Part 18

18.5K 1.1K 321
                                    

Seperti biasa, Vano masuk ke dalam apartemen milik Audrey tanpa memencet bel terlebih dahulu. Perempuan itu sudah memberitahu kode apartemennya sehingga Vano bisa masuk kapan saja.

Laki-laki yang seragam sekolahnya masih melekat ditubuhnya berjalan menuju ruang tamu. Ia meletakkan tasnya di sofa, lalu berjalan menuju kamar Audrey. Samar-samar, Vano mendengar suara pacarnya.

"Untuk saat ini aku nggak mau kasih tau Vano dulu, karena aku belum siap kehilangan dia."

Dengan perlahan Vano berjalan mendekat ke arah pintu kamar Audrey yang ternyata tidak terkunci. Ia membukanya sedikit dan Vano langsung dapat melihat Audrey menghadap ke arah jendela sambil memegang handphone di dekat telinganya.

"Iya, aku tau. Cepat atau lambat Vano akan tau semuanya. Tapi nggak untuk saat ini, aku masih mau dekat sama dia. Aku takut Vano akan pergi setelah tau semua ini." Ujar Audrey.

Kening Vano mengernyit, tidak mengerti dengan ucapan Audrey tadi. Apa maksudnya? Jadi Audrey menyembunyikan sesuatu dari Vano. Dan jika Vano mengetahuinya, ia akan meninggalkan Audrey. Sesuatu seperti apa itu? Dan dengan siapa Audrey berbicara di telpon.

Sebelum ketahuan, Vano segera kembali menutup pintu kamar Audrey dengan sangat pelan. Ia berjalan ke ruang tamu dan mengambil tas sekolahnya. Detik berikutnya Vano meninggalkan apartemen Audrey.

Sepanjang perjalanan, Vano terus kepikiran dengan ucapan Audrey yang tidak sengaja ia dengar tadi. Sebenarnya apa yang Audrey sembunyikan darinya? Dan kenapa perempuan itu sangat takut jika Vano akan meninggalkannya setelah tau apa yang telah Audrey sembunyikan.

Setelah dua puluh menit mengendarai motor ninjanya, akhirnya Vano sampai di kediamannya.

"Tumben kamu pulang jam segini? Biasanya kalau nggak larut malam, nggak bakal pulang." Sindir Via saat melihat Vano.

Vano menoleh ke arah maminya. "Anaknya pulang cepat disalahin, nanti pulang larut juga salah."

"Siapa yang nyalahin? Mami nggak pernah nyalahin kamu! Terserah kamu mau pulang jam berapa, karena mami nggak peduli." Ujar Via.

"Mami kok ngomong gitu?" tanya Vano.

"Kenapa? Lagian kalaupun mami ngelarang kamu, emang kamu bakal nurutin? Jadi sekarang mami nggak akan urusin kamu lagi, terserah kamu mau gimana." Sahut Via.

"Mami kenapa sih? Kalau bukan mami yang ngurus Vano, terus siapa?"

Via tertawa garing. "Siapa? Suruh perempuan masa lalu kamu buat urus kamu. Bukannya kamu lebih nurut sama dia?"

"Mami, Vano ngga---"

"Nggak apa? Udahlah, mami sekarang malas banget ngomong sama kamu."

Via langsung pergi ke kamarnya, meninggalkan Vano yang masih tidak percaya dengan ucapan yang Via lontarkan.

Vano berjalan dengan langkah gontai menuju kamarnya. Tak sengaja, ia berpapasan dengan Fany.

"Tumben pulang jam segini? Kesambet?" tanya Fany.

"Kamu ngomong apa sih?" tanya Vano balik.

"Nggak ngomong apa-apa." Ujar Fany lalu masuk ke kamarnya.

Vano menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa semua orang seperti ini? Apa Vano membuat kesalahan besar?

                                 ***

Gita menghapus air matanya saat melihat ada Andre dihadapannya. Ia tidak ingin ketahuan menangis lagi dihadapan laki-laki itu.

"Eh, kita ketemu lagi ya kak? Kemarin ketemu, sekarang juga." Ujar Gita sambil mencoba untuk tersenyum.

My Protective Boyfriend ✔  [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang