Pemburu Penyihir

358 31 6
                                    

☆Ryuu Side☆

Namaku Ryuu, aku adalah seorang pemburu penyihir. Bersama dua rekanku, Romy dan Joan. Kami sedang memburu dua penyihir dengan imbalan yang besar jika kami berhasil menangkap mereka hidup-hidup. Beberapa hari lalu, kami sudah memeriksa desa Jamur dan tak menemukan apapun. Dan sekarang, penciumanku membawa kami ke sebuah kerajaan kecil yang terlihat cukup makmur.

Kami pun masuk ke kerajaan itu dan keadaan sangat normal di sini. Tapi karna normal itulah, tempat ini jadi aneh. Penciumanku tak pernah salah. Jika benar dua penyihir itu pernah kemari, kenapa mereka tak panik sedikit pun? Atau paling tidak, penjagaan lebih diperketat untuk pendatang. Tapi diluar dugaanku, mereka seperti tak merasa terancam dengan datang dua penyihir itu.

"Hei Ryuu, lihat ini. Banyak baju bagus untuk perlengkapan kita," ucap Romy.

"Senjata juga ada," sambung Joan.

"Kita kemari bukan untuk berbelanja."

Mereka berdua malah kepincut dengan barang dagangan yang ada di sini. Aku pun memutuskan untuk bertanya pada seseorang.

"Sekarang gimana?" tanya Romy.

"Kita tanya pada seseorang." Aku pun menghampiri seorang pejalan kaki, "permisi tuan, kami pemburu penyihir dan sedang mencari dua penyihir ini," ucapku sambil menunjukkan dua poster 'dicari', lengkap dengan gambar dua penyihir itu, "apa tuan pernah lihat dua orang ini lewat di kerajaan ini?" lanjutku.

"Kenapa kalian ingin menangkap dua penyihir baik itu?"

Penyihir baik? Sepertinya telah terjadi sesuatu yang menarik di kerajaan ini yang membuat mereka tidak takut akan kedatangan dua penyihir itu.

"Apa yang telah mereka lakukan sampai tuan menyebut mereka penyihir baik?" tanyaku.

"Mereka membebaskan kerajaan ini dari kutukan yang kami alami selama bertahun-tahun."

"Bagitu yah, tapi bagaimana jika itu hanya rekayasa mereka saja?"

"Rekayasa?"

"Ngga mungkin." Tiba-tiba muncul seorang anak kecil, "mereka penyihir yang baik."

"Bagaimana kau tau?"

"Setidaknya aku lebih tau tentang mereka daripada kalian. Kalau pun kalian bertemu dengan mereka, bukan berarti juga kalian bisa mengalahkan mereka."

"Anak ini membuatku kesal," sahut Romy yang hendak menarik pedangnya namun kutahan.

"Apa yang membuatmu sangat yakin kalau kami tak bisa mengalahkan dua penyihir itu?" tanyaku.

"Karna mereka adalah orang baik."

Aku mengakhiri perdebatan ini dan kembali melanjutkan perjalanan kami dengan mengikuti penciumanku. Walau penciumanku tak pernah salah, tapi tetap saja memiliki banyak kelemahan. Seperti tak bisa menentukan jarak dan akan hilang saat terkena hujan. Kami masih mengikuti penciumanku sampai kami berhenti untuk beristirahat karna matahari hampir terbenam.

"Aku akan mencari sungai untuk membasuh wajahku," ucapku.

"Kami menunggumu disini Ryuu." Aku pun pergi meninggalkan mereka berdua.

☆Vio Side☆

"Sungai yang jernih," aku membasuh wajahku disungai ini, "waah segarnya."

"Kita mau seberangin sungai ini Vi?"

"Iya, tapi sungai ini cukup luas. Gimana cara kita menyeberanginya tanpa basah kuyup?"

"Mmmm," kami berdua berfikir, "sebenarnya aku bisa ada buat jembatan dengan sihir elemen tanahku, atau membelah sungai ini menggunakan sihir elemen airku. Jadi mana yang harus kugunakan?" tanya Misha.

Sang PenyihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang