Narasi 6

487 8 0
                                    

Kali ini, apalagi yang bisa ku abadikan dari setiap potret, hari demi hari, mingu demi minggu yang pernah kita jalani? Mengarsipkanmu di antara buku-buku di meja kerjaku? Mengarsipkanmu diantara kenangan-kenangan yang sudah tersusun rapi di atas meja kamar tidurku? Atau, mengarsipkanmu menjadi bait-bait yang suatu hari nanti akan ku nikmati sebagai candu dari rindu? Aku memilih pilihan terakhir untukmu.

Hanya dengan adanya kesamaan waktu, kita selalu menjadi bersama yang tak kita sengaja. Seperti adanya matahari di pagi hari, kamu, selalu menjadi lakon yang sama setiap harinya, aku adalah pagi, dan kamu adalah matahari.

"Aku mau dibuatkan makanan ini" list yang sungguh tak biasa ku lihat. Ricaa-rica ayam dan sayur sop. Aku mengikuti maumu hari ini, dan sungguh, menyibak pasar tradisional yang tidak hanya denganmu adalah sesuatu hal yang menyenangkan. Kamu seperti anak kecil yang tak mau ditinggal ibunya berlalu.

Kamu mengekor, seperti ingin menggenggam tanganku tapi sungguh kamu tak memiliki alasan untuk itu. Sampai akhirnya, kamu adalah pemeran utama yang justru sibuk mengambil sayur mayur, dan menunjuk lauk pauk, sedangkan aku, memainkan peranku sebagai calon ibu yang sigap dengan tawar menawar. Seselesainya, kamu juga yang menjalankan peran sebagai pembawa. Indah bukan? layaknya pengantin baru seperti ucapan ibu-ibu penjual sayur kala itu. Dan kita, saling menangkap pandang untuk mengurai tawa.

Hal-hal sederhana yang kamu dan aku lakukan, adalah hal istimewa yang mungkin sudah Tuhan gariskan. Sampai akhirnya, semuanya menjadi benar istimewa tanpa cacat mata. Aku suka peranmu, kala itu,

Narasi Tentang KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang