginjak sepatu barumu.
Dan masih ingin makan bihun rebus kesukaanmu.

Mas.
Tidur.

Agar aku bisa tidur.

Aku menyerah.
Sudah.

Aku menyerah untuk tidak ingat padamu.
Aku menyerah untuk lupa perjuanganmu.
Aku menyerah.
Karena kamu masih begitu jelas.

Apa ini tanggung yang harus ku terima?
Aku lelah.
Sisakan sedikit bahumu untukku (lagi).
Genggam jemariku yang mulai kedinginan.
Usap punggungku yang mulai sesak karena batuk.
Usap kepalaku yang mulai pening karena semua seperti roler coster.
Beri minyak untuk perutku yang mulai dingin.
Selimut i aku, mas.

Aku menyerah.
Mengingkan pertemuan di stasiun denganmu (lagi).
Pulang, mas.

😥😥

Narasi Tentang KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang