Part 1

44.5K 2K 67
                                    

Pagi ini, rumah kediaman keluarga Velencia kembali beraktivitas seperti biasanya. Anak-anak sudah kembali masuk sekolah setelah liburan selama satu bulan.

Seperti biasa, Via menyiapkan keperluan suami dan juga ketiga anaknya.

"Sayang, kalian mau roti atau nasi goreng?" tanya Via pada ketiga anaknya.

"Nasi goreng, mi. " Jawab ketiganya dengan kompak.

Via tersenyum melihat kekompakkan anak-anaknya. Ia segera mengisi piring kosong ketiga anaknya dengan nasi goreng buatannya.

"Kalau kamu mau roti atau nasi goreng, pi? " tanya Via pada suaminya yang sedang sibuk membaca koran.

Raffa melipat korannya. "Papi maunya makan mami aja. "

Via membulatkan matanya saat mendengar ucapan Raffa yang menurutnya tidak wajar diucapkan di depan anak-anak.

"Ini masih pagi loh, pi. Masih aja mau makan mami. " Ucap Fany.

"Iya, nih. Memangnya masih kurang makan mami semalaman? " sindir Vano.

Vano dan Fany langsung mengerti ucapan Raffa, karena mereka bukan lagi anak kecil. Apalagi di umur mereka yang sudah menginjak angka 17 dan 18 tahun. Berbeda dengan Vira, yang masih sangat polos.

Via melotot tak percaya dengan ucapan kedua anaknya itu. "Kalian ini ngomong apa sih? Mending sarapannya dihabisin, daripada nanti terlambat sekolah. "

"Kok papi mau makan mami? Memangnya bisa? " tanya Vira dengan polosnya.

"Bisa dong sayang, apa---"

Via langsung membekap mulut suaminya itu, sebelum ia berkata yang aneh-aneh.

"Loh, kok mami malah bekap mulutnya papi? Vira kan penasaran sama jawabannya papi. " Ujar Vira.

"Udah, kalian lanjutin sarapannya dulu. Mami ada yang mau dibicarain sama papi kalian. " Balas Via lalu melepaskan bekapan tangannya di mulut suaminya.

Via berjalan ke arah ruang keluarga yang langsung di ikuti oleh Raffa. Sedangkan ketiga anak nya kembali melanjutkan sarapan mereka.

Via berkacak pinggang di hadapan Raffa. "Papi kalau bicara bisa di kontrol dikit nggak sih? Kalau di depan anak-anak jangan ngomong yang macam-macam! "

"Papi nggak ngomong macam-macam, mi. " Sahut Raffa.

"Terus tadi apa? Mami nggak mau ya, kalau sampai anak-anak itu ketularan mesumnya papi. " Setelah mengucapkan itu Via pergi meninggalkan Raffa sendirian.

Raffa menghembuskan nafasnya kasar, kali ini ia salah lagi. Padahal tadi ia hanya berniat menggoda istrinya itu, tapi malah begini jadinya. Raffa harus merayu istrinya itu, supaya tidak marah lagi.

Karena jika Via sudah marah, bisa sangat berbahaya. Raffa sudah paham betul dengan hukuman apa yang ia dapatkan nanti. Tidur di luar, tidak ada ciuman, apalagi jatah.

Saat kembali ke ruang makan, Raffa langsung sarapan. Begitu juga dengan Via.

"Kalau gitu kita berangkat dulu, soalnya ini kan hari pertama sekolah lagi. Jadi kita nggak boleh terlambat, " ucap Vano.

"Iya, Kak Vano benar. Kita pamit dulu ya, " lanjut Fany.

"Oke, kalian hati-hati ya. Vano ingat, jangan ngebut bawa motornya! " Sahut Via.

Vano mengangguk, lalu salam pada kedua orang tuanya. Seperti biasa ia juga mengecup kedua pipi Via secara bergantian. Begitupun dengan adiknya, Fany.

"Vano! Udah berapa kali sih papi bilang? Kamu jangan cium pipi mami kamu lagi. Kamu itu kan udah besar, bukan anak kecil lagi. " Kesal Raffa.

"Apaan sih, pi? Vano kan cium pipi mami, kok papi yang sewot? " balas Vano.

My Protective Boyfriend ✔  [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang