Rasanya...

207 0 0
                                    

rasa-rasanya, hari mengenai kita sudah berlalu begitu lama, sampai pada akhirnya aku menemukan yang namanya jeda dan tanggal rasa

Hari ini, di sudut kota Yogya, aku kembali melangkahkan kaki menuju tempat percetakan buku. seperti biasanya, aku hanya akan mencetak sample sample buku yang memang dibutuhkan. sayangnya, ah, waktu dengan cepat membawa jejak namamu kembali melambai-lambai di depan nanar mataku. 

aku masih melihat bayanganmu, dengan tubuh yang sudah lebih berisi, dan kulit yang lebih bersih, kamu mengembangkan senyum yang sudah hampir dua tahun aku cicipi bersama waktu. Aku melajukan motorku dan terus berlalu, bayanganmu pun segera pudar dan aku sadar. ah, kamu hanya datang sebagai penghibur di Yogya yang mulai ramai dan macet ini. 

kita sudah saling tidak mengenal begitu lama, rasanya sudah hampir setahun kita tidak lagi kita. menjadi abu-abu dan akhirnya menjadi terang kembali dengan warna hidup masing-masing. Setelah, bayanganmu berlalu begitu saja, aku mengembangkan senyum dan tawa. aku sudah biasa dengan ketiadaanmu. aku sudah sangat baik-baik saja. dan aku menyadari bahwa kita hanyalah sepenggal kalimat yang sudah berjeda lalu hanya meninggalkan rasa. 

rasa apa? 

rasanya.. rindu, kangen, suka, empati, dan sayang? 

bukan, aku sudah biasa memanggilmu dengan sebutan kak seperti kali pertama aku berjumpa denganmu. panggilan yang sama dengan rasa yang sudah begejolak, berubah, dan berbeda. aku tetap menyukaimu sebagai kenangan yang sudah berlalu, entah akan ke mana kamu berlabuh, aku tetap menyebut namamu dalam doa terbaikku. meski bukan lagi ku doakan sebagai semoga kelak kamu menjadi pemimpin yang baik hati padaku namun sudah kuubah doaku dengan semoga kelak, kamu menemukan perempuan yang mampu memahamimu lebih dari apa yang ku lakukan, dan semoga, kamu sudah menjadi pribadi yang lebih menghargai hubungan dan waktu. tidak ada yang rumit dari doaku. rasanya sama, aku masih dengan rasa yang lebih tulus dan ikhlas perihal mendoakanmu kali ini. tidak lagi terbebani harus membawa kaki kita ke mana, tapi, sudah melepaskan langkah kaki untuk menuju hidup yang berbeda. 


aku menemukan hatiku yang lebih tabah dibanding pelepasanku kala itu, bukan karena kamu tidak lebih berarti, namun, tidak ada yang aku sesali. Melangkahlah dengan rasa yang baru dan lebih berasa. 


*Dari sudut kota Yogya, yang masih samar dengan nanar matahari tenggelam 

Narasi Tentang KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang