Part 20

19.9K 1.1K 122
                                    

Nick menarik nafas panjang sebelum mengetuk pintu yang ada di hadapannya ini. Setelah ia siap lahir dan batin, Nick langsung mengetuknya. Tak sampai sepuluh detik, pintu besar dihadapannya ini sudah terbuka lebar.

Seorang perempuan berseragam pelayan berdiri dihadapannya. Perempuan paruh baya itu terseyum kepada Nick.

"Maaf? Tuan mau nyari siapa ya?" tanya pelayan tersebut.

"Emm, saya mau nyari Vano." Jawab Nick.

"Oh, Den Vano. Ayo masuk dulu! Sebentar saya panggilin Den Vano." Ujar pelayan tersebut dengan ramah.

Nick mengangguk lalu berjalan masuk mengikuti langkah pelayan tersebut yang sepertinya menuju ruang tamu. Sesampainya di sana, Nick dipersilakan untuk duduk. Kemudian pelayan paruh baya tersebut pamit untuk memanggil Vano.

Nick memandang ruang tamu di rumah Vano ini. Ia tidak menyangka jika Raffa dan Via pindah rumah. Pindah ke rumah yang jauh lebih mewah dari rumah yang sebelumnya. Ya, walaupun rumah sebelumnya juga tak kalah bagus.

Setelah menunggu selama lima menit, akhirnya orang yang Nick tunggu datang juga. Vano yang sedang turun dari tangga terkejut saat melihat Nick. Ia sangat tidak menyangka jika ternyata Nick yang mencarinya ke sini.

Vano melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah Nick. Sesampainya di sana, Vano duduk di hadapan Nick. Tak lupa, ia juga menyuruh pelayan agar membuatkan minuman untuk Nick.

Nick diam tak berbicara, ia hanya menatap Vano. Sehingga membuat laki-laki yang ia tatap menjadi gugup. Siapa sih yang tidak gugup saat ditatap secara intens seperti ini?

Keduanya saling diam, bahkan hingga pelayan datang membawakan dua gelas minuman untuk mereka. Vano tidak tau apa tujuan om dari Gita datang ke sini. Dan, darimana ia mengetahui alamat rumahnya. Apa Gita yang sudah memberitahunya? Tapi untuk apa?

"Silahkan om, diminum!" ujar Vano dengan sopan.

Nick menggelengkan kepalanya. "Saya datang ke sini bukan buat minta minum sama kamu."

Vano mengernyitkan keningnya. Ia tidak mengerti dengan Nick. Ia kan hanya menawarkan minuman sebagai tuan rumah yang baik.

"Kamu merasa buat salah nggak sama saya?" tanya Nick.

"Maksud om?" bingung Vano.

"Saya tanya, kamu merasa buat salah nggak sama saya?" tanya Nick sekali lagi.

"Saya---"

"Oh, tapi kayaknya sih kamu nggak usah jawab, saya udah tau semuanya."

Glek.

Vano menelan salivanya susah payah, apalagi setelah mendengar ucapan Nick tadi. Jadi, laki-laki dihadapannya ini sudah mengetahui semuanya? Tentang apa yang sudah Vano perbuat pada Gita? Apa perempuan itu mengadu pada om nya? Sehingga sekarang ia datang ke sini.

"Kamu pikir kamu ini siapa? Bertingkah seenaknya. Merasa hebat kamu?" Ucap Nick sambil mencoba untuk tetap tenang.

Vano terdiam, ia tidak berani untuk membalas ucapan Nick, karena ia tidak mau memancing emosi laki-laki dihadapannya ini.

"Kenapa kamu diam? Punya mulut kan buat bicara? Atau saya harus pakai cara kasar dulu, supaya kamu mau bicara?" kata Nick sambil berjalan menghampiri Vano.

"Vano, sebena---"

Bugh.

Belum selesai Vano berbicara, Nick sudah lebih dulu melayangkan sebuah pukulan di pipi laki-laki itu.

"Mau bilang apa kamu? Mau bilang kalau kamu nggak merasa punya salah? Iya? Basi!"

Bugh.

My Protective Boyfriend ✔  [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang