Malam ini, aku dan Misha duduk di tepi sungai sambil menyantap ikan bakar kami.
"Malam ini bulan tidak terlihat," celetuk Misha yang sedikit mengagetkanku.
"Iya, bulannya tertutup awan."
"Apa benar ramuan buatan Elfa itu bisa membuat kita hidup lagi kalo mati satu kali?"
"Entahlah, tapi dia seorang Alchemist yang hebat. Pasti ramuannya benar bekerja."
"Alchemist yah? Kau sendiri, sudah sampai level Wizard kan? Bagaimana kalo ganti namamu menjadi Vio sang Wizard."
"Jangan mengada-ada, aku hanya penyihir biasa."
Obrolan kami terhenti sampai disitu. Kulihat Misha tersenyum kearahku. Kami pun kembali menyantap ikan bakar kami.
"Aku tidur duluan ya, Vi," ucap Misha yang sudah menghabiskan ikannya.
"Iya Sha,"
Misha langsung berbaring di bawah pohon beralaskan seadanya. Terlalu banyak hal yang ku pikirkan, itu membuatku sedikit terganggu. Tapi aku tak ingin memberitau Misha dulu, aku tidak mau dia terlalu terfikir sepertiku. Akhirnya aku pun tidur setelah menghabiskan ikan bakarku.
>>>
"Vio,"
Aku membuka mataku perlahan dan melihat sesuatu yang mengagetkanku.
"I-ibu," itu ibuku, kenapa? Apa yang terjadi?
"Vio, kau baik-baik saja nak?"
"Ibu, ibu dimana? Pulanglah,"
"Ibu ngga bisa pulang Vi,"
"Kenapa?"
》BLUZ《
Tiba-tiba api membakar tubuh ibu.
"Selanjutnya kau, hahaha,"
Aku tersentak dan sadar bahwa itu hanya mimpi. Aku menarik nafasku dan menghembuskannya perlahan.
"Mimpi buruk Vi?" tanya Misha yang sedang membasuh wajahnya di sungai.
"Iya Sha,"
"Menu hari ini ikan bakar lagi. Ayo makan dulu, lalu kita lanjutkan perjalanan kita."
Aku mengambil ikan bakarnya. Setelah selesai, kami melanjutkan langkah kami yang entah kemana arah dan tujuannya ini. Hari sudah mulai sore dan kami masih berjalan sampai kami melihat sebuah gerbang kerajaan.
"Kerajaan?" tanyaku.
"Tapi kok, kayaknya kecil yah?" sahut Misha.
"Ayo kesana, kita cari beberapa perbekalan untuk pejalanan kita."
"Ada uang?" Tanya Misha.
"Ada beberapa,"
Kami pun masuk dan berkeliling. Kami sampai di pasar kerajaan ini, sangat ramai dengan penduduk yang berlalu-lalang.
"Kita cari jubah dan beberapa makanan," ucapku.
"Apa disini tidak terlalu ramai Vi?"
"Tenang, ngga akan ada yang mengenali kita. Baiklah, aku cari jubahnya dan kau cari makanan."
"Baiklah."
Kami mulai mencari dan aku menemukan penjual jubah. Ini hanya untuk penyamaran kami saja.
"Bibi, aku ambil dua jubah. Berapa harganya?" tanyaku.
"Kau tak perlu membayarnya, ambil saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Penyihir
Fantasy'Penyihir adalah musuh seluruh kaum.' Setuju? Tentu tidak. Dua penyihir ini berusaha mematahkan ungkapan itu.