Part 22

19.6K 1.2K 223
                                    

Via tak henti-hentinya membujuk Gita agar mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Perempuan itu sangat keras kepala menolak segala bujukan yang Via berikan padanya. Padahal apa susahnya sih untuk mengganti pakaian saja?

"Gita cantik, ganti dulu pakaiannya ya? Kamu nggak gerah apa pakai seragam sekolah aja?" bujuk Via.

Gita menggelengkan kepalanya. "Gita nggak gerah kok tante, jadi nggak perlu ganti pakaian. Lagian kan Gita udah bilang kalau Gita nggak bawa baju ganti."

"Tante juga kan udah bilang sama kamu tadi, kalau kamu bisa pakai bajunya Fany dulu." Balas Via.

"Enggak deh tante, mending Gita pulang sekarang ya? Takutnya orang rumah nyariin Gita."

"Kamu tenang aja masalah itu, sekarang mending kamu ikutin ucapan tante! Ganti pakaian dulu! Setelah itu kita makan bareng," kata Via.

Gita menghembuskan nafasnya kasar mendengar ucapan Via. Sekarang ia tau darimana Vano mempunyai sikap pemaksa. Eh, kenapa Gita malah memikirkan tentang Vano? Seharusnya ia melupakan laki-laki itu.

"Yaudah kalau gitu," pasrah Gita yang langsung membuat senyum Via mengembang.

Via mengantar Gita menuju kamar tamu. Rencananya berhasil, membujuk Gita yang lumayan keras kepala untuk berganti pakaian.

"Kamu mandi aja dulu! Sebentar tante bawain kamu pakaiannya Fany." Ujar Via.

Gita hanya menganggukan kepalanya, lalu masuk ke dalam kamar tamu yang sangat luas. Ia meletakkan tasnya di sebuah sofa kecil yang ada di sana. Kegiatan berikutnya adalah mandi. Jujur saja, saat ini ia juga sudah sangat gerah. Karena biasanya, sesampainya Gita di rumah, ia akan langsung membersihkan badannya.

Hanya membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk Gita menyelesaikan ritual mandinya. Ia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang melilit sempurna di tubuhnya.

Gita melihat ada sebuah dress selutut yang berwarna hitam. Dress yang dihiasi oleh beberapa berlian di titik tertentu. Perempuan itu juga melihat ada sebuah note kecil.

Kamu pakai dress ini ya! Kalau udah selesai, langsung ke ruang makan!

Gita langsung memakai dress tersebut. Lalu ia menyisir rambutnya dan menyemprotkan parfum ke beberapa titik tubuhnya. Parfum yang selalu ia bawa di tas sekolahnya.

Sesudah itu, Gita langsung menuju ruang tamu. Ia melihat Raffa dan Via di sana, tidak lupa juga dengan kedua adik perempuan Vano.

Kedatangan Gita dirasakan oleh Raffa, Via, dan juga kedua anak perempuannya. Mereka berempat kagum saat melihat penampilan Gita, yang menurut mereka sangat luar biasa.

Kulit putih bersih milik Gita sangat kontras dengan dress hitam yang ia gunakan. Walaupun dressnya hanya dihiasi beberapa berlian, tapi tampak sangat indah jika digunakan oleh Gita.

"Kamu cantik banget sih? Mirip tante waktu muda," puji Via.

Raffa menoleh ke arah istrinya, ia tidak menyangka jika ternyata virus narsisnya sudah menular ke Via.

Gita tersenyum. "Makasih tante."

"Yaudah, kamu duduk di samping tante." Sahut Via sambil menepuk kursi yang ada di sebelahnya.

Gita menganggukan kepalanya, lalu duduk di tempat yang Via suruh tadi.

"Emm, nama lo Gita kan?" tanya Fany memastikan.

"Iya."

"Kok gue nggak pernah ketemu lo di sekolah sih?" tanya Fany lagi.

"Iya, soalnya aku jarang keluar kelas. Kalaupun keluar, pasti ke kantin atau toilet." Jawab Gita.

My Protective Boyfriend ✔  [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang