Markas Para Pemburu

299 30 5
                                    

Aku, Misha dan pemburu itu berhasil lolos berkat sihir hutan milik Misha. Sekarang kami sedang beristirahat di dekat danau, sambil memulihkan tenaga kami lagi.

"Aku ngga nyangka kita masih hidup," ucap Misha.

"Hahaha, aku kagum banget, Sha, sama sihir-sihirmu. Sejak kapan kau bisa melakukan sihir level tinggi itu?" tanyaku.

"Itu, buku mantra gratis dari kerjaan waktu itu. Aku membacanya sedikit. Pada dasarnya, aku sudah menguasai semua elemen alam. Jadi aku hanya harus menyempurnakannya saja," jelas Misha.

"Dan hasilnya bener-bener hebat. Naga petir itu, pohon-pohon itu. Menakjubkan."

"Kau juga hebat Vi,"

"Apa aku dilupakan disini?" tanya pemburu itu. Oh iya, aku hampir lupa ada dia juga disini.

"Kau tak terlalu banyak membantu," ucap Misha.

"Aku menghadang si tubuh besar itu," ucapnya.

"Omong-omong siapa namamu?" tanyaku.

"Panggil saja Ryuu," ucap pemburu itu.

"Ryuu? Kenapa kau menyerang Sean?" tanyaku.

"Dia membunuh dua rekanku. Aku takkan terima. Aku akan membalas mereka. Kalian sendiri, kenapa terus lari? Dengan sihir sekuat itu, kenapa kalian tak melawan mereka saja?" ucap Ryuu.

"Kami tak suka memulai konflik, haha," ucapku.

"Iya, lagian posisi kami kurang menguntungkan kalo bertemu mereka semua secara langsung," ucap Misha.

Kami hening dalam diam. Tak ada satu katapun yang terucap. Sampai aku membuka obrolan lagi.

"Oh iya, katanya kamu mau membawa kami ke markas para pemburu," ucapku.

"Iya, ayo tak jauh lagi dari sini," ucap Ryuu.

"Semoga kau benar soal kita yang ngga akan ditangkap di sana," ucap Misha.

"Iya, aku berjanji," ucap Ryuu.

Tak lama dan tak terlalu jauh kami berjalan, kami melihat sebuah desa yang sangat ramai. Kami masuk ke desa itu dan ternyata semua yang ada disini adalah seorang pemburu.

"Ini, sedikit menakutkan," ucap Misha.

"Iya, aku juga merinding," ucapku.

"Tenang saja. Kalian ngga usah khawatir." Ryuu meyakinkan kami bahwa semua akan baik-baik saja.

Tiba-tiba pandangan semua pemburu itu tertuju pada kami. Itu membuatku risih. Tatapan mereka seakan ingin membunuh. Mengerikan. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri kami.

"Ryuu, kau berhasil menangkap dua penyihir dengan imbalan besar itu. Tapi kenapa kau membawa mereka kemari?" tanya seseorang itu.

"Dia Rinjie, kalian tak perlu khawatir," ucap Ryuu pada kami, "imbalannya sudah kuambil, tapi mereka bisa lolos lagi," lanjut Ryuu untuk menjawab pertanyaan seseorang bernama Rinjie itu.

"Wah wah, kau kaya mendadak dong," ucap Rinjie.

"Tidak juga,"

"Oh iya Ryuu, tebak apa yang menarik?"

"Apa?"

"Ada seorang Elf di tempat pelelangan siang ini. Katanya Elf ini ahli dalam bidang Alcemist, bisa jadi partner hebat tuh."

Hah? Ada pelelangan semacam itu juga disini? Kejam sekali. Elf juga kan makhluk hidup, kenapa sampai dilelang seperti barang.

"Mungkin aku akan memeriksanya," ucap Ryuu.

Sang PenyihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang