Part 16

18.1K 1.2K 309
                                    

Air mata Gita tak henti-hentinya turun, membasahi pipinya. Ia tidak peduli dengan tatapan orang lain yang tak sengaja melihatnya menangis. Ini bukan kemauan Gita sendiri, tapi air matanya turun begitu saja.

Ia sudah berjalan kaki sejak lima belas menit yang lalu, karena tidak ada satupun taxi yang lewat. Gita juga tidak bisa menghubungi orang rumah, karena handphonenya lowbat.

Pandangan Gita mengabur, efek dari air mata yang terus saja jatuh dari mata indahnya. Akibatnya, ia tidak bisa melihat keadaan sekitar dengan begitu jelas.

Tin.... Tin

Suara klakson mobil terdengar di telinga Gita. Tapi perempuan itu tidak memperdulikannya. Ia terus saja berjalan dengan langkah yang amat pelan. Karena jujur saja, selain pandangannya yang mengabur, Gita juga merasakan kepalanya sangat pusing.

Seorang pengemudi mobil yang tadi membunyikan klaksonnya turun dan menghampiri Gita. Dugaanya tidak pernah meleset, perempuan yang sejak tadi ia ikuti adalah Gita. Perempuan cantik yang membuat dirinya kagum.

Laki-laki yang tidak lain adalah kakak  kelas Gita di sekolah, menahan lengan Gita saat perempuan itu terus saja berjalan.

Mau tidak mau akhirnya Gita menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah seseorang yang tadi menahannya untuk berjalan.

"Siapa ya?" ujar Gita.

"Lo lupa sama gue? Secepat itu?" tanya laki-laki itu.

Gita mencoba mengingat-ingat, tapi hasilnya nihil. Ia benar-benar lupa dengan laki-laki yang berada di hadapannya ini. Apalagi ditambah dengan pandangannya yang sedikit mengabur.

"Eh, tunggu dulu. Lo nangis? Kok gue baru sadar sih."

"Hah? Enggak, siapa yang nangis." Elak Gita.

"Jangan ngelak lagi deh, lo nggak bisa bohong sama gue. Seorang Andre nggak bisa dengan mudahnya dibohongin."

"Oh, aku ingat sekarang. Kak Andre ya? Maaf ya, aku benar-benar lupa sama kakak." Kata Gita dengan sangat menyesal.

"Gapapa, yang penting gue selalu ingat sama lo." Gumam Andre dengan pelan, tapi masih bisa didengar oleh Gita.

"Apa kak? Kakak ngomong sesuatu?" tanya Gita.

"Eh? Enggak kok, gue nggak ngomong apa-apa." Jawab Andre.

"Masa sih? Tapi aku dengar kakak kayak ngomong sesuatu gitu tadi."

"Udah, jangan bahas gue lagi! Lo beneran habis nangis kan? Kenapa? Siapa yang udah bikin lo nangis?" cerocos Andre.

"Nothing."

"Nothing-nothing apaan sih? Jelas-jelas lo udah ketahuan banget, masih mau ngelak?" kesal Andre.

"Aku nggak pa-pa kak, beneran." Balas Gita.

"Perempuan kan selalu gitu, bilangnya nggak pa-pa, padahal ada apa-apa." Ujar Andre.

"Udah dulu ya kak? Aku harus pulang, soalnya udah sore." Pamit Gita.

"Iya, tapi gue yang anterin lo pulang. Ayo, ikut gue!" Ajak Andre sambil menggandeng tangan Gita.

"Nggak usah kak, aku bisa pulang sendiri." Tolak Gita secara halus.

"Nggak ada pulang sendiri-sendiri. Pokoknya gue anterin lo sampai rumah."

"Kenapa? Kita kan nggak terlalu akrab kak, kenapa kakak mau nganterin aku pulang? Ini bukan yang pertama kalinya loh." Kata Gita.

"Gue cuma nggak mau biarin perempuan kayak lo pulang sendirian." Sahut Andre.

"Perempuan kayak aku?" bingung Gita.

My Protective Boyfriend ✔  [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang