Narasi 4

794 15 1
                                    

Kau tahu? Senja tak selamanya menaruh kebahagiaan dan kesenangan. Nyatanya, adalah senja kali ini yang datang merapat dan menyantap yang namanya kenangan.

Aku kembali tersapu padamu, pada kita, dan pada masa itu.

Disaat dimana kamu dan aku masih sahaja menjadi kita. Dimana kamu dan aku masih saja bergelut pada kabut di setiap pagi membuka mata, dan di setiap malam menutup mata.

Hari-hariku terasa sempurna. Kala itu. Hanya dengan mendengarmu berkata.

"Tenang saja, ada Andini J" Kamu menuliskan itu di pintu masuk kamar "perempuan". Sebagai tanda, kamu sudah membaca jadwal piket, dan kamu merasa, semua akan aman terkendali karena setiap ada namamu, disitu namaku mengekor.

Kamu masih ingat? tragedi tumis kangkung yang akhirnya berasa rerumputan, katamu. Jika kau lupa, kemarilah, ku ingatkan kamu pada siang pertama kita berdua.

Siang itu, kamu melihatku lemas, aku hanya perempuan biasa yang akan mengalami masa bulanan tak menyenangkan. Ditinggal di rumah yang satu atap, tanpa rekan, kamu mengetuk pintu, dan kamu hanya melihatku tertidur di atas kasur. Lantas, kamu merasa bertanggung jawab atas "piket memasak untuk semua penghuni rumah di sore hari nanti". Entah, angin apa yang membawamu ke dalam dapur. Kamu mengepulkan dapur. Meracik bumbu seolah kamu mengerti, dan kamu, sudah menyiapkan semua bahan, yang aku sendiri lupa, bahwa kamu sama sekali tidak mengerti bagaimana memasak.

Di tengah-tengah perjuanganmu, aku mendengar suara-suara ketukan, yang kuduga adalah kamu. Sebab, kita hanya berdua. Akahirnya, ku buka pintu dapur, dan di sana aku menemukanmu sudah dengan "tumis kangkung rerumputanmu".

Kamu hanya menengok sebentar, bahkan tak pernah tersirat ada rahasia rasa yang diam-diam kamu bawa.

"sudah bangun? sakit?"

"hmm"

"cih, rasa rumput"

Aku menghampirimu, mencoba mengeja apa yang kamu maksud, perlahan ku cicipi "masakan dadakanmu". Selesainya, aku hanya menatapmu dan kita tertawa.

Sesederhana itu bahagia yang sudah ku anggap sebagai kepingan kenangan itu. Kamu, dan tingkah bodohmu, selalu sama.

Jangan datang dengan segala kecemasan

Sebab aku tak akan mampu menerka apa-apa yang kamu rahasiakan di balik mata kecilmu..

Sahajamu, kala itu, adalah tajamnya belati di jantungku. 

Narasi Tentang KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang