Perang (part 3)

233 32 4
                                    

Vio dan Misha tersenyum lebar melihat semua penyihir berkumpul di sini. Jumlah yang banyak dan siap untuk berperang.

"Wah, kita ngga sendirian Vi."

"Hehe, iya Sha." Algasta pun terbang ke arah Vio dan Misha. Diikuti beberapa penyihir di belakangnya.

"Vio, Misha."

"Tetua Algasta," ucap Vio dan Misha sambil membungkuk.

"Tak perlu membungkuk. Kami tak tau kondisi di sini. Tapi yang jelas, raksasa itu adalah musuhnya."

"Benar tetua, bahkan para kesatria sedang berjuang bersama kita," ucap Vio.

"Jadi akhirnya kalian bisa membuat mereka percaya,"

"Dengan sedikit usaha. Hehe," ucap Misha.

"Baik, coba jelaskan kondisinya."

"Raksasa itu, sang penjaga. Dia tak bisa dibunuh, dia akan terus beregenerasi menggunakan energi alam. Lalu Lylan sang kesatria dan merupakan seorang penyihir sedang melakukan ritual pembuka portal untuk memindahkan reksasa itu. Tugas kita melindungi Lylan sampai ritualnya selesai. Dan kalo bisa, kita juga harus membuat raksasa itu keluar dari kerajaan. Supaya tak membahayakan nyawa orang-orang," jelas Vio.

"Dimengerti," ucap Algasta, "kalian dengar, lindungi Lylan sang kesatria dan buat raksasa itu masuk ke hutan," ucap Algasta kepada semua penyihir di belakangnya.

Semua penyihir itu terbang bersamaan ke arah sang penjaga. Merapal mantra dan untuk menyerang dengan berbagai elemen alam. Berusaha membuat sang penjaga mundur dari kerajaan. Sementara para Healer (penyihir penyembuh) mulai merawat luka para kesatria lain.

"Penyembuhannya benar-benar hebat," ucap Rolland.

"Kami menggunakan sihir untuk membantu sesama dan memenuhi kebutuhan sehari-hari kami. Jadi kumohon kalian para kesatria untuk mengerti," ucap Healer itu.

"Iya, selama ini kami membuat kekeliruan. Dua penyihir kalian berhasil menggerakkan hati kami," ucap Rolland.

"Maksudmu Vio dan Misha?"

"Iya,"

"Mereka berdua adalah penyihir terhebat. Mereka memiliki sesuatu yang tak dimiliki para penyihir lain dan bahkan para tetua penyihir sekalipun."

"Apa itu?"

"Impian," ucap Healer itu. Rolland sedikit tak mengerti, "mereka melihat secara langsung bagaimana orang tau mereka meregang nyawa ditangan para kesatria. Tapi mereka tak pernah terbesit sedikit pun untuk balas dendam. Mereka percaya, balas dendam hanya akan memperpanjang konflik, dan mereka percaya bahwa suatu saat nanti, akan datang hari di mana semua kaum bisa hidup berdampingan dengan damai dan senyum di wajah semua orang. Walau banyak penyihir yang tak mendukung mereka, mereka tak memperdulikannya. Dengan bermodal impian itu, mereka bisa sampai seperti ini." Healer itu menjelaskan bahwa Vio dan Misha memang berbeda.

"Terima kasih penyembuhannya. Aku akan kembali ke garis depan."

Rolland langsung lari ke arah sang penjaga sedang sibuk dengan para penyihir yang berterbangan di dekatnya. Sean pun muncul dan berlari di samping Rolland.

"Aku tak pernah menyangka kita akan bekerja sama dengan para penyihir," ucap Sean.

"Takdir dunia akan berubah," ucap Rolland.

Sedangkan di posisi lain, yaitu posisi Ryuu terkapar tak berdaya. Seorang Healer berada di sampingnya.

"Denyut jantungnya sangat lemah?"

Healer itu berusaha menyembuhkannya dan sedikit heran dengan keadaan Ryuu yang penuh dengan luka dan darah di sekujur tubuhnya.

"Payah, baru kena satu tamparan raksasa itu, kau langsung mati." Sesuatu membangunkan Ryuu di alam bawah sadarnya.

Sang PenyihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang