Part 6

30.8K 1.7K 71
                                    


Gita menatap rumah besar di hadapannya dengan sangat takjub. Bahkan rumah tersebut lebih cocok dikatakan istana. Gita melepaskan jaket milik Vano dari pinggang rampingnya. Ia jadi tersenyum sendiri mengingat perlakuan Vano tadi, perlakuan yang sedikit manis menurutnya.

Flashback on.

Kini Vano dan Gita sudah dalam perjalanan menuju rumah Vano. Senyum di bibir Vano tidak pernah luntur. Berbeda halnya dengan Gita, yang terus saja menampilkan wajah cemberutnya. Ia masih kesal, karena Vano selalu saja mengambil kesempatan. Laki-laki itu membantunya, tapi dengan syarat. Itu artinya Vano tidak ikhlas kan?

Vano menghentikan motornya saat traffic light berwarna merah. Tidak ada percakapan diantara keduanya, karena memang tidak ada yang perlu dibicarakan. Sampai telinga Vano berhasil menangkap sinyal-sinyal jelek.

"Wow, lihat deh tu perempuan! Cantik banget! "

"Nggak cuma itu bro, dia juga seksi pakai banget. Lihat aja pahanya, putih mulus. "

Dengan sengaja dua orang laki-laki yang juga sedang memakai seragam sma, mendekatkan motornya dengan motor ninja milik Vano. Selain mulut mereka yang berbicara jelek, mata mereka juga dengan kurang ajarnya menatap paha mulus Gita.

Saat traffic light sudah berubah warna dari merah ke hijau, Vano langsung tancap gas. Ia mencari celah untuk berhenti di pinggir jalan. Setelah mendapatkannya, ia memberhentikan motornya.

"Loh kak, kenapa berhenti? Rumah kakak di sini? " tanya Gita.

"Turun! " perintah Vano tanpa menjawab pertanyaan dari Gita.

Gita mengikuti perintah Vano, ia turun yang diikuti oleh Vano. Vano membuka jaket yang ia gunakan dan tanpa kata langsung mengikatnya di pinggang ramping milik pacarnya.

"Eh? "

"Lain kali pakai rok yang agak panjangan! Aku nggak suka kalau paha mulus kamu itu jadi santapan laki-laki lain. Bila perlu besok kamu pakai celana panjang aja! Biar ketutup sampai mata kaki sekalian!" ujar Vano yang tanpa sengaja langsung membuat pipi Gita merona.

"Aku berhenti cuma buat masang jaket ke kamu. Bukan berarti rumah aku di sini. Emang kamu nggak lihat, kalau di sini cuma ada ruko doang? Nggak mungkin kan aku tinggal di ruko, secara kan aku anak Raffael Argya Velencia. "

'Perhatian sih, tapi tetap aja isi sombongnya. ' Batin Gita.

Vano kembali naik ke motor sportnya, lalu membantu Gita untuk naik juga. Yang Vano lakukan selanjutnya membuat Gita kembali terkejut. Vano membimbing kedua tangan Gita untuk melingkar sempurna di perutnya.

"Pegangan di sini aja! Jangan lupa yang erat! Jarang-jarang kan bisa peluk orang ganteng kayak aku? " kata Vano.

"Jangan dilepasin kalau kamu nggak mau aku cium sekarang juga!" lanjut Vano saat menyadari Gita ingin melepaskan pelukannya.

Flashback off.

"Ini jaketnya kak, makasih ya. " Ujar Gita sambil meyodorkan jaket bermerek kepada Vano.

Vano tersenyum manis dan mengambil jaketnya. Ia juga menggandeng tangan Gita dan membawanya ke dalam rumah mewahnya. Sekali lagi Gita dibuat takjub. Rumah Vano benar-benar mewah, apalagi ditambah dengan banyak pelayan yang menyambut kedatangan mereka.

"Nyonya sama tuan udah nunggu kalian di ruang makan. " Ujar salah satu pelayan.

'Kalian? Jadi kedatangan aku ke sini udah direncanain. Tapi untuk apa? ' batin Gita.

My Protective Boyfriend ✔  [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang