Part 13

20.2K 1.1K 203
                                    

Vano menatap perempuan yang ada dihadapannya ini. Ia tidak percaya jika saat ini perempuan itu ada di sini, tepat dihadapannya. Perempuan yang menjadi cinta pertamanya. Perempuan yang membuatnya mengenal apa itu cinta. Sekaligus perempuan yang membuatnya tidak mempercayai kata cinta lagi di hidupnya.

Kenapa perempuan itu harus kembali? Disaat Vano berhasil melupakan semuanya, walaupun belum sepenuhnya. Disaat Vano sudah menemukan pengganti dari perempuan ini.

Perempuan cantik yang hampir saja Vano tabrak tadi langsung melepaskan genggaman tangannya di koper. Ia berhambur ke pelukan Vano yang masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Aku kangen banget sama kamu." Ucap perempuan itu.

"Aku balik ke sini cuma untuk kamu."

Sudah sadar dengan semua itu, Vano melepas pelukan perempuan tersebut. "Nggak sopan peluk orang sembarangan."

"Vano, kamu kenapa? Aku kangen sama kamu, apa salah kalau aku peluk pacar aku sendiri?" tanya perempuan itu dengan mata yang berkaca-kaca.

Vano menaikkan sebelah alisnya. "Pacar? Nggak salah? Maaf ya, tadi hampir aja saya nabrak kamu. Tapi saya lihat kamu baik-baik aja, nggak ada luka sedikitpun. Kalau gitu saya permisi dulu."

Kepergian Vano dicegah oleh sebuah tangan yang menahannya. Tidak perlu ditebak lagi siapa pelakunya. Karena tidak ada orang lain selain Vano dan perempuan itu.

"Aku datang jauh-jauh ke sini demi kamu. Tapi kamu malah mau pergi gitu aja?"

Vano tidak membalas ucapan perempuan itu. Dulu ia tidak bisa melihat perempuan ini menangis ataupun sedih, begitu juga dengan sekarang. Vano akui jika dirinya membenci perempuan yang ada dihadapannya ini. Tapi juga masih ada rasa cinta, walaupun hanya sedikit untuk perempuan yang pernah hadir di hidupnya.

"Apa kamu masih marah sama aku? Sorry untuk waktu itu, aku pergi tanpa kasih kabar ke kamu. Tapi aku punya alasan." Jelas perempuan itu.

Vano tidak membalas ucapan perempuan itu. Ia tidak tau harus berkata apa. Disatu sisi ia senang dengan kehadiran perempuan ini, tapi di sisi lain kehadiran perempuan ini juga membuat luka masa lalunya kembali terbuka.

"Vano? Kamu jangan diam aja, bilang kalau kamu percaya sama aku. Aku ke sini buat kamu." Ujar perempuan itu dengan lirih.

Sekarang tidak hanya berkaca-kaca, tapi mata perempuan itu sudah berhasil meneteskan air mata. "Apa yang harus aku lakuin supaya kamu percaya sama aku? Aku akan lakuin apa aja."

Runtuh sudah pertahanan yang Vano bangun sejak tadi. Ia memeluk perempuan itu dengan erat. "Berhenti nangis! Sama seperti dulu, aku nggak suka lihat kamu nangis. Air mata kamu itu berharga buat aku."

Vano melepaskan pelukannya dan menghapus air mata perempuan cantik itu. "Jangan nangis lagi!"

"Aku nggak akan nangis, tapi itu kalau kamu maafin aku." Kata perempuan itu.

"Aku udah maafin kamu." Balas Vano.

"Beneran?" tanya perempuan itu dengan antusias.

"Iya, tapi kamu kasih tau aku alasan kamu pergi waktu itu." Ujar Vano yang langsung membuat perempuan itu terdiam.

"Aku akan kasih tau kamu, tapi nggak sekarang. Tunggu waktu yang tepat." Balas perempuan itu.

"Kenapa? Apa benar ucapan aku? Kamu pergi karena laki-laki brengsek itu, iya?" tanya Vano bertubi-tubi.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya. "Bukan karena dia."

"Kalau gitu kasih tau aku alasannya."

My Protective Boyfriend ✔  [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang