Kami masih berjalan menuju hulu sungai. Tak terlalu jauh dari tempat kami melawan Onisa, kami mulai melihat masalah kekeringan di desa itu.
"Bendungan yah?" tanya Elfa.
"Ini bukan sekedar pohon tumbang, ada yang membendung sungai ini dengan sengaja dan membelokkan aliran sungainya," ucap Misha.
"Kita hancurkan saja bendungannya," ucap Ryuu.
"Tunggu, kita lihat dulu kemana arah aliran sungai ini berbelok," ucapku.
Kami mengikuti arah aliran sungai yang deras ini sampai kami melihat sebuah pemukiman yang cukup luas. Pemukiman ini tertutup oleh pepohonan, itulah kenapa kami tak melihatnya saat kami terbang. Kami menghampiri pemukiman itu dan disambut oleh warga disana.
"Penjara 9 pilar,"
Tiba-tiba sebuah pilar batu muncul di tengah kami. Kami berguling kearah yang berbeda dan 8 pilar lagi muncul. Sebuah barrier tercipta mengurung kami di empat kotak yang berbeda.
"Selamat datang," ucap seorang pria bersama empat rekannya.
"Kalian berusaha membuka bendungan itu yah?"
Mereka pun masuk kedalam barrier kami. Sekarang posisi kami satu lawan satu. Kecuali Ryuu, dia melawan dua orang.
"Kenapa kalian membendung aliran sungai menuju desa?" tanyaku.
"Kenapa katamu? Haha, terserah kami. Kami adalah bandit hutan. Kami mengambil apapun yang kami mau. Hahaha,"
"Sombong sekali," ucapku dengan lirih.
"Kalian orang-orang sok jagoan, aku terkesan kalian bisa melewati Onisa yang kami perintahkan untuk menjaga garis depan,"
"Jadi, sekarang apa mau kalian dengan mengurung kami secara terpisah seperti ini?" tanyaku.
"Satu lawan satu,"
Pria itu berlari kearahku dan aku bersiap bertahan. Dia melancarkan serangan dengan sebuah pisau. Aku menghindarinya dan membuat jarak.
"Sepertinya kau bukan tipe petarung jarak dekat yah? Hahaha," ucap pria di depanku ini, "kalau begitu, akan kuserang kau dengan sihir jarak jauh."
Dia merapal sebuah mantra dan tiba-tiba sebuah pusaran api muncul dan melesat ke arahku. Aku tak merasakan aura penyihir di dalam diri orang ini. Tebakanku, dia baru belajar sihir. Aku berteleportasi kebelakang pria itu. Sudah kuduga, api yang dia keluarkan menutup pandangannya.
"Kau salah," ucapku yang sekarang ada di belakangnya. Dia terkejut menyadari aku yang tiba-tiba berpindah tempat ini, "aku juga petarung jarak dekat tau."
Aku menggunakan sihir untuk memperkuat fisik dan langsung memukul pria ini tepat di wajah bagian kanannya. Pria itu terpelanting dan menghantam barrier buatannya dan langsung pingsan. Mmm, aku kira akan lebih seru dari ini.
☆Elfa Side☆
Aku terkurung bersama wanita sok cantik ini.
"Anak kecil, aku adalah seorang penyihir cantik, jadi berhati-hatilah."
"Anak kecil? Aku lebih tua darimu tau."
"Hahaha, kau anak kecil yang lucu."
Wanita itu melancarkan bola api padaku. Aneh, dia tidak merapal mantra terlebih dulu. Tapi serangannya benar-benar bisa kubaca. Penyihir amatir. Aku menghindarinya dengan mudah dan langsung kuserang balik dengan asap amnesia. Dia terkena asapku dan sekejap, dia lupa ingatan.
"Eh? Kenapa aku ada disini? Siapa aku?"
"Kau ini Amoeba," ucapku.
"Aku Amoeba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Penyihir
Fantasy'Penyihir adalah musuh seluruh kaum.' Setuju? Tentu tidak. Dua penyihir ini berusaha mematahkan ungkapan itu.